Jangan Terlena "Sukses" Makro Ekonomi
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Jangan Terlena "Sukses" Makro Ekonomi

Jumat, 18 Agu 2017 12:00 WIB
Fuad Bawazier
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Akhir-akhir ini para pejabat penting di bidang ekonomi dan keuangan pemerintah sibuk membanggakan "sukses" dengan kebijakan makro ekonomi yang stabil. Padahal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendesak para pejabatnya agar mengambil berbagai langkah konkret untuk mendongkrak ekonomi Indonesia. Antara lain, melalui berbagai Paket Kebijakan Ekonomi untuk menerobos kelesuan di sektor riil alias mikronya.

Makro Ekonomi Indonesia sejak 50 tahun terakhir ini (awal Orba sampai sekarang) praktis stabil begini-begini saja β€”kecuali saat terkena krisis moneterβ€” dengan kecenderungan kini memburuk. Dulu pertumbuhan bisa 6-7%, sekarang hanya 5%. Cadangan devisa relatif stabil diukur rationya terhadap impor. Inflasi plus minus sama atau relatif stabil. Rata-rata pertumbuhan kredit perbankan dulu lebih tinggi dari sekarang.

IHSG BEI dari dulu selalu yang paling menguntungkan di Asia, tapi utang negara jelas memburuk sebab dulu (Orba) hanya utang kepada IGGI/CGI dengan ratio pembayaran cicilan dan bunganya terhadap APBN yang amat kecil dibandingkan utang negara saat ini, yang selain ke CGI juga ke pasar bebas yang pemenuhan kewajibannya bisa sampai 25% dari APBN. Tax ratio juga memburuk. Kurs rupiah terhadap valas juga relatif stabil, tapi semasa Orba lebih stabil lagi dengan devaluasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jadi, makro ekonomi kini oke, dan masih oke tapi sebenarnya terus memburuk. Dan, ingat, lama-lama bisa ambruk. Jadi, sebaiknya petinggi ekonomi keuangan pemerintah tidak terlena apalagi membanggakan "sukses" makro ekonomi sebab dari dulu ya begitu-begitu saja dengan kecenderungan relatif memburuk.

Tidak ada yang perlu dibanggakan dengan makro ekonomi Indonesia sekarang ini. Ada yang bilang ke saya bahwa itu hanyalah manuver para menteri agar tidak terkena reshuffle kabinet. Saya jawab, itu urusan politik. Tapi, yang jelas yang harus diperhatikan dan dijadikan ukuran kesuksesan ekonomi oleh pemerintah adalah keadaan mikro ekonomi. Karena itulah yang betul-betul dirasakan para pelaku ekonomi, baik penjual/produsen maupun pembeli/konsumen.

Propaganda "sukses" yang terus-menerus bisa menyesatkan. Dan, bahayanya lama-lama pemerintah sendiri bisa terlena karena percaya pada kebohongan atau propagandanya sendiri. Kita sedang defisit prestasi makro ekonomi, cuma belum sampai terpuruk. Jadi tanyakanlah pada pasar secara detail apa keluhan mereka.

Stabilitas makro penting, tapi itu saja tidak cukup sebab ukuran sukses sesungguhnya di sektor riil atau mikro. Di mikro kita sedang babak belur. Bersyukur Presiden Jokowi giat membangun infrastruktur yang dalam jangka menengah dan panjang akan mengangkat ekonomi Indonesia.

Fuad Bawazier mantan Menteri Keuangan
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads