Berita tentang pelecehan seksual anak-anak pada waktu sekarang sedang menjadi berita hangat bersamaan dengan berita politik tentang koalisi antar partai menjelang Pilpres 9 Juli 2014. Kalau di bidang politik pencapresan terdapat nama-nama popular seperti Jokowi, Prabowo Subianto, ARB, JK, Mahfud MD dan Abraham Samad, di bidang pelecehan seksual anak-anak muncul dua subyek penting yang tak kalah populernya, yaitu JIS dan Emon. Sebagian waktu siaran di TV dan radio serta internet diisi oleh dua jenis berita hangat itu.
Β
Berlainan dengan berita poiltik pencapresan yang diperkirakan akan segera redup setelah pemilihan umum dan terpilihnya salah satu pasang, dampak yang ditimbulkan pelecehan seksual itu tidak segera akan berakhir. Anak-anak yang menjadi korban akan mempunyai dampak yang berkepanjangan, jikapun tidak menjadi pelanjut terhadap orang lain pada generasi-generasi yang akan datang.
Karena itu seperti sudah banyak disarankan para ahli, penanganan masalah ini harus dilakukan secara seksama dan menjadi salah satu program peningkatan moral dalam rangka nation building di masa yang akan datang. Tidak ada artinya bangsa ini menjadi maju di bidang materi, tetapi jiwanya rusak dan mentalnya hancur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi pelecehan yang terjadi di lingkungan JIS berlangsung di lingkungan pendidikan atau sekolah, di tempat yang terang dan terjaga rapi, dilakukan oleh petugas sekolah, yang dikelola dengan sistem manajemen modern yang katanya bertaraf internasional dan dapat dipertanggungjawabkan kepada orang tua murid dan masyarakat, yang karena itu harus dibayar mahal.
Perbedaan lain juga adalah, bahwa Emon adalah orang sakit mental, sedangkan pimpinan JIS pasti tidak dapat disebut sakit mental sehingga membiarkan kejadian seperti itu berlangsung berkali-kali. Kalau korban Emon, bersedia diperlakukan secara suka rela, sementara murid-murid TK JIS terjadi secara paksaan. Karena itu pelecehan seksual yang terjadi di JIS harus dihukum lebih berat.
Pemberitaan yang menggebu-gebu tentang Emon dalam jumlah besar dan di tempat-tempat lain di beberapa daerah tidak boleh menimbulkan kesan, bahwa di kalangan bangsa Indonesia hal itu merupakan hal yang biasa, karena itu kejadian di JIS itu dapat dimaafkan. Tidak. Tidak boleh dimaafkan begitu saja. Harus jelas siapa saja pelakunya dan bagaimana bisa terjadi ditempat terhormat dan terbuka, di lingkungan pendidikan yang diklaim sebagai salah satu sekolah unggulan bertaraf internasional.
Saya kira orang tua murid menyekolahkan anaknya ke JIS bukan sekedar karena di sana diajarkan dan dipraktekkan bahasa Inggeris. Tetapi terutama karena di sana diharapkan ada metode pendidikan yang baik dan terjamin keamanan dan kesehatannya.
Kepada media massa dimintakan sangat kehati-hatian untuk tidak menimbulkan kesan seolah-olah berita pelecehan seksual di tempat lain sengaja dibesar-besarkan untuk menutup-nutupi aib yang sama yang dilakukan oleh warga negara maju. Mental rendah diri demikian harus dihindarkan jauh-jauh, karena itu juga merupakan bahagian dari masalah yang harus diperbaiki dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Β
*) Said Zainal Abidin adalah Guru Besar STIA LAN dan Mantan Penasihat KPK
(nwk/nwk)











































