Beberapa pendapat mengemuka tentang persoalan dari penutupan gerai-gerai tersebut. Sebagian kalangan menyebutkan bahwa gerai-gerai tersebut tutup akibat melemahnya daya beli di masyarakat, khususnya di kalangan menengah ke bawah. Alasan ini seakan diperkuat oleh pengumuman data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pekan lalu. BPS mencatat konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2017 tumbuh 4,93 persen, sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (4,95 persen) dan kurun yang sama tahun lalu (5,01 persen).
Data perlambatan konsumsi tersebut menandakan daya beli lapisan 40% ke bawah tertekan. Di sisi lain, BPS juga mencatat adanya penetrasi belanja daring yang tak dapat terlihat secara menyeluruh. Walau tercatat masih relatif kecil (sekitar 0,3%), namun pertumbuhan daring terus meningkat.
Sementara itu, pendapat lain terkait tutupnya gerai ritel, sebagian kalangan melihat bahwa penyebabnya adalah berkembang pesatnya ritel daring. Sejumlah kalangan pengusaha mengaku bahwa saat ini pengusaha ritel sedang melakukan penyesuaian model usaha. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi transaksi daring yang makin marak, persaingan hypermarket dan mini market yang sangat dinamis, serta tren berbelanja generasi milenial juga telah beralih dari department store, dan memilih untuk berbelanja di gerai specialty store.
Perkembangan ritel daring, perubahan pola konsumsi masyarakat, dan juga tren belanja juga turut mempengaruhi gerai fisik di negara-negara lain. Sejumlah perusahaan ritel papan atas di Amerika Serikat, seperti Toys R Us, Macy's, Sears, serta ritel Inggris Marks & Spencer juga telah merampingkan gerainya. Lalu di Malaysia, ada lima supermarket Giant juga tutup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain alasan-alasan yang telah dipaparkan di atas, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Ari Kuncoro juga menilai, masyarakat saat ini khususnya kelas menengah atas sedang mengalami perubahan perilaku, biasanya menghabiskan uang untuk belanja, namun sekarang memilih menabung. Padahal sebenarnya mereka punya uang yang bisa saja dipakai untuk belanja.
Berbagai alasan dari tutupnya sejumlah gerai ritel merupakan hal-hal yang mesti dianalisis bersama dan dicari solusinya oleh sejumlah pihak, mulai dari pemerintah, pengusaha ritel fisik, pengusaha ritel daring, dan DPR. Hal mana yang juga perlu diperhatikan adalah gerai-gerai ritel menampung karyawan yang tidak sedikit. Penutupan gerai 7-Eleven di Indonesia saja telah mengakibatkan sekitar 1.300 pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Setidaknya ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencari solusi dari fenomena penutupan gerai ritel ini. Pertama, pemerintah mesti mencari cara untuk mendorong daya beli di masyarakat. Untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah, perlu ada stimulus untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga mereka juga bisa memiliki daya belanja yang terus meningkat. Di sisi lain, perlu adan upaya untuk meningkatkan upah buruh sektor riil yang terus turun dan nilai tukar petani (NTP).
Kedua, untuk meningkatkan daya beli kalangan kelas menengah ke atas, pengusaha ritel fisik juga bisa melihat perubahan pola konsumsi masyarakat, termasuk pengembangan specialty store.
Ketiga, pengusaha ritel fisik juga bisa mulai merambah bisnisnya juga ke ritel daring. Perkembangan teknologi digital yang kian pesat perlu diikuti. Ritel daring Amazon di Amerika Serikat dan Alibaba di Tiongkok kini menjadi raksasa-raksasa bisnis dunia, yang bisa menjadi salah satu gambaran bahwa ritel daring kini merupakan bisnis yang sangat diperhitungkan.
Keempat, pemerintah dan/atau DPR perlu mulai memikirkan adanya regulasi yang mengatur perkembangan bisnis digital, khususnya ritel daring. Regulasi sektoral yang mengacu pada perkembangan bisnis digital mulai ada di sektor transportasi. Kementerian Perhubungan telah memiliki regulasi berupa Peraturan Pengganti Peraturan Menteri No.26/2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam trayek yang menjadi payung hukum angkutan taksi daring.
Kelima, pemerintah bisa mendorong pebisnis ritel daring untuk "merangkul" dan ikut serta dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi kecil dan menengah. Ritel daring juga bisa menjadi salah satu sumber pemasukan pemerintah daerah, melalui pertumbuhan wirausaha-wirausaha di daerah memanfaatkan ritel daring.
Fenomena penutupan gerail ritel fisik berpotensi terus bertambah ke depan. Oleh karenanya, solusi perlu segera diterapkan.
Ridho Marpaung VP Operations PT Sigi Kaca Pariwara (Riset Iklan TV Adstensity)
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini