Bagi kalangan yang relegius, pastilah nama adalah doa. Sebuah harapan agar masa depan anaknya sejalan dengan nama yang disandangnya. Seorang yang bernama Nasir yang artinya sang penolong, bisa jadi si orang tua berharap anaknya menjadi pengayom masyarakat. Sedangkan bagi nama Milenia, si pemberi nama berharap si jabang bayi kelak akan berpikiran maju seperti ciri-ciri millennium baru ini. Tidak jauh dari itu, emaknya si Bejo berharap agar ia selalu memiliki peruntungan yang besar dalam mengarungi hidup yang makin kompleks.
Jangan lupa, kadang si anak tidak perduli dengan pemberian nama dari orang tuanya. Mereka lupa bertanya atau pura-pura tidak tahu bahwa namanya mengandung doa yang sedemikian dahsyat. Akibatnya, ia tidak terbimbing oleh nama tersebut dan kemudian tersesat ke jalan yang tidak benar. Maklumlah, tidak ada satu orang tuapun di muka bumi ini yang menginginkan anaknya celaka, apalagi memberi nama yang berkonotasi negatif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akil Mohtar dan Khoirun Nisa
Banyak orang memiliki nama yang mirip dengan Akil. Said Aqil Siraj misalnya, adalah seorang Ketua PBNU yang sangat ternama. Ia dikenal sangat pandai dan luwes dalam bergaul. Ia tempat bertanya bukan hanya pada soal agama semata, karena pria ini memiliki segudang jabatan baik di lembaga pendidikan seperti UI maupun lembaga pemberantasan terorisme. Nama Aqil rupanya tepat. Tidak hanya sebagai seorang kyai, namun juga cendekiawan yang disegani.
Makumlah, kata Aqil sendiri kemungkinan besar bisa dirunut atau dekat-dekat dengan urusan akal atau aqlun. Dalam bahasa Arab, Aqil berarti orang yang berakal atau dengan kata lain adalah orang yang pandai. Siraj sendiri sering diartikan sebagai jalan yang benar atau lurus. Dengan demikian, tebak-tebakan saya, Said Aqil Siraj itu maksudnya adalah si Said yang pandai dan berjalan di jalan yang lurus. Tidak bengkak-bengkok, apalagi melakukan korupsi dan manipulasi yang merugikan rakyat banyak.
Kalau Aqil yang pakai qof, itu berarti orang yang berakal, lain lagi dengan Akil. Akil yang asal katanya akala-yakkulu (pakai kaf), berarti orang yang sedang makan. Makan dalam arti yang sebenarnya, makan apa saja, seperti makan nasi bungkus hingga makan mie instan. Bisa jadi pemberi nama Akil menginginkan anaknya menjadi orang yang berakal dan pandai, hanya saja dalam transeliterasi bahasa Indonesianya salah. Maunya pakai q, tapi salah ketik dengan k.
Salah ketik tersebut sangat biasa terjadi. Ada teman akrab saya menjadi pribadi yang sangat minder. Gara-garanya sepele. Orang tuanya yang kurang paham bahasa Arab itu menamakan anaknya Mubazir yang artinya sia-sia (beda s dan z). Padahal, bisa jadi ia menginginkan anaknya menjadi seorang Mubasyir, sang pencerah. Ada juga yang memberi nama anaknya asal bahasa Arab, biar kelihatan Islami, tapi jatuhnya malah tidak karuan. Peremuan itu dinamakan Istirohah, mungkin biar beda dengan Istianah atau Istijabah. Sayang, istirohah itu bahasa Indonesianya berarti istirahat. Salah-salah, kalau besar anak ini sukanya santai-santai, sesuai nama pemberian sang ortu.
Adapun Mohtar artinya orang yang terpilih. Asal katanya adalah ihtara-yahtaru. Menjadi orang yang terpilih merupakan harapan semua orang tua. Pastinya, anaknya diharapkan menjadi salah satu eminent person, pemberi suri tauladan, juara kelas, ketua OSIS hingga ketua lembaga yang sangat disegani di dalam sebuah sistem kemasyarakatan. Tidak heran kalau doa ini sering terkabulkan. Ingat saja, ada nama-nama hebat yang mirip dengan ini seperti Mochtar Riyadi sang pemimpin Lippo Group atau Mohtar Masoed yang menjadi professor bidang hubungan internasional di UGM.
Dengan demikian, maka nama Aqil Mohtar (pakai qof atau q) dimaksudkan agar si anak bisa menjadi cendekiawan yang terpilih. Sebuah nama yang sangat indah dan sarat dengan doa. Bagaimana tidak, si orang tua pasti sangat sadar bahwa dengan akal saja hidup ini belum tentu sukses. Harus ada kepribadian lain yang sesuai dengan norma-norma kebaikan yang berlaku di masyarakat. Aqil Mohtar adalah sebuah nama yang komplit: seorang yang pandai, cerdik, cerdas dan kemudian terpilih untuk menduduki “jabatan” tertentu.
Seperti yang saya katakan tadi, kesalahan dalam menulis bisa-bisa sangat fatal akibatnya. Seperti Aqil yang berubah menjadi Akil (pakai k, kaf) yang berarti orang yang makan, atau pemakan segala. Akil Mohtar bisa saja kemudian diartikan sebagai “orang makan yang terpilih”. Kalau benar doanya demikian, maka si anak nanti akan bisa jadi jagoan makan krupuk atau juara makan bakso di kelas atau makan lainnya. Namun sangat jelas, bahwa dengan kesalahan menuliskan satu huruf maka melencengnya setengah mati.
Adapun Khoirun Nisa, lagi-lagi adalah sebuah doa yang luar biasa. Lebih tinggi “pangkat”nya dibanding Aqil Mochtar. Khoir berarti bagus atau paling bagus. Itulah sebabnya, mengucapkan sesuatu yang baik sering menggunakan kata khoir, seperti sabahul khoir yang berarti selamat pagi. Pokoknya, khoir itu konotasinya hanya baik dan baik. Impresinya tidak ada yang jelek. Istilah Tukul Arwana, top markotop.
Khoir disambung dengan Nisa, menjadi sebuah perpaduan yang luar biasa. Nisa adalah jamak, bukan tunggal, yang artinya wanita atau semua wanita. Dengan demikian, Khoirun Nisa pastilah diharapkan oleh si pemberi nama, gadis ini nantinya akan menjadi seorang wanita yang terbaik diantara wanita-wanita lainnya. Akan melakukan perbuatan yang mulia dan menjadi suri tauladan, kembang desa dalam arti positif, atau bisa juga kembang bangsa. Kalau saja doa ini terkabul, Khoirun Nisa bisa menjadi ketua parlemen, presiden atau jabatan-jabatan lain yang sangat terhormat di mata masyarakat.
Memang repotnya, orang tua sering punya kesalahan besar, tidak memberikan penjelasan secara gamblang tentang arti nama yang disematkan pada anaknya. Membiarkan sang anak menebak-nebak sendiri atau bahkan tidak bertanya kepada orang tuanya. Akhirnya, nama yang bagus-bagus itu berhenti menjadi sebuah nama, bukan dorongan untuk memiliki sifat-sifat sebagaimana yang ada dalam nama. Atau bahkan, si anak menganggap nama tersebut semacam hadiah saja. Itulah mengapa banyak orang kemudian mudah berseloroh: apalah arti sebuah nama.
*Penulis adalah pengamat masalah-maalah sosial
(nrl/nrl)