Pak Jokowi dan Pulung Kewahyon
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Pak Jokowi dan Pulung Kewahyon

Rabu, 12 Agu 2015 14:24 WIB
Andar Nubowo
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Pak Jokowi dan Pulung Kewahyon
Foto: dokumentasi pribadi
Jakarta - Salah satu janji sakti Jokowi yang terpahat dalam hati dan benak rakyat adalah postur dan formasi para pembantunya. Pak Jokowi pernah berjanji untuk menyusun kabinet kerja (zaken cabinet) ramping dan profesional, tidak gemuk seperti kabinet masa lalu. Untuk itu, ia akan menggamit pembantu-pembantu yang lebih banyak unsur profesionalitasnya dari pada kecakapan politiknya.
Β 
Faktanya, Pak Jokowi dan Pak JK malah menyusun Kabinet yang gemuk dengan ---katanya sih,Β  60 persen profesional, dan 40 persen politisi. Sebuah keputusan yang dimaklumi begitu saja oleh sebagian besar rakyat. Namun, dalam tradisi keperwiraan dan kekesatriaan leluhur, sikap Jokowi ini bisa dianggap jauh dari nilai dan tradisi para kesatria Jawa. Β 
Β 
Pak Jokowi sejak awal sudah "mblenjani janji" – memungkiri janji.Β  Apa daya, Pak Jokowi sebagai pemangku kuasa di Republik ini saja tak bisa konsisten mewujudkan mimpi kabinet rampingnya. Apalagi para pedagang asongan dan kaki lima yang tidak pernah muluk mimpi dan janjinya itu.
Β 
Itulah noktah hitam yang ditorehkan Jokowi sesaat setelah dilantik. Meski diam, rakyat terus mencatat. Sebersit tanya dan ragu terpendam dalam nurani seluruh penjuru negeri: akankah Kabinet Kerja Jokowi akan efektif? Dan pertanyaan itu dijawab tegas, bahwa Kabinet Kerja itu tidak efektif dan efisien, karena itu setengah lusinan lebih para pembantunya dirombak oleh Pak Jokowi yang diumumkan hari ini.Β  Β 
Β 
Ironi Pahit
Β 
Naik di puncak popularitas, Presiden Joko Widodo wajib membayar janji-janjinya. Rakyat telah kadung membeli janji-janji Jokowi pada Pilpres lalu. Harapannya, seperangkat Nawa Cita yang memikat sebagian hati rakyat itu bukan sebatas "pepesan kosong", "harapan palsu". Apa jadinya jika Pak Jokowi sebagai wujud pemimpin manunggal itu akan diledek atau –mudah-mudahan tidak- dihinadinakan sebagai "pemberi harapan palsu" atau PHP!
Β 
Tak mudah memang mewujudnyatakan lontaran kata-kata dari lidah tak bertulang. Tetapi, janji seorang panglima tertinggi di Republik ini bukanlah kata-kata sembarang kata. Janji Jokowi adalah sabdo panditho ratu, yang semua perkataannya berdaya politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya, bahkan punya daya magis yang luar biasa. Β 
Β 
Jokowi itu ya idhu geni. Segala wicara dan wacana yang digaungkannya berdampak luas. Karena itu, sudah sewajarnya, jika sekarang ini Pak Jokowi ditagih oleh rakyatnya sendiri yang telah terpesona oleh sabda-sabdanya itu.
Β 
Itulah tantangan besarnya. Popularitas dan ekspektasi yang terlampau tinggi, bisa jadi, "racun" mematikan di kemudian hari. Penentu sekaligus pembedanya adalah kinerja bagi perwujudan harapan semesta rakyat. Artinya, Pak Jokowi ini populer berkat populisme program-programnya yang menjura harapan rakyat akan kemakmuran dan kesejahteraan. Namun, jika gagal memenuhinya, Pak Jokowi bisa "dicincaibombay" oleh pencintanya sendiri.
Β 
Tak pelak, para spartan Jokowi balik badan. Partai pengusung utama juga menunjukkan muka pias kecewa. Apapun alasannya, entah itu karena soal politik lokatif yang dianggap tidak proporsional atau tidak, yang pasti gemuruh kekecewaan itu mengguntur di angkasa dan bumi politik Tanah Air. Rumusnya sebenarnya normal-normal saja: cintailah dan bencilah seseorang (Jokowi) itu sewajarnya saja. Kalau berlebihan, ya sakitnya tuh di sini!
Β 
Di awal-awal pemerintahan Jokowi-JK, Kabinet Kerja yang dibangun tampaknya tidak segera menemukan ritme kerjanya. Selain tampak labil, tidak terkoordinasi dengan baik, tampak beberapa menteri --- untuk tidak mengatakan semuanya, menderita kesulitan untuk "beradaptasi" secara politik dan manajerial. Β 
Β 
Alih-alih menyusun pondasi kebijakan sebagai penerjemahan dari visi misi Jokowi-JK yang terangkum dalam Nawa Cita, beberapa menteri malah sibuk naik pagar di depan puluhan kamera TV dan media, blusukan ke tempat-tempat ramai, dan menciptakan pernyataan-pernyataan yang tidak pas. Seorang menteri yang seharusnya menjamin stabilitas politik dan keamanan malah memicu gaduh. Ironi-ironi yang berasal dari kabinet yang katanya "bekerja" itu.
Β 
Kemendesakan
Β 
Hari ini, lagi-lagi, gosip reshuffle menteri menyeruak. Publik tampaknya tidak terlalu peduli. Mungkin, sudah kebal atau justruβ€”dalam sentimen negatif, tidak terlalu begitu percaya dengan rumor seputar Jokowi dan Kabinetnya. Rakyat tidak mau menelan pahit kembali.
Β 
Semenjak April, suara reshuffle mulai bergemuruh, seiring kemendesakan perbaikan ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang digembar-gemborkan Jokowi. Tapi, tindakan nyata tak pernah terasa. Jika dibaca secara terbalik, publik sebenarnya sudah mulai jenuh. Para sahabat Jokowi –yang dulu berkalang darah dan nanah- pun mulai kritis, objektif melihat bahwa Jokowi yang didukung dan dicintainya itu tidak punya nalar dan rasa kemendesakan (sense of urgency).
Β 
Memang, ini yang tidak bisa dibantah lagi, urusan penggantian, perombakan atau perubahan jajaran pembantunya itu urusan dan hak sepenuhnya Pak Jokowi. Kita harap-harap cemas, sejujurnya, apakah Jokowi yang pinilih itu dapat memilih dan memilih para pembantunya yang membawa berkat atauΒ  sebaliknya bagi seluruh bangsa dan negara.
Β 
Pun demikian, pulung kuasa itu masih dipegang oleh Jokowi. Tetapi, pulung kewahyon itu tidak independen sifatnya. Ia dependen pada kinerja dan kerja nyata para pembantunya, dan terutama sebenarnya pada kemampuan manajerial Pak Jokowi. Β 
Β 
Jika Pak Jokowi yang good man itu bisa menjadi good manager yang baik, kita optimistik, Pak Jokowi bakal selamat dari "pembalikan rasa cinta menjadi antipati dan benci" publik. Jika Kabinet Kerja Jilid II ini merupakan the dream team yang ideal dan efektif, tentu saja, kepresidenan Pak Jokowi akan tetap tegak dan kokoh berdiri. Namun, ini tentu saja bukan yang kita harapkan, jika perombakan ini tidak sesuai harapan, lambat laun publik akan bertanya-tanya apakah pulung itu masih layak dititipkan kepada Pak Jokowi.
Β 
Selamat bekerja (yang sebenar-benarnya) Kabinet Kerja Jilid II Selamat menunaikan janji-janjinya Pak Jokowi! Kami menunggu kamuktenΒ  'satria pinilih' yang melekat padamu. Β 
Β 
*) Andar Nubowo adalah Alumnus EHESS Paris Prancis, Tinggal di Wonosobo Jawa Tengah
Halaman 2 dari 1
(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads