Chris Cornell, vokalis Soundgarden dan Audioslave yang sama-sama berasal dari Seattle, menentang bunuh diri koleganya yang dilakukan dengan menembak kepalanya sendiri pada 5 April 1994 itu. Ironisnya, Chris Cornell kemudian juga ditemukan bunuh diri dengan cara mencekik lehernya sendiri dengan sabuk, 17 Mei lalu.
Bunuh diri para musisi bukanlah cerita baru. Sebelumnya sudah ada sederet nama yang melakukannya, seperti Nick Drake, Keith Emerson, dan Donny Hathaway. Apa penyebabnya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perfeksionisme adalah salah satu penyebab tingginya angka depresi dan gejala psikomatis anak muda di Jepang. Perfeksionisme yang saya bicarakan adalah ketika seseorang menaruh target dan ekspektasi yang tinggi terhadap dirinya sendiri.
Terdengar positif sebenarnya. Tapi, orang yang perfeksionis tidak melihat kegagalan sebagai proses belajar, melainkan sesuatu yang tidak bisa diterima.
Perfeksionisme menjadi penyebab kematian Keith Emerson. Berawal dari penyakit syaraf yang membuat tangannya lumpuh, yang berujung kematiannya karena menembak kepala sendiri. Hal itu karena ia seharusnya akan menjalani tur dengan band-nya, dan ia takut akan mengecewakan fansnya dengan ketidaksanggupannya bermain keyboard.
Nick Drake, yang musiknya justru banyak berpengaruh setelah ia meninggal, juga seorang yang perfeksionis. Ia marah-marah ketika ada susunan yang salah dalam album pertamanya, Five Leaves Left. Dalam konser album keduanya di Hull, ia bahkan tidak mengucap sepatah kata pun selain menyanyikan lagunya, dan tidak menyapa fansnya.
"Penonton ingin musik yang punya chorus. Musik Nick tidak begitu, penonton tak bisa memahaminya. Rasanya menyakitkan kalau dikenang," ujar penyanyi Michael Chapman yang hadir di sana saat itu.
Kemudian Kurt Cobain, yang menjadi salah satu musisi yang kematiannya menggemparkan dunia, selain John Lennon yang mati ditembak fansnya sendiri, dan Freddie Mercury yang mati karena HIV/AIDS. Perfeksionisme begitu terlihat dalam surat Kurt Cobain. Salah satunya ketika ia menulis, sudah terlalu lama aku tidak lagi merasakan kesenangan dalam mendengarkan dan juga menciptakan lagu sama halnya seperti ketika aku membaca dan menulis.
Kemudian, kejahatan terbesar yang pernah kulakukan adalah menipu kalian dengan memalsukan kenyataan dan berpura-pura bahwa aku 100 persen menikmati saat-saat di atas panggung.
Juga, kata-kata terakhir dalam suratnya yang kemudian menjadi terkenal, better to burn out than to fade away.
Ada tiga jenis perfeksionisme, dan saya menduga, yang menimpa para musisi yang bunuh diri adalah dua di antaranya, yakni self-oriented dan socially-prescribed . Yang pertama terjadi ketika para musisi itu menganggap dirinya gagal atas target yang ia tetapkan terhadap diri sendiri (dalam hal ini karyanya). Yang kedua adalah ketika mereka menganggap diri mereka gagal atas target yang (mereka pikir) ditetapkan orang lain terhadap mereka, dalam hal ini harapan fans.
Hal yang membuat perfeksionisme bisa berujung depresi bahkan bunuh diri adalah karena perfeksionisme menghilangkan salah satu unsur dalam psychology-well-being; self-acceptance atau penerimaan atas diri sendiri.
Saya kemudian teringat Mike Shinoda, ketika ia diwawancarai terkait albumnya yang mendapatkan banyak kritik bahkan termasuk dari fansnya sendiri, karena musik Linkin Park tidak terdengar sekeras dulu lagi. Apa katanya?
"Saya yakin, bahkan jika saya membuat musik yang sama seperti yang kami dulu lakukan, perasaan cinta dan benci dari orang-orang itu pasti tetap ada, dan dibandingkan memikirkan itu saya lebih memilih untuk memikirkan apakah saya mencintai karya yang kami buat, lalu memikirkan orang lain."
Raditya Dika dalam salah satu seminar pernah berkata, "Gue gak pernah nonton film gue sendiri, karena gue takut ketika gue menontonnya nanti gue akan menemukan banyak kesalahan di sana-sini dan akan menyalahkan diri sendiri. Gue percaya dalam proses pembuatan sebuah karya ada sebuah titik dimana kita harus mengatakan selesai dan menerima karya itu apa adanya."
Perfeksionisme seniman adalah hal yang berbeda dengan perfeksionisme orang biasa, sebab seniman terfokus terhadap karya yang ia garap. Seniman yang ceroboh dalam kehidupan sehari-hari pun bisa dan menjadi seseorang yang perfeksionis dalam karya-karyanya. So, pilih jadi perfeksionis atau menerima diri sendiri saja?
Muhammad Al-Fatih Hadi Anggota PPI Uni Emirat Arab. Sedang menempuh pendidikan di Al-Ain
(mmu/mmu)