Catatan dari Korea: Ginseng, Kolesom dan Politisi

Catatan dari Korea: Ginseng, Kolesom dan Politisi

Muchus Budi R. - detikNews
Selasa, 15 Des 2015 10:06 WIB
Koleksi ginseng di Ginseng Outlet kawasan Chongya, Seoul. (Foto: Muchus Budi R)
Jakarta -
Siapa tak kenal ginseng? Tanaman khas Korea ini dipercaya memiliki banyak kegunaan, bahkan bangsa Korea menyebutnya sebagai 'obat segala bisa'. Banyak keunggulan dilekatkan pada rimpang tumbuhan istimewa tersebut: menghilangkan segala penyakit, membantu membangun sistem kekebalan hingga menjaga daya vitalitas untuk modal dasar menjalani hidup sebagai pekerja keras. Karena harga ginseng yang mahal, mereka hanya mengonsumsinya lima tahun sekali. Saking manjurnya ginseng, itu pun sudah dianggap cukup.


Tak semua lahan bisa dijadikan untuk budidaya ginseng. Harus berupa dataran tinggi. Tak cukup hanya lahan subur, perlu diperiksa lagi secara cermat lahan itu harus memiliki kandungan unsur-unsur mineral tanah yang sangat kaya. Harus menunggu waktu enam tahun untuk memanennya, tak kurang dan lebih. Kurang dari itu akan mendapatkan ginseng kurang matang yang tidak memiliki kualitas sempurna, namun lebih dari itu juga hanya akan menemukan ginseng yang telah kehilangan sari-sari kegunaannya. Setelah dipanen pun ginseng masih harus dikeringkan selama setahun berikutnya.


Setelah itu lokasi lahan yang sama tidak lagi bisa digunakan menanam ginseng selama 15 tahun. Mineral-mineral tanah itu sudah habis diserap oleh ginseng dalam sekali tanam. Butuh waktu 15 tahun untuk lahannya istirahat agar mineral tanah kembali seperti semula dan bisa kembali digunakan untuk menanam ginseng kualitas unggul. Karena itulah tak heran jika ginseng unggul kualitas tinggi tersebut dipasarkan dengan sangat mahal.

Selama ini kita merasa telah mengonsumsi ginseng Korea yang ditawarkan secara dramatis dan berlebihan di toko-toko obat. Namun itu bukan yang berkualitas tinggi, karena ginseng kualitas unggul
tidak pernah diekspor kemanapun oleh Pemerintah Korea.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Yang ditawarkan dengan penuh kegaduhan oleh para penjualnya itu adalah kolesom, ginseng yang dipanen pada umur empat tahun karena dinilai kurang bagus jika diteruskan hingga matang di umur enam tahun. Kolesom ini lalu dipanen dan dikeringkan selama setahun lalu diekspor. Jadi, 'ginseng' yang sering kita konsumsi itu hanya kolesom kemasan lima tahunan. Kegunaannya, kata orang Korea, hanya cukup untuk menghangatkan badan saja.


M
ungkin para ahli pertanian kita bisa meriset lahan di negeri kita yang cocok untuk menanam ginseng. Tak apa meski tanahnya menjadi gersang 15 tahun berikutnya, namun sepertinya kita butuh membudidayakannya untuk disuguhkan sebagai 'welcome drink' bagi para pemimpin negeri dan para wakil rakyat kita setidaknya lima tahun sekali setelah dilantik.


Harapannya, hingga lima tahun ke depan akan hilang segala penyakit hati,
kebal dari segala godaan dan mampu menjaga daya vitalitas sebagai modal bekerja keras memperjuangkan aspirasi rakyat. Harus menanam sendiri agar kita yakin kualitasnya, agar tak lagi keliru memilih kemasan kolesom lima tahunan yang hanya bikin panas dan mencipta kegaduhan melebihi tukang jualan obat.


Muchus Budi R, wartawan detikcom
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi
(mbr/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads