Senior Partai Golkar memang sudah kehilangan kepekaan. Hilangnya sejak JK unggul di Munas Bali. Agung Laksono ada di balik sukses itu. Muncul faksi baru, faksi Agung Laksono yang disebut sebagai βtukang salipβ di tikungan, yang dulu berada di kelompok Akbar Tandjung.
βSaudagarβ masuk partai ini. Semakin mendominasi ketika Munas Pekanbaru memenangkan Aburizal Bakrie berpasangan dengan Akbar Tandjung. Mereka unggul lawan Surya Paloh, Yuddy Crisnandi dan Tommy Soeharto. Serta jangan lupa, Agung Laksono juga ikut andil dalam kemenangan itu. Dia direkrut Ical-Akbar agar gerbongnya tidak diseret ikut lokomotif lawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Posisi Agung Laksono cukup penting sebagai penyeimbang kekuatan di partai ini. Dia sangat dihitung oleh lawan-lawannya. Biarpun sejauh itu belum pernah muncul head to head menantang seniornya, tetapi Agung punya eksistensi. Dia bisa membawa gerbongnya tidak kemana-mana, tetapi bisa pula kemana-mana.
Ketidakpekaan senior Partai Golkar itu berubah menjadi ketidakjeniusan ketika Ical gagal nyapres. Internal partai yang selalu ribut antara Ical dan Akbar itu akhirnya akur masuk Koalisi Merah Putih (KMP). Ini maunya untuk menebus βkekalahanβ agar tetap berkuasa, dengan cara menggandeng partai lain yang βgagal negosiasiβ dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Ketika Jokowi menang, tersulutlah dinamisme panas. Itu karena kekuatan berimbang. Di saat hampir bersamaan, partai-partai masanya memilih pemimpin baru. Agar kekuatan KMP tetap solid, maka para petinggi partai merencanakan skenario untuk tidak ada pergantian ketum.
PPP pun kisruh. Partai ini pecah. Tidak kunjung terlihat siapa bakal unggul. Hanya karena SDA tersandung masalah, maka Romahurmuzy naik. Dia kini berhadapan dengan βpenantang baruβ, Djan Faridz.
Partai Golkar juga sama. Munas maunya dipercepat, tetapi Ical mengolor sedikit waktu untuk liburan ke Eropa. Pulang kemudian merancang untuk Munas, lupa menghitung Agung Laksono dan seabrek kader muda yang sudah menyiapkan diri untuk bertempur berebut posisi ketum.
Munas Bali akhirnya digelar, diimbangi Munas Ancol. Partai Beringin ini pun bak kisah wayang, sisi kiri Kurawa dan sisi kanan Pandawa. Perkaranya masuk pengadilan diserahkan ke Mahkama Partai. Kelompok Ical enggan mengawal karena DPD Tingkat I dipegang dan DPD Tingkat II dalam genggaman Akbar Tandjung. Hakim pun memutus dua abstain dan dua mengakomodasi Agung. Menkumham melegitimasi itu.
Kisruh masih lama, tetapi Agung yang akan tampil sebagai pemenang.
Orang Golkar itu rasional. Boleh uang bertebaran, ikrar palsu dteriakkan, tetapi jika itu berhadapan dengan legalitas, pelan tapi pasti segalanya akan mencair.
Tidak ada fanatisme di Partai Golkar. Tidak ada idelogi yang diperjuangkan. Kalaulah masih geger, itu hanya kalkulasi tahta dan harta. Jangan heran bila saban hari terlihat ada yang loncat pagar.
*) Budayawan, menetap di Jakarta
(nrl/nrl)