Sebagai ekonom seharusnya mereka tahu bahwa konsumen tidak mudah (rigid) untuk mengubah pola atau behaviour konsumsinya, antara lain diuraikan oleh ekonom pemenang Nobel Prof. Milton Friedman dari Chicago University. Begitu rigid-nya dalam pola berkonsumsi sampai-sampai ketika pendapatannya turun, konsumen tetap mencoba bertahan dengan level konsumsinya dengan cara mengambil tabungannya.
Ketika tabungannya habis, untuk mempertahankan pola atau kebiasaan konsumsinya atau gaya hidupnya, konsumen mulai menjual aset-asetnya. Dan, setelah asetnya yang bisa dijual habis, kadang dilanjutkan dengan berutang (bila masih ada yang percaya). Karena itu kurang logis bila dikatakan konsumen tiba-tiba menunda konsumsinya, kecuali jika terjadi krisis politik atau keamanan. Tapi, tidak dalam keadaan normal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sindiran itu agar para ekonom akrobat itu meneruskan akrobat konyolnya dengan menambahkan pernyataan-pernyataan kocaknya bahwa rakyat tidak ada yang miskin, cuma menunda jadi kaya; dan, rakyat tidak ada yang menganggur cuma menunda bekerja, dan seterusnya. Kata orang dulu, ngono yo ngono ning ojo ngono, atau kata guru agama saya, innalillahi wainnailaihi rojiun.
Fuad Bawazier mantan Menteri Keuangan
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini