- - Tidak ada kegiatan apapun tanpa risiko. Naik tangga dalam rumah bisa jatuh, jalan di kebun bisa terantuk batu, naik sepeda motor bisa tertubruk dan seterusnya. Dalam bisnis demikian pula halnya. Sejak mulai mendirikan perusahaan para pemegang saham sudah harus siap menghadapi berbagai risiko yang mungkin menimpa perusahaan. Seperti tanaman yang baru disemai, perusahaan baru masih dalam keadaan lemah dan perlu mendapat perhatian khusus agar dapat terus tumbuh dan tidak mati sebelum menghasilkan.Meski awalnya sudah jelas dicantumkan dalam anggaran dasar apa yang hendak dilakukan perusahaan, praktiknya tidak semulus itu. Setelah didirikan, izin belum tentu diperoleh dan tanpa izin tentunya perusahaan tidak bisa beroperasi. Kalaupun diperoleh izin, perusahaan harus mulai menyiapkan tempat perusahaan, modal kerja, teknologi dan sebagainya. Terkadang, modal yang dibutuhkan tidak kecil atau tidak sederhana, misalnya dalam pembangunan industri hulu sektor kimia.Para pendiri memang harus melakukan penjajakan kepada berbagai pihak sebelum mendirikan perusahaan. Langkah itu perlu dilakukan agar sesedikit mungkin hambatan dan halangan yang dihadapi. Namun, tidak semua bisa dilakukan sebelum perusahaan didirikan. Bank tidak bisa melakukan analisis dan tidak bisa memberikan keputusan bila perusahaan belum didirikan. Itu pun kebanyakan bank enggan untuk mendanai perusahaan baru kecuali kalau perusahaan itu mendapat dukungan sepenuhnya dari perusahaan lain yang sudah beroperasi dengan baik.Dukung mendukung semacam ini memang perlu untuk perusahaan baru seperti juga tanaman yang baru ditancapkan di tanah perlu disangga agar tidak roboh ditiup angin. Kalau bank atau lembaga keuangan lain tidak bisa memberikan pembiayaan maka seluruh proyek hanya tinggal impian.Namun, jangan juga cemas karena apa yang tidak bisa dilaksanakan hari ini mungkin bisa dilaksanakan pada waktunya kelak karena keadaan memang terus berubah. Perilaku konsumen terus mengalami perubahan. Produsen baru bermunculan di mana-mana dan siap untuk menerkam pesaing-pesaing lama, apalagi pesaing baru yang belum mempunyai kekuatan.Karena itu, mendirikan sebuah hotel misalnya, tidak cukup hanya dengan mendapatkan pendanaan dari bank dan tidak cukup dengan memakai manajemen yang andal. Pengelola harus mencermati apa yang akan terjadi di sekitar kita dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang. Lihat saja betapa pabrik tekstil dan sepatu kita yang dulu sangat unggul, belakangan makin tersisih karena munculnya pesaing baru yang mempunyai daya saing yang lebih baik.
Menghadapi PerubahanKita menyadari perubahan teknologi berlangsung luar biasa cepat. Telepon genggam selalu berubah dan selalu menampilkan kemampuan baru, seperti gabungan antara telepon dan kamera, antara telepon dengan televisi, dan seterusnya. Pada waktu mendirikan perusahaan yang komponen teknologinya tinggi, sudah harus disadari dan dipersiapkan kemungkinan perubahan teknologi yang tidak memungkinkan perusahaan menggunakan alat produksi yang sama. Memang ada alat-alat produksi yang dapat dipakai dalam jangka waktu puluhan tahun karena memang belum rusak. Namun, mungkin sudah tidak efisien lagi untuk digunakan atau bahkan sama sekali harus dibuang karena perubahan teknologi. Risiko ini tidak hanya terjadi dan mungkin menimpa perusahaan baru dan juga bisa menimpa perusahaan yang sudah beroperasi puluhan tahun.Lihat saja pabrik gula kita yang sudah mulai kehilangan daya saing terhadap gula impor yang lebih murah. Pada akhirnya, bukan produsen yang menentukan apa yang harus diproduksi tetapi konsumen. Dalam jangka pendek memang produsen harus memasarkan produk yang dibuatnya dengan segala aspek keunggulannya. Dalam jangka panjang, produsen harus menyesuaikan produknya terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen, termasuk harga jualnya. Produsen tidak bisa lagi mengatakan harga jual selalu bisa disesuaikan terhadap perubahan harga pokok karena konsumen dengan mudah bisa beralih ke produk serupa yang dibuat oleh produsen lain.
Inovasi Tiada HentiUntuk mencegah risiko persaingan dalam bisnis, perusahaan harus terus-menerus berupaya melakukan inovasi yang tiada hentinya. Perusahaan yang sudah mapan dan mempunyai banyak uang sering lupa bahwa inovasi itu perlu. Tanpa inovasi, perusahaan bisa kehilangan pangsa pasar karena direbut perusahaan baru lain.Memang untuk melakukan inovasi dibutuhkan biaya riset dan pengembangan yang tidak kecil dan dibutuhkan pula orang-orang cerdas yang mampu melakukan inovasi. Itulah andalan dari suksesnya perusahaan teknologi informasi dan perusahaan farmasi. Bila tidak mampu melakukan inovasi yang besar, setidak diperlukan kreativitas untuk terus-menerus menampilkan produk lebih baik dengan harga lebih murah. Mau tidak mau, perusahaan harus terus memperhatikan harga pasar dari produk sejenis yang diproduksinya, agar tahu apakah produknya masih bisa bersaing dan masih dibeli konsumen.Bila perusahaan sudah kehilangan sebagian dari pangsa pasar yang dulu dikuasainya, tidak mudah lagi merebut kembali pangsa pasar itu. Sebab, konsumen pada dasarnya memang tidak pernah setia pada satu produk atau satu merek tertentu. Konsumen punya kebebasan penuh untuk membeli apa saja dengan uangnya sendiri.Bila perusahaan tidak kreatif, tidak inovatif dan tidak bisa menekan biaya produksinya maka risiko untuk kehilangan bisnis menjadi lebih besar. Perusahaan yang melakukan investasi dalam jumlah besar akan menghadapi risiko lebih besar pula. Risiko itu, misalnya, tidak bisa membayar kewajiban kepada bank atau pemegang obligasi dan sehubungan dengan itu bisa kehilangan aset yang telah dijaminkan. Kita sudah melihat betapa banyaknya perusahaan semacam ini sejak krisis melanda, sehingga perusahaan terpaksa harus ditutup atau diambilalih perusahaan lain.Risiko menjadi lebih kecil kalau kegiatan hanya terbatas pada perdagangan, karena perusahaan hanya membeli kemudian menjualnya kepada pihak lain di tempat lain. Risiko hanya terletak pada harga beli dan biaya yang timbul untuk menjual barang itu kepada konsumen yang dituju. Tidak ada investasi dalam jumlah besar kecuali untuk stok barang.Perusahaan properti mengurangi risiko tidak bisa menjual bangunan dengan lebih dulu menjual konsep atau gambar dan menerima uang muka yang cukup sebelum mulai membangun. Dengan demikian tidak ada bangunan yang tidak terjual. Konsep lama adalah membeli kemudian menjual. Untuk mengurangi risiko orang berusaha guna mendekatkan waktu antara membeli dengan menjual, kalau bisa pada waktu yang bersamaan untuk menghilangkan stok. Lebih hebat lagi bisa menjual sebelum membeli.
(/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini