Puntung rokok di tangan terjatuh saat dari balik dinding terdengar sayup-sayup pekik kata, 'Merdeka!'. Rupanya kata itu diucapkan oleh salah satu Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Puan Maharani dan disiarkan langsung oleh sebuah stasiun televisi.
Pandangan Petruk yang semula ke arah pematang sawah di depan rumah, kini beralih ke ruang tamu. Di ruangan mungil itu sang istri nampak serius menyaksikan siaran televisi. βDukung Bapak Joko Widodo sebagai calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,β kata Puan yang membacakan titah dari sang Ibu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ingatan Ki Petruk kini kembali ke masa puluhan tahun silam. Saat itu dia secara tidak sengaja mendapat 'mandat' berupa tiga wahyu keprabon. Tiga wahyu tersebut adalah wahyu Maningrat yang menyebarkan bibit ratu, wahyu Cakraningrat sebagai penjaga ratu, dan wahyu Widayat yang melestarikan hidupnya sebagai ratu.
Ketiga wahyu tersebut semestinya singgah sementara di tubuh Abimanyu. Nantinya wahyu akan diserahkan ke Parikesit sebagai pewaris tahta kerajaan Hastina Pura setelah Pandhawa pergi. Parikesit adalah putra Abimanyu.
Sayang karena saat itu Abimanyu tengah sakit, ketiga wahyu tersebut pergi dan hinggap di tubuh Petruk. Ki Petruk pun menjadi ratu di sebuah kerajaan yang dia beri nama Lojitengara dengan gelar Prabu Wel-Geduwel Beh.
Namun rupanya untuk menjadi seorang raja tak cukup bermodal ketiga wahyu tersebut. Petruk memerlukan singgasana kerajaan Hastina Pura. Maka diperintahlah kedua patih Lojitengara, Bayutinaya, Wisandhanu untuk mencurinya.
Tahta berhasil dicuri dan dibawa ke Lojitengara. Namun Prabu Wel-geduwel Beh gagal, setiap hendak duduk di atas singgasana, dia terjungkal. Melalui penasihat kerajaan, Petruk mendapat bisikan agar mencari sebuah boneka yang harus dia gendong saat duduk di singgasana.
Bayutinaya dan Wisandanu kembali diperintahkan untuk mencari boneka tersebut. Kedua patih berhasil membawa sebuah 'boneka'. Rupanya boneka tersebut adalah Abimanyu yang sedang sakit. Saat dipangku Prabu Wel-Geduwel Beh itulah Abimanyu sembuh dari sakitnya. Petruk sadar tak bisa menduduki tahta kerajaan tanpa memangku Abimanyu, orang yang berhak atas tiga wahyu 'keprabon' Hastina Pura.
Lamunan Petruk pun terhenti saat api dari rokok yang dia pegang menyulut ujung telunjuknya. Dia kembali terngiang 'titah' Megawati di layar televisi tadi yang memberikan mandat kepada Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon presiden. Petruk menerjemahkan perintah Megawati tersebut sebagai penunjukkan Jokowi sebagai 'raja', yang akan memimpin negeri ini. Dia pun tak keberatan, karena selama ini sedah merasakan sentuhan kepemimpinan Jokowi.
Namun ada dua hal yang mengganjal di hatinya. Pertama, keikhlasan Megawati selalu ketua umum partai yang menurut seorang politisi menjadi boarding pass calon presiden. Apabila tidak ikhlas tentu di kemudian hari Mega akan meminta 'imbalan' atau bahkan mengungkit jasa-jasanya itu kepada Jokowi. Petruk berharap Megawati ikhlas memberi mandat kepada Jokowi.
Ganjalan kedua, adalah soal indepedensi Jokowi saat nanti duduk di singgasana. Keraguan Petruk ini setelah melihat dua hari sebelum 'titah' dibacakan, Jokowi secara mendadak mau ikut Megawati 'nyekar' ke makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur. Padahal saat itu adalah jam kerja dia selaku gubernur.
Petruk hanya berharap jika nanti benar-benar menjadi raja, Jokowi tak lagi sekadar menurut pada perintah Megawati. Karena setelah menjadi raja, Jokowi tak hanya menerima mandat dari Megawati, melainkan seluruh rakyat.
Lamunan Petruk kembali terhenti. Dari balik tembok terdengar sayup tembang, 'Sinom Rujak Jeruk' yang membuatnya mengantuk.
Jak rujak rujak rujak jeruk
Sepincuk nggo tombo ngantuk
Nora mathuk, ndilalah tansah kepethuk
Jak rujak rujak rujak uni
Rujake wong edi peni
Tubuh Ki Petruk merebah, di atas dipan bambu dia tertidur saat matahari belum sepenuhnya tenggelam di ufuk barat.
*) Erwin Dariyanto adalah jurnalis di detikcom. Tulisan ini mewakili pendapat pribadi, bukan pendapat institusi di mana penulis berkarya.
(erd/nwk)











































