Inspirasi perubahan selalu berawal dari kegelisahan-kegelisahan akan kondisi negara yang tidak kunjung membawa kemakmuran, karena itu para aktivis mahasiswa dan generasi muda pemilih pemula yang masih mempunyai idealisme dan cita-cita besar tentang Indonesia tentu merasa gelisah dengan kondisi bangsa saat ini. Karena itu Pemilu 2014 adalah momentum yang tepat bagi perubahan bangsa.
Untuk itu, menyongsong kebangkitan dan perubahan yang lebih fundamental di era transisi demokrasi dan transisi kepemimpinan nasional harus siap mengusung, mengisi, dan mengawal kebangkitan serta perubahan menuju cita-cita besar Indonesia yang lebih baik dan beradab. Pemilih pemula adalah mereka yang berusia 17 tahun pada hari pencoblosan atau yang sudah menikah dan tercatat dalam daftar pemilih tetap. Pemilih pemula dalam setiap even pemilu nasional ataupun pemilukada selalu didominasi kalangan pelajar/siswa dan jumlah mereka relatif besar. Jumlah mereka yang besar membuat mereka sering menjadi rebutan partai politik maupun para politisi untuk mendongkrak perolehan suara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jiwa muda dan coba-coba masih mewarnai alur berpikir para pemilih pemula, sebagian besar dari mereka hanya melihat momen pemilu sebagai ajang partisipasi dengan memberikan hak suara mereka kepada partai dan tokoh yang mereka sukai/gandrungi. Antusiasme mereka untuk datang ke TPS tidak bisa langsung diterjemahkan bahwa kesadaran politik mereka sudah tinggi. Kebanyakan pemilih pemula baru sebatas partisipasi parokial semata. Mereka masih membutuhkan pendewasaan politik sehingga mampu berpartisipasi aktif dan dapat berkontribusi positif dalam upaya menjaga dan menyukseskan demokratisasi. Pemilih pemula sering kali lebih cendrung memilih partai-partai besar dan mapan.
Jika kita tarik benang merah dari kerangka berpikir di atas setidaknya ada kecendrungan partisipasi pemilih pemula menuju partisipasi mobilisasi. Jumlah mereka yang besar dan emosi yang belum stabil membuat mereka rawan menjadi rebutan partai politik dan figur-figur yang bertarung dalam pemilu maupun pemilukada. Mereka kemudian hanya menjadi lumbung suara tanpa mendapatkan edukasi dan penyadaran politik dari parpol.
Potensi besar ini harus bisa dioptimalkan agar partisipasi mereka tak hanya sebatas partisipasi parokial tanpa kontribusi untuk proses demokratisasi. Partai politik seharusnya tidak hanya berpikir bagaimana mendulang perolehan suara, lebih dari itu parpol harus memikirkan pula bagaimana menumbuhkan kesadaran politik bagi anak muda yang nanti suatu saat juga akan menjadi kader-kader mereka.
KPU, PPK, KPPS harus bahu membahu memberdayakan para pemilih pemula. Mereka harus mampu membuat pemilih pemula tidak hanya menjadi massa labil yang dapat dimobilisir. Mereka semua justru harus didorong untuk menjadi pemilih otonom yang steril dari mindset money politics, kolusi, maupun nepotisme. Kesimpulannya, suara para pemilih pemula tidak boleh diremehkan. Jumlah mereka yang besar bisa menjadi penentu pemenang dalam setiap pemilu maupun pemilukada.
Potensi ketokohan nasional harus dapat menjadi bagian dari kemenangan dan dimanfaatkan dengan baik yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju perubahan yang lebih baik. Semua berharap agar Pemilu 2014 berjalan lancar dan aman serta mampu terpilih calon anggota DPR, DPRD dan Presiden terpilih yang mampu mensejahterakan sekitar 230 juta rakyat Indonesia mudah-mudahan kita juga mendapatkan pimpinan tertinggi yang bisa lebih mensejahterakan masyarakat.
Dalam rangka untuk membangkitkan generasi muda Indonesia berpartisipasi dalam Pemilu 2014 kita tidak pernah membayangkan kalau seandainya para pemilih muda yang jumlahnya mencapai 53 juta tersebut tidak menggunakan hak pilih tetapi kita bisa membayangkan lagi kalau generasi muda yang sekarang masuk kategori pemilih pemula sampai tidak ada yang tertarik untuk memasuki bidang politik maka itu adalah lonceng kematian Republik Indonesia.
Fenomena generasi muda yang apatis harus segera dibenahi agar tidak berkembang karena minimnya minat generasi muda dalam persoalan politik berbangsa dewasa ini menjadi persoalan bersama. Keberadaan generasi muda yang mulai memasuki usia produktif secara politik amatlah penting dalam pembangunan bangsa, sehingga kesadaran dan kepedulian mereka terhadap perkembangan politik harus dibina sejak dini.
Menjelang pelaksanaan Pemilu 2014, suara pemilih muda sangat penting dan menentukan arah demokrasi Indonesia. Partai politik sekarang harus mampu merebut kepercayaan para pemilih muda dengan aktif secara politik dengan memilih mereka turut menentukan masa depan bangsa. Karena suara mereka sangat signifikan, dan mereka adalah penerus bangsa, calon pemimpin.
Jika anak-anak Indonesia yang baik, jujur, pemberani, berintergritas tinggi tidak tertarik untuk memasuki bidang politik, jika orang-orang baik tidak mau masuk politik maka jangan pernah meratapi kalau kemudian lembaga-lembaga politik diisi oleh orang-orang yang tidak baik. Maka dibutuhkan rasa tanggung jawab yang besar bagi kita sekalian generasi muda Indonesia, tidak ada pilihan lain kecuali saudara-saudara sekalian harus aktif berpolitik dan mengisi lembaga-lembaga politik tersebut.
Ada satu kata yang ingin saya sampaikan bahwa sesuatu yang konstan itu adalah perubahan, perubahan itu hanya bisa terjadi kalau kita sebagai bagian dari dunia manusia menjadikan perubahan untuk bangsa dan negara. Tanpa partisipasi kita semua, perubahan itu tidak akan terjadi, oleh karena itu saatnya sekarang mahasiswa dan adik-adik ikut serta tidak hanya menjadi pemilih pasif tetapi aktif dan daftarkan diri anda sebagai relawan pengawas pemilu, ikutlah berpartasipasi tanggal 9 April 2014 karena Anda ikut menentukan nasib bangsa Indonesia tercinta.
*) Suhendro, Pengamat dan Pemerhati Masalah Bangsa
(nwk/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini