Bumi yang semakin panas mulai berdampak pada mencairnya lapisan es di wilayah Kutub. Hal ini akan mengakibatkan pertambahan massa air di lautan termasuk wilayah Indonesia, sehingga tinggi muka air laut akan meningkat. Dampak dari peristiwa ini adalah banyak wilayah pantai yang mengalami kebanjiran, erosi, dan hilangnya daratan di pulauβpulau kecil, serta masuknya air laut ke wilayah air tawar.
Beberapa wilayah di Indonesia sudah mengalami dampak dari hilangnya pulau-pulau kecil akibat naiknya tinggi muka laut. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menunjukkan bahwa selama ini telah terjadi peningkatan tinggi muka air laut sebesar 1β2 meter dalam kurun waktu sekitar 100 tahun terakhir. Jika kondisi ini terus berlanjut maka negara kita yang memiliki sekitar 13.600 pulau akan mengalami dampak yang cukup serius. Masyarakat dan nelayan yang berdomisili di sekitar garis pantai akan semakin terdesak, bahkan kemungkinan kehilangan tempat tinggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perubahan iklim saat ini memang nyata. Namun, apakah perubahan ini akan semakin cepat? Jawabannya, itu semua tergantung pada gaya hidup kita. Jadi, apakah kita cukup mengurangi emisi gas-gas rumah kaca? Jawabannya adalah tidak. Andai kita dapat mengurangi emisi gas-gas rumah kaca sekarang juga, bumi tidak akan berhenti memanas dengan segera karena banyak gas yang telah teremisi dari dulu. Itu sebabnya kita harus melakukan dua hal yaitu mengurangi penggunaan alat-alat yang menghasilkan gas-gas rumah kaca, dan adaptasi.
Mengurangi emisi gas-gas rumah kaca dimulai dari diri kita sendiri dengan cara mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Jangan membakar hutan, dan pegang prinsip dasar 3R (Reuse, Reduce dan Recycle). Reuse berarti menggunakan benda yang bisa digunakan lagi. Reduce berarti berhemat, dan wajar dalam memakai produk yang merusak lingkungan. Dan, Recycle berarti mendaur ulang sampah yang masih bisa kita manfaatkan.
Pemerintah juga telah mengambil beberapa kebijakan seperti penggunaan energi alternatif dalam kehidupan sehari-hari. Energi alternatif ini dinilai aman terhadap atmosfer, dan tidak menimbulkan polusi yang berlebihan. Contohnya penggunaan bahan bakar gas pada kendaraan bermotor. Saat ini sudah banyak kendaraan transportasi umum yang menggunakan bahan bakar gas. Selain itu, upaya lainnya adalah reboisasi hutan.
Proyeksi iklim tak dapat memperkirakan masa depan secara pasti, karena sebagian itu tergantung dari cara bagaimana kita hidup dan memperlakukan alam. Namun, dari semua itu, apakah kita hanya bergantung pada kepastian untuk bertindak? Tidak. Kita sering mengambil tindakan berdasarkan pengalaman dan fakta, tanpa mengetahui kepastian yang akan terjadi di masa depan. Meskipun kita tidak tahu yang akan terjadi pada iklim, kita cukup tahu bagaimana kita akan bertindak. Kita harus mampu memperhatikan dampak perubahan iklim sekarang dan masa depan.
Proyeksi iklim tidak serta merta diterjemahkan dalam strategi yang nyata, namun dapat menjadi acuan dalam perencanaan. Kita harus mempertimbangkan bahkan dampak perubahan iklim terhadap rencana pembangunan serta mempertimbangkan, apakah hal ini malah akan memperburuk perubahan iklim. Salah satu konsekuensi yang akan terjadi adalah perubahan curah hujan, banjir dan kekeringan dapat terjadi pada satu tempat yang sama.
Apakah rancangan tata kota harus diperbaiki atau diubah agar dapat fleksibel dalam menghadapi tantangan masa depan? Bagaimana cara rencana adaptasi yang dapat meminimalkan efek terhadap ekonomi lokal dan kehidupan manusia? Kota pantai di seluruh dunia terancam dampak dari perubahan iklim, dari kenaikan air laut, dan cuaca ekstrem. Apakah yang perlu dipertimbangkan perencana tata kota untuk menjadikan kota-kota ini menjadi kota yang lebih tanguh? Apa pilihan adaptasi yang paling tepat?
Yang jelas, jawabannya adalah soal biaya, potensi, dan dukungan sosial politik dari pembuat kebijakan sehingga dapat membantu menyusun prioritas metode adaptasi. Contohnya persiapan mengatasi banjir, restorasi lahan basah, perbaikan sistem drainase, dan pengelolaan pantai. Contoh dalam bidang lain, para petani bersama pemerintah mengganti padi biasa dengan padi bibit unggul.
Adaptasi adalah proses belajar. Kita semua perlu memperbaiki strategi adaptasi. Kita harus mengurangi gas-gas rumah kaca, dan beradaptasi terhadap perubahan iklim. Kita harus mulai dari sekarang bersama-sama. Libatkan pembuat kebijakan, tingkatkan pemahaman tentang perubahan iklim, ciptakan kesadaran dalam masyarakat untuk adaptasi. Lebih baik bersiap untuk segala kemungkinan daripada menanggung dampak perubahan iklim tanpa perlindungan apapun. Ingat, kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita; kita meminjamnya untuk anak cucu kita. Ayo, bertindak!
Wenas Ganda Kurnia prakirawan pada Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Palu (BMKG)
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini