Kegagalan selalu menyesakkan, apalagi buat Lionel Messi yang mencatatkan prestasi luar biasa di level klub, tetapi belum sekalipun mencetak gelar untuk timnas Argentina. Dari tiga kali final beruntunnya bersama timnas β 2 kali final Copa America 2015 dan 2016 dan sekali Final Piala Dunia 2014, semuanya berujung kegagalan. Satu-satunya prestasi Messi bersama timnas Argentina hanyalah membawa Argentina meraih emas Olimpiade Beijing 2008.
Bandingkan dengan prestasi pribadinya dan terutama bersama Barcelona β tercatat Messi telah meraih 28 gelar bersama Barcelona dengan rincian 7 gelar La Liga, 3 Copa Del Ray, 6 Piala Super Spanyol, 4 Juara Liga Champions, 3 Piala Super Eropa, serta 3 kali Juara Dunia antar klub. Belum lagi raihannya secara individu, Messi adalah pemain yang sejauh ini memegang rekor sebagai peraih penghargaan pemain terbaik versi FIFA, Ballon d'Or terbanyak yaitu 5 kali di tahun 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2015.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kompetisi yang Melelahkan
Sekalipun publik kecewa dan sebagian marah dan menuding Messi tak serius saat membela negaranya, toh warga Argentina dan dunia menyesalkan keputusan mundur Messi. Twitter mencatatkan trending topic hingga jutaan cuitan atas keputusan mundur Messi.
Guncangan juga muncul tak kalah hebat di Argentina. Publik yang mengecam Messi bahkan berbalik mengiba kepadanya untuk membatalkan pengunduran diri. Di jalanan kota-kota Argentina, papan-papan iklan memunculkan tulisan "No Tes Vayas Lio" yang artinya kira-kira artinya, "Jangan pergi, Messi".
Betul-betul drama yang mengaduk-ngaduk perasaan jutaan orang. Sama dengan kegagalan Timnas Inggris di babak 16 belas besar Piala Eropa setelah dikalahkan oleh Islandia. Sebegitu buruknya kegagalan Inggris hingga Gary Lineker menuliskan dalam twitnya "Kekalahan terburuk sepanjang sejarah. Inggris dikalahkan oleh negara yang memiliki lebih banyak gunung api daripada pemain sepakbola (profesional)."
Inggris juga memiliki segala yang dibutuhkan untuk berprestasi di kompetisi internasional, sama dengan Messi bersama timnas Argentina. Klub-klub profesional yang menjadi barometer liga dunia. Ribuan pemain muda yang berkompetisi dalam liga profesional yang berjenjang dan ketat. Dan jutaan basis suporter yang menghidupkan gairah sepak bola dan segala aktivitas ikutannya.
Ada satu hal yang mungkin menjadi penghubung paceklik gelar bagi Timnas Argentina dan Timnas Inggris. Salah satunya adalah irama kompetisi yang terlalu padat yang harus dilalui para pemainnya. Messi dan beberapa pemain pilar Argentina lainnya, juga pemain Inggris rata-rata berasal dari klub besar yang langganan juara kompetisi. Konskuensinya, semakin banyak kompetisi yang harus diikuti.
Sebagai juara La Liga, Messi harus juga bertarung di Copa Del Rey, lalu (mungkin) masih harus bermain di perebutan Piala Super Spanyol. Kemudian sebagai juara La Liga tentu harus ikut kompetisi Champions Eropa.
Kemudian berebut Piala Super Eropa, dan terahir bertarung di kejuaraan dunia antar klub. Di jeda liburan kompetisi klub Messi harus membela timnas Argentina sejak kualifikasi dan terutama putaran final baik Copa America maupun Piala Dunia. Kegagalan Messi bersama Timnas Argentina dan Timnas Inggris dengan sederet pemain bintangnya adalah buah dari kehidupan yang monoton tanpa jeda.
Mudik sebagai Jeda
Pakar-pakar motivasi kerja memberi saran yang hampir sama atas permasalahan kebosanan dan hilangnya semangat kerja. Mengambil jeda, mencari kegiatan yang sama sekali terlepas dari kegiatan rutin, dan terutama mencoba hal-hal baru. Di banyak perusahaan cara ini diimplementasikan di antaranya dengan tour of duty (pergantian tugas di bidang baru) untuk memberi pengalaman dan lingkungan kerja baru.
Perusahaan juga terus mencoba mengkompensasi kerja keras pegawai dengan segala bentuk layanan yang memutus kebosanan mereka dari pekerjaan utama. Paket cuti yang semakin baik hingga layanan sehari-hari di kantor berupa sarana hiburan dan kesehatan yang variatif. Intinya ada saluran untuk setiap kali mengembalikan semangat yang memudar dari rutinitas pekerjaan.
Libur bersama dalam suasana mudik juga menjadi cara bagi untuk memutus tekanan kehidupan, terutama untuk para pekerja di kota-kota besar seperti Jakarta. Pulang kampung, bertemu keluarga dan teman-teman lama, dan meninggalkan semua pekerjaan bahkan yang terkejar tenggat - adalah mekanisme sosial yang efektif untuk memutus irama kehidupan dari rutinitas sehari-hari .
Jika tidak ada ritual mudik, maka kita semua akan berada dalam kondisi yang sama seperti Lionel Messi dan pemain-pemain Inggris. Setiap saat bergumul dalam kehidupan monoton yang tak tahu kapan berhenti. Hingga suatu saat kegagalan dan kekalahan β yang pasti terjadi bagi tim-tim sepakbola -- membuat kita harus memutuskan berhenti dalam pilu.
Lionel Messi, para pembantu rumah tangga, pekerja-pekerja pabrik, dan kita semua butuh mudik. Sejenak mendatangi tempat asal, mengunjungi kenangan dan ingatan lama, lalu kembali ke kota untuk seolah-olah kembali memulai kehidupan baru .
*) Sumantri Suwarno adalah Ketua Bidang Ekonomi Pengurus Pusat GP Ansor (nwk/nwk)











































