Seperti lazimnya acara-acara yang digelar oleh para santri, lagu Indonesia Raya menggema, disusul Syubbanul Waton karangan Kiai Wahab Hasbullah. Ribuan santri menyanyikan kedua lagu tersebut dengan penuh semangat. Saya yang kebetulan hadir dalam acara tersebut bergetar hati menyaksikan para santri yang memakai peci hitam dan kemeja putih begitu bergelora menunjukkan kecintaan mereka kepada Tanah Air, Indonesia.
Pada acara apel tersebut, para santri kemudian mengucapkan Ikrar Kesetiaan Kepada Pancasila. Ikrar ribuan santri yang disaksikan oleh Gunung Lawu tersebut terdiri atas lima poin. Pertama, memperkokoh dan mempertahankan Pancasila sebagai falsafah hidup, dasar dan ideologi negara. Serta, selalu menjadikannya sebagai rujukan dalam berbangsa dan bernegara. Kedua, mendesak semua pihak baik pemerintah, parlemen maupun masyarakat agar menerapkan Pancasila dalam semua aspek kehidupan, agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkepribadian, berdaulat, adil, dan makmur.
Ketiga, bersikap tegas terhadap kelompok yang merongrong dan berusaha mengganti Pancasila dengan ideologi lain karena tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Keempat, menjaga agar Pancasila tidak disalahgunakan untuk memanipulasi atau untuk mendiskriminasi pihak lain baik oleh aparat negara maupun oleh kelompok masyarakat. Kelima, mengajak semua pihak untuk menjalankan Pancasila sepenuh jiwa raga tanpa keraguan, karena Pancasila merupakan pedoman dan solusi terbaik bagi bangsa yang majemuk ini.
Kesekian Kali
Apel Akbar Kesetiaan Pancasila yang sukses diselenggarakan oleh para santri yang tergabung dalam Front Penggerak Pancasila tersebut merupakan bukti nyata bahwa untuk kesekian kali nasionalisme santri untuk NKRI tidak diragukan lagi. Mantan Wakil Ketua Badan Intelejen Negara yang menjadi pembina apel mengungkapkan dengan tegas bahwa hanya TNI dan para santri yang selalu setia kepada Pancasila dan NKRI. Tentu, ungkapan tersebut bukanlah isapan jempol belaka. Banyak sudah bukti yang menunjukkan bahwa para santri siap selalu pasang badan jika Pancasila dan NKRI diganggu.
Tanggal 22 Oktober yang telah ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional oleh Presiden Jokowi tidak terlepas dari peristiwa bersejarah yang dilakukan oleh para santri. Adalah KH. Hasyim As'yari --yang waktu itu menjadi Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU)-- yang mengeluarkan Resolusi Jihad NU. Resolusi Jihad NU tersebut adalah jawaban atas pertanyaan Bung Karno kepada Kiai Hasyim lewat utusannya, apa hukumnya membela negara? Bukan Islam. Sekali lagi, negara!
Mendapatkan pertanyaan itu, Kiai Hasyim lalu mengumpulkan seluruh Kiai se-Jawa dan Madura pada 21 Oktober 1945 di kantor PB ANO (Ansor Nahdlatul Oelama) di Jl. Bubutan VI/2 Surabaya untuk merapatkan persoalan tersebut. Akhirnya, atas arahan dari Kiai Hasyim, rapat yang dipimpin oleh Kiai Wahab Hasbullah mengeluarkan keputusan maha penting pada 22 Oktober 1945 yang kemudian mengubah sejarah bangsa ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para santri yang mengetahui adanya maklumat tersebut menyambut seruan jihad melawan penjajah dengan senang hati. Apalagi, mereka tahu bahwa yang mengeluarkan tersebut adalah NU di bawah kepemimpinan Kiai Hasyim Asy'ari. Kiai Hasyim Asy'ari adalah kiai yang paling memiliki pengaruh di Nusantara khususnya Jawa dan Madura saat itu, pasca wafatnya sang guru, Kiai Kholil Bangkalan. Maka, seruan jihad dari Kiai Hasyim disambut tanpa rasa ragu.
Ketika tentara Belanda membonceng Sekutu mendarat di Surabaya dengan niat menguasai kembali Indonesia, para santri yang tergabung dalam barisan Hisbullah dan Fi Sabilillah menyambutnya dengan garang. Lalu terjadilah pertempuran heroik 10 November yang dikenang oleh sejarah. Jendral Malaby tewas dalam pertempuran tersebut. Pasukan santri dengan gagah memukul mundur pasukan Sekutu. Dengan berani, mereka menyambut peluru pasukan Sekutu dengan ayunan bambu runcing. Dan, sejarah mengenang pertempuran hebat tersebut, yang terjadi karena disulut oleh Resolusi Jihad.
Tak Pernah Padam
Hingga hari ini, nasionalisme santri untuk NKRI tidak pernah padam. Acara Apel Akbar Kesetiaan Pancasila menjadi salah satu buktinya. Bahwa NKRI adalah keputusan final yang tidak bisa diganggu gugat lagi. Dan, jika ada yang ngotot ingin mengubahnya, maka para santri selalu siap pasang badan demi NKRI. Karena NKRI dengan Pancasila sebagai dasar negara adalah rumah bersama semua golongan. Maka, semua yang tinggal di dalamnya memiliki kewajiban untuk menjaganya, termasuk para santri.
Mari terus menjaga Indonesia bersama para santri. Kita jaga bersama, tanah pusaka warisan para leluhur bernama Indonesia ini!
Nur Rokhim guru di MTs Binaul Ummah, Bantul dan peneliti pada Lembaga Pengkajian Teknologi dan Informasi (LPTI) Pelataran Mataram Yogyakarta
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini