Ganjar: Jaga Perilaku di Medsos, Mari Tabayyun untuk Indonesia
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Surat Terbuka Hantam Hoax

Ganjar: Jaga Perilaku di Medsos, Mari Tabayyun untuk Indonesia

Selasa, 07 Feb 2017 17:29 WIB
Ganjar Pranowo
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Foto: detikSport/Femi
Semarang - Central Connecticut State University. Sebuah universitas di New Britain, Amerika Serikat melakukan survei sejak 2003 hingga 2004. Mereka meneliti minat baca masyarakat di 61 negara. Hasilnya, Indonesia berada di peringkat ke 60. Nomor dua dari bawah.

Sementara itu, Statista, salah satu portal statistik terkemuka menyatakan Indonesia merupakan negara dengan pengguna aktif twitter ketiga terbesar dunia. Untuk Facebook, jumlah penggunanya di Indonesia terbanyak ke empat. Setelah Amerika Serikat, Brasil, dan India.

Jadi, Indonesia yang kita cintai ini kalau soal literasi peringkat terbawah tapi kalau soal cerewet di media sosial paling jago. Semua dishare, apapun diposting, semua dikomentari, tapi tanpa literasi.

Inilah sebabnya bangsa ini jadi lahan subur untuk penanaman berita dan isu sumir, bohong, bahkan cenderung fitnah. Kita menyebutnya dengan hoax. Mayoritas masyarakat yang pada dasarnya sudah malas membaca ini sangat mudah diprovokasi atau dipengaruhi kabar-kabar yang tidak benar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Intensitas hoax rupanya semakin meningkat dan sudah dalam tahap yang mengkhawatirkan. Data Indonesia Indicator mencatat sepanjang tahun 2016 ada 7311 berita hoax yang diekspos media. Ini berarti rata-rata sebulan ada 609 berita, dan per hari ada 20 berita hoax. Luar biasa. Setiap hari otak kita dijejali dengan 20 berita fitnah atau setidaknya belum bisa dipercaya kebenarannya.

Berita-berita itu lah yang setiap hari memenuhi timeline Twitter kita, menjejali beranda Facebook anak-anak kita. Majelis permusuhan ini kemudian menyebar ke ruang-ruang diskusi offline. Memprovokasi kita untuk memusuhi tokoh dan kelompok tertentu, mengajak kita bermusuhan dengan teman bahkan orang tua sendiri.

Saya ingin ini dilawan. Harus ada gerakan moral yang masif untuk menghantam. Siapa yang harus melawan? Kita sendiri, siapa lagi?

Terimakasih pada kelompok anti hoax, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia yang mendeklarasikan gerakan turn back hoax di beberapa daerah. Saya hadir ketika deklarasi di Semarang dan merasakan semangat melawan hoax sudah mulai menggelora.

Teruskan gerakan ini. Perluas cakupannya hingga merambah ruang-ruang publik lain. Sekolah, komunitas, ibu-ibu arisan, rapat RT dan lain-lain. Harus ada orang-orang baik yang bergerak menularkan kebaikan.

Mulai detik ini, jaga perilaku kita, jaga omongan kita terutama dalam bersosial media. Hoax yang bikin 'hoek' ini sudah meresahkan. Ayo berani jujur, bersosial media dengan kejujuran, pakai identitas asli dan jangan pakai anonim. Ketika ada berita yang belum jelas biasakan tabayyun (klarifikasi). Demi Indonesia dan demi masa depan anak cucu kita, saya serukan hentikan penyebaran berita bohong.

Turn back hoax, ayo hantam hoax!

Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah

Hantam Hoax merupakan program detikcom dalam memperingati Hari Pers yang didukung oleh sejumlah tokoh dalam bentuk surat terbuka. Selengkapnya klik detik.com/hantamhoax


(alg/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads