Anggaplah benar bahwa SNSD dilahirkan lewat dua sifat positif itu. Tapi, apakah para penggemar KPop sungguh-sungguh menyukai grup-grup Korea dikarenakan dua alasan itu? Lebih gamblang lagi; apakah keuletan dan kedisiplinan adalah tabiat yang para fans lihat dan panuti ketika menonton idola mereka itu?
Yuk, kita kaji sebentar. Levi Reyes alias Jonginationss (KkamJongin) dalam tulisannya yang berjudul How Do kpop influences Teenage? merangkum bagaimana KPop memengaruhi anak-anak muda. Pertama, serbaneka warna dan kostum memikat mata. Kedua, lirik yang unik, betapa pun tidak dipahami oleh audiens non-Korea. Ketiga, artis KPop juga pemain Koreanovela (sinetron Negeri Ginseng). Bodi menjadi jaminan 'mutu'. Keempat, gerak tari nan heboh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi benarkah keuletan dan kedisiplinan yang bakal menjadi muatan positif dalam pentas KPop bagi pemirsa khususnya remaja Indonesia? Saya berpikiran positif bahwa Pak Kepala Bekraf ingin berkontribusi bagi revolusi mental. Tapi, agar mental ber-revolusi, masyarakat khususnya anak-anak muda harus bangun dan menjejakkan kaki mereka ke alam nyata.
Pun, siapa yang masih ingat butir ketiga Tricakti; berkepribadian di lapangan kebudayaan? Nah, apakah fitur-fitur superfisial KPop seperti tertulis di atas yang akan disemikan sebagai kepribadian kita. Utopis agaknya. Lha wong The Beatles dan Koes Bersaudara saja dipandang sebagai kontrarevolusi akibat penampilan luar mereka.
Awas, Bung Karno bisa tiba-tiba bangkit lalu menjerit, "Saudara-saudara, revolusi belum selesai!"
Reza Indragiri Amriel Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini