Wajah Badrun
Catatan:
Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com

Den Haag - Seorang kawan (pengurus PPI Belanda) berkata, "Mengapa ya wajah Pak Badrun keruh kusam, padahal rutin dirawat di salon top atas biaya negara. Jika bicara, wajahnya itu bisa 'berwajah-wajah',"Uneg-uneg kawan itu ditumpahkan saat kami ngopi di Cafe Brasserie Dudok, Den Haag, kedai tempat rehat para politisi dan wartawan Belanda. Di kedai ini saya dan kawan dari Kompas memang secara berkala berdiskusi dengan kawan-kawan PPI. Asyik, karena pertemuan ini seperti sedang memainkan bola kristal: kami bisa 'tahu dan melihat' banyak hal.Antara lain yang kali ini mengemuka ya soal wajah Badrun itu. Wajahnya keruh, kusam, buram tanpa cahaya, meskipun dicoba dipupur dengan senyum dan tawa, toh tetap sia-sia. Selain buram, bila Badrun sedang bicara wajahnya selalu berubah-ubah. Plenyok ke kiri, plenyok ke kanan; ke atas, ke bawah, bahkan kadang tak hirau arah. Matanya lintang-pukang, tak kuasa mengimbangi.Kawan tadi lalu menyampaikan teori 'Barangkali karena hati Pak Badrun penuh jelaga'. Bukankah wajah, terutama mata, itu cermin hati? "Soalnya ide-ide kami suka dikorup, untuk sarana menjilat atasan. Ia mengira kami tak tahu, padahal kami tahu," papar dia memberi data pendukung, seraya menambahkan bahwa Badrun tanpa rasa malu tetap mondar-mandir pasang wajah yang sama bila bertemu mereka, bahkan bisa seminggu sekali. "Konyol, bukan?" Wajah memang cermin hati. Bila hati bersih, wajah akan cerah memancar, seperti bulan purnama yang menebarkan gravitasi, mampu menimbulkan air laut pasang dan menggairahkan apa saja. Memandang wajah seperti ini, seperti milik kiai Bisri misalnya, hati terasa ikut tenteram tiada puas-puasnya.Bandingkan pula dengan wajah-wajah yang kini diburu KPK, yang fotonya terpampang di media massa. Adakah wajah-wajah mereka itu cerah bercahaya? Olala. Wajah-wajah itu begitu buram, gelap. Melihat fotonya saja hati sudah ikut sumpek, apalagi langsung ke orangnya. Kawan yang lainnya, menimpali bahwa dulu ada pendahulu Badrun, yang culas dan ahli mengkopi tanda tangan orang untuk dikorup. "Ia dijuluki si Pemakan Tandatangan," Kok bisa, apa tidak keracunan tinta? "Namanya juga ahlinya. Caranya dengan dikloning, dari satu lalu jadi banyak, sama serupa persis dengan induknya," katanya, mengutip bocoran yang dimilikinya.Sambil menyeruput capuccino ia meneruskan, bahwa mereka semua bila diperhatikan memiliki wajah yang sama: gelap, kusam dan buram. Wajah Badrun cumsius (cs) itu gelap, meskipun mereka telah secara sadar berusaha tidak 'menggelap-gelapkan' wajahnya. Aneka keculasan dan kejahatan ternyata meninggalkan bercak hitam yang sama.Bolak-balik ke salon top pun tidak ada gunanya, sebab kegelapan yang menyemburat di wajah itu cuma symptoom. Yang perlu disalonkan mestinya bukan wajah melainkan hati mereka.
(/)