Sri Mulyani dan Optimisme Jokowi
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Sri Mulyani dan Optimisme Jokowi

Rabu, 27 Jul 2016 13:45 WIB
Sumantri Suwarno
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Foto: (dokumentasi pribadi)
Jakarta - Sehabis menghadiri acara Silaturahmi Nasional dengan kelompok relawan pendukungnya di Jakarta pada 24 Juli 2016 lalu, Presiden Jokowi menuliskan twit "Baru selesai bicara tentang optimisme dan kerja keras pemerintah. Bangsa ini harus maju menjadi bangsa pemenang –Jkw".

Jokowi tak memiliki darah biru sebagai keluarga elit dan bukan aktivis yang moncer dalam dinamika politik nasional, tapi Jokowi melesat cepat dari Walikota Solo, Gubernur DKI, hingga kemudian terpilih sebagai Presiden.

Jika melihat pernyataan-pernyataan Jokowi di publik, seperti yang disampaikan dalam twitnya sesudah bertemu dengan relawan pendukung – maka akan terlihat satu hal yang dimiliki Jokowi yaitu optimisme. Jokowi selalu memberikan harapan dan keyakinan di banyak kesempatan, dan faktanya harapan itu dipercaya publik sehingga mengantarnya dari seorang pengusaha mebel menengah di tahun 2005 dan menjadi Presiden di penghujung tahun 2014.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bertemu dengan orang yang menyebarkan optimisme selalu menyenangkan. Apalagi bagi orang-orang yang kehilangan harapan. Itu bisa dipahami mengapa banyak orang bersedia membayar mahal untuk mengikuti sesi pendek yang disampaikan para motivator.

Kita selalu ingin mendengar bahwa setiap permasalahan ada solusi, bahwa kesulitan pasti berakhir, dan bahwa kemenangan akan tiba. Harapan inilah yang membuat orang bertahan, menjadikan orang jatuh cinta, dan mendorong orang membuat pilihan dan memperjuangkannya.

Pemimpin yang Menginspirasi

Sebegitu pentingnya optimisme bagi penggerak perubahan, banyak tokoh besar yang dikisahkan berhasil karena optimisme dan keberanian yang dimilikinya. Keberanian tidak mungkin muncul tanpa rasa optimis, dan rasa optimis tak berarti jika tanpa keberanian mewujudkannya.

Salah satu pendiri Intel Robert Noyce pernah mengatakan bahwa optimisme adalah resep inovasi, karena membuat orang mau menerima perubahan dan menerebos hal-hal baru daripada sekedar bertahan di tempat yang aman. Kepemimpinan yang dipenuhi nuansa optimis juga akan menginspirasi bawahan untuk terus bertahan atas persoalan-persoalan yang dihadapi.

Colin Powell, jenderal dan diplomat kawakan AS yang merupakan Panglima Staff Gabungan di Era Perang Teluk dalam bukunya 'It Worked for Me', menuliskan bagaimana seharusnya pemimpin bersikap optimis, "Sesuatu mungkin tidak akan bisa diselesaikan, tetapi mulailah dengan kepercayaan bahwa itu bisa diselesaikan sampai fakta dan analisa membuktikan sebaliknya".

Jokowi dalam banyak kesempatan melakukan hampir sama dengan apa yang dituliskan oleh Colin Powell, yaitu keyakinan yang tinggi. Ini dibuktikan dengan tingginya target pertumbuhan ekonomi di 2015 dan 2016, target penyerapan pajak, hingga target-target yang lebih kecil semisal penurunan harga bahan-bahan pokok menjelang Lebaran kemarin. Jokowi memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin yang menginspirasi, yaitu optimis dan yakin sampai fakta membuktikan sebaliknya.

Sebegitu kuatnya inspirasi pemimpin, lihatlah apa yang dikatakan penjaga gawang Korea Utara Ri Myong-guk tentang Presiden Kim Jong-il dalam Piala Dunia 2010 seperti dikutip Goenawan Mohamad dalam sebuah Catatan Pinggirnya berjudul Pemimpin -- "Dia (Kim Jong-il) menebarkan ketakutan di benak para musuh kami, dia memberi kekuatan yang lebih hebat ketimbang 1.000 bek dan 10.000.000 kiper." Korea Utara yang tergabung di Grup G memang akhirnya kalah dalam 3X pertandingannya, tetapi sempat merepotkan Brasil dengan hanya kalah 1-2 di pertandingan pertama.

Optimisme yang Terukur

Optimisme memang modal terpenting sebuah kepemimpinan yang berhasil. Energi baik yang disebarkan pemimpin yang optimis bisa menjadi penggerak terpenting selain sekedar infrastruktur material yang dimiliki. Bagi sebuah pemimpin negara dan pemerintah seperti presiden, optimisme yang bersambut dukungan publik jauh melampaui daya dorong anggaran belanja negara. Dukungan dan kepercayaan publik akan melipatgandakan kecepatan kerja pemerintah.

Salah satu resep memelihara harapan dan kepercayaan publik adalah dengan menjaga agar optimisme yang ditumbuhkan tak berakhir dengan kosong. Jika keyakinan yang tinggi banyak tak berbuah nyata, seiring waktu kepercayaan publik akan luntur. Menjaga akurasi target dan berhati-hati menyampaikan janji menjadi penting di saat harapan publik masih tinggi. Akurasi bisa didapatkan dari pemilihan tim kerja yang memiliki kompetensi. Penunjukan Sri Mulyani menjadi penting dalam konteks menjaga keyakinan publik ini.

Sri Mulyani dengan kompetensi dan track record yang dimilikinya bukan saja menumbuhkan harapan positif dari pelaku pasar, tetapi juga diharapkan dapat mengembalikan akurasi optimisme pemerintah yang selama ini meleset di bidang ekonomi. Tentu publik masih ingat di awal pemerintahan Jokowi ada pejabat yang meyakini ekonomi kita bisa tumbuh hingga 6,6% di tahun 2016. Sebuah optimisme yang tak berdasar dan justru mengganggu kredibilitas Jokowi.

Cara lain menjaga agar optimisme tidak menjadi harapan kosong adalah dengan terus mendengar dan memperhatikan para kritikus. Banyak yang mengatakan lawan adalah penasihat terbaik, karena menunjukkan dengan detil kelemahan-kelemahan tanpa diminta. Colin Powell menuliskannya, "Jangan kelilingi dirimu dengan orang-orang yang skeptis, tetapi jangan abaikan orang-orang skeptis yang memberimu argumen-argumen yang solid".

Selamat bekerja untuk kabinet baru Presiden Jokowi. Tersisa 3 tahun lagi pemerintahan ini, dan praktis hanya 2 tahun jika menghitung tahun terakhir sebagai tahun politik. Semoga kehadiran Bu Sri Mulyani dan menteri-menteri baru bisa memastikan bahwa apa yang diharapkan publik dari Jokowi terpenuhi hingga akhir masa jabatan presiden di 2019.

*) Sumantri Suwarno adalah Ketua Bidang Ekonomi Pengurus Pusat GP Ansor (nwk/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads