Kampanye Parpol Jangan 'Jualan Kecap'
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kampanye Parpol Jangan 'Jualan Kecap'

Jumat, 21 Mar 2014 17:33 WIB
Amril Jambak
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Kampanye Parpol Jangan Jualan Kecap
Jakarta - 16 Maret 2014 merupakan hari pertama pelaksanaan kampanye partai politik (Parpol) peserta pemilihan umum (Pemilu) 2014. Pelaksanaan kampanye yang hingga 5 April 2014 tersebut, merupakan ajang meraih simpatik pemilih bagi 12 parpol nasional dan 3 parpol di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Kampanye politik adalah sebuah upaya yang terorganisir bertujuan untuk memengaruhi proses pengambilan keputusan para pemilih dan kampanye politik selalu merujuk pada kampanye pada pemilihan umum (Pemilu). (Wikipedia.org).

Pesan dari kampanye adalah penonjolan ide bahwa sang kandidat atau calon ingin berbagi dengan pemilih. Pesan sering terdiri dari beberapa poin berbicara tentang isu-isu kebijakan. Poin-poin ini akan dirangkum dari ide utama dari kampanye dan sering diulang untuk menciptakan kesan abadi kepada pemilih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam banyak pemilihan, para kandidat partai politik akan selalu mencoba untuk membuat para kandidat atau calon lain menjadi "tanpa pesan" berkaitan dengan kebijakannya atau berusaha untuk pengalihan pada pembicaraan yang tidak berkaitan dengan poin kebijakan atau program.

Sebagian besar strategi kampanye menjatuhkan kandidat atau calon lain yang lebih memilih untuk menyimpan pesan secara luas dalam rangka untuk menarik pemilih yang paling potensial. Sebuah pesan yang terlalu sempit akan dapat mengasingkan para kandidat atau calon dengan para pemilihnya atau dengan memperlambat dengan penjelasan rinci programnya.

Misalnya, dalam Pemilu 2008 dari pihak John McCain awalnya mempergunakan pesan yang berfokus pada patriotisme dan pengalaman politik pesan itu kemudian ditangkap dan diubah menjadi perhatian beralih ke peran sebagai "maverick" di dalam pendirian politiknya sedangkan Barack Obama tetap pada konsistensi, pesan yang sederhana yang "mengubah" seluruh kampanye itu.

Dalam teknik kampanye politik, kemenangan kandidat atau calon yang dilakukan di dalam jajak pendapat hanya dipergunakan sebagai agenda politik di kantor staf pemenangan kandidat atau calon. Penggunaan metode rayuan yang merusak, sindiran atau rumors yang tersebar mengenai sasaran kepada para kandidat atau calon kepada masyarakat agar menimbulkan presepsi yang dianggap tidak etis terutama dalam hal kebijakan publik.

Komunikasi ini diusahakan agar menimbulkan fenomena sikap resistensi dari para pemilih, kampanye hitam umumnya dapat dilakukan oleh kandidat atau calon bahkan pihak lain secara efisien karena kekurangan sumber daya yang kuat untuk menyerang salah satu kandidat atau calon lain dengan bermain pada permainan emosi para pemilih agar pada akhirnya dapat meninggalkan kandidat atau calon pilihannya.

Terlepas apapunlah namanya jika dilihat dari waktu ke waktu, kebanyakan kampanye politik hanya obral janji alias 'jualan kecap'. Janji yang diucapkan dalam masa kampanye, hasilnya tidak sama dengan yang diucapkan. Bahkan penulis membahasakan ‘meleset’ dari janji-janji tersebut.

Kita masih ingat, tentang komitmen partai-partai yang tidak akan melakukan korupsi. Nyatanya, korupsi masih saja terjadi. Lacurnya, ‘anak muda’ dalam iklan dari parpol itu sendiri yang melakukan korupsi.

Tentu saja hal ini jadi perbincangan hangat di masyarakat. Tidak itu saja, kader partai lain juga banyak tersandung kejahatan kriminal kerah putih (korupsi).

Saat ini yang penting bagi masyarakat adalah bukti, karena janji yang disampaikan dalam kampanye politik tidak akan mempengaruhi masyarakat. Palingan masyarakat pemilih menikmati apa yang diberikan saat kampanye, misalkan serendah-rendahnya ‘upah’ menghadiri kampanye dalam bentuk uang dan baju kaos. Sedangkan pilihan mereka pastinya berpikir sendiri mana yang terbaik.

Penulis hanya berharap, parpol peserta Pemilu 2014 tidak lagi berkutat seputar 'menjual kecap' semata. Langkah konkrit dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa inilah yang sangat diharapkan masyarakat.

*) Amril Jambak, Wartawan di Pekanbaru, Riau

(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads