Dulu basis perlindungan dibuat dalam bentuk benteng-benteng pertahanan. Di Tanah Air kita terdapat banyak peninggalan benteng-benteng itu. Semua menjadi bukti bagi kehadiran kekuatan kolonial pada bangsa kita.
Benteng-benteng pertahanan itu sekarang dirawat sebagai cagar budaya, termasuk dengan adanya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Manfaat edukatifnya antara lain adalah sumber belajar bagi generasi penerus tentang masa lalu bangsanya, tentang perjuangan keras untuk menjaga kehormatan bangsa.
Benteng-benteng itu dibuat tebal, kokoh, kuat, lengkap dan didesain untuk mampu mengantisipasi ancaman serta bertahan dalam situasi sesulit apapun. Tidak aneh jika sebagian fasilitas itu dibangun di puncak bukit. Ada yang menghadap ke laut, ke sungai, ke pusat keramaian, dan ke titik-titik yang diduga menjadi celah masuknya ancaman.
Sumber daya yang sangat besar dikerahkan untuk membangun benteng-benteng pertahanan itu. Pihak kolonial tidak segan-segan menerapkan aturan kerja paksa bagi rakyat untuk pembangunannya. Biaya sosial seperti diabaikan.
Seiring dengan kemajuan teknologi, daya tembus gangguan dan ancaman meningkat. Benteng fisik berkurang fungsinya, perlu ditambahkan dengan teknologi yang dapat bekerja tanpa kasat mata, menembus jarak yang sangat jauh. Begitu pula gangguan dan ancaman, dapat dikirim dan dimasukkan lewat celah-celah tanpa kasat mata dalam durasi waktu yang semakin singkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saling pengaruh mempengaruhi berlangsung di dalam arena yang lepas batas atau borderless. Tidak hanya dalam lingkup bangsa dan masyarakat, melainkan juga dalam lingkup keluarga. Orientasi hidup bisa berbeda-beda, karena asupan informasi itu berbeda.
Lebih dari empat belas abad silam Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan kita. "Akan terjadi beberapa fitnah. Orang yang duduk di dalam masa itu lebih baik daripada yang berdiri. Yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan. Yang berjalan lebih baik daripada yang berlari-lari kecil. Barangsiapa menghadapinya, maka fitnah itu justru akan mempengaruhinya. Barangsiapa menemukan benteng pertahanan atau basis perlindungan, maka hendaklah ia berlindung di situ," (HR Bukhari dari Abi Hurairah RA).
Fitnah adalah ujian dan cobaan. Jenis yang disebutkan di dalam hadis itu adalah yang dilematis. Jika orang mereaksi, maka justru akan terpengaruh oleh fitnah itu. Semakin mereaksi, semakin terpengaruh.
Al-Munawi menjelaskan berdasarkan keterangan Imam Suyuthi bahwa jenis fitnah itu adalah perselisihan-perselisihan (al-ikhtilafat). Dan yang dimaksud dengan basis perlindungan (malja' dan ma'adz) itu adalah suatu tempat yang mampu menjaga dan mengamankan (At-Taysir, 1988, Juz 2: 111-112).
Setiap bangsa tergugah untuk membangun basis perlindungan, termasuk untuk menghadapi gangguan yang lebih rumit. Karenanya, basis perlindungan terbaik adalah yang melekat dalam setiap diri warga negara dan penyelenggara negara, dan dipraktikkan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Wujudnya adalah masyarakat yang religius, taat hukum, sadar hak dan kewajiban sebagai penduduk dan warga negara. Pada saat yang sama para penyelenggara dapat menjadi teladan, juga aspiratif, tanggap dalam layanan publik dan tegas dalam penegakan hukum.
Beruntunglah bangsa Indonesia yang menerima sangat banyak anugerah Allah SWT. Sejak awal para pendahulu sudah teguh bersepakat hidup terhormat dalam berbangsa dan bernegara dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Itulah basis perlindungan kita sebagai bangsa.
Keberuntungan bangsa Indonesia bertambah karena sejak awal para tokoh agamanya yang setia dan tulus membimbing umat adalah juga pejuang-pejuang kemerdekaan yang ikhlas. Ini yang membuat kita optimis bangsa ini mewarisi kecakapan untuk mengakhiri perselisihan dengan terhormat.
Semua itu menunjukkan bahwa para pendahulu kita sangat terpelajar dan tegas. Juga menunjukkan bahwa kita memang berhak merdeka. Selanjutnya kesepakatan-kesepakatan para pendahulu itu menjadi amanat agar kita memperkuatnya sebagai basis perlindungan.
*) M Dian Nafi'
Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al-Muayyad, Windan, Solo. (nwk/nwk)











































