Djadjang & Mamad bicarakan jalan tol...
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Djadjang & Mamad bicarakan jalan tol...

Selasa, 26 Okt 2004 09:05 WIB
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
- - Djadjang (D) dan Mamad (M) baru lulus S-1 ekonomi. Mereka selalu satu kelas, mata kuliah, dan perhatian utama mereka sama, yaitu politik ekonomi.Mereka berdialog tentang jalan tol yang sangat menarik. Berikut petikan dialog itu.D: Mengapa di Indonesia semua jalan raya yang mulus, lebar, dan bebas hambatan disebut jalan tol?M: Karena semua kendaraan yang menggunakan jalan seperti itu dikenakan pembayaran yang dinamakan tol.D: Ketika kita berdua berlibur mengendarai mobil sendiri keliling Eropa, kita kok tidak pernah disuruh membayar tarif tol, walaupun jalan yang kita pakai demikian panjang sampai menghubungkan seluruh daratan Eropa.Namanya juga bukan jalan tol tetapi di Belanda disebut snelweg, di Inggris disebut high way atau free way, dan di Jerman disebut Autobahn.Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kira-kira jalan raya bebas hambatan. Tetapi mengapa di sana tidak dipungut bayaran?M: Karena jalan-jalan itu di sana dibiayai pemerintah dari hasil pajak yang dipungut dari rakyatnya. Jadi, jalan-jalan itu untuk rakyat yang dibiayai oleh rakyat.D: Pemerintah Indonesia kan juga memungut pajak dari rakyatnya. Tetapi mengapa pemerintah tidak menggunakan uang hasil pajak itu untuk membuat jalan raya yang boleh dipakai oleh siapa saja dengan cuma-cuma?M: Karena bagian terbesar dari hasil pajak dipakai untuk membayar utang. Besar utang pemerintah tidak kira-kira. Sisanya, yang sedikit itu, dipakai untuk hal-hal yang jauh lebih penting dari membangun jalan raya yang kita bicarakan ini.D: Jadi, masalahnya tidak prinsipil yang didasari falsafah tetapi karena alasan praktis saja, yaitu pemerintah sedang miskin, banyak utang.M: Ya, kira-kira begitu. Kalau menurut elu, falsafah apa yang bisa mendasari pembiayaan jalan raya oleh pemerintah?D: Falsafah yang mengatakan bahwa barang yang vital dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jalan tol di Indonesia kan dimiliki oleh swasta untuk memperoleh hasil tarif tol sehingga yang mempunyai jalan tol memperoleh sebesar-besar kemakmuran individual atas penderitaan rakyat.M: Falsafah itu bukan tidak dikenal oleh pemerintah kita. Banyak proyek lain, seperti irigasi, jembatan, membiayai TNI/Polri, aparat hukum, membersihkan kota setiap hari dan sebagainya itu kan dibiayai dari hasil pajak? Jadi, urusannya memang pemerintah sedang miskin saja.D: Tetapi kalau penyediaan jalan raya bebas hambatan memang termasuk tugas pokok dan fungsi pemerintah, mengapa tidak pemerintah saja yang membangun, yang memiliki, dan mengelolanya? Tetapi karena sedang tidak punya uang, pemerintah kan bisa ngutang!M: Lho ngutang lagi. Kan baru gue jelaskan bahwa utang pemerintah sudah tidak tertahankan besarnya?D: Ya ngerti tetapi kalau pemerintah ngutang untuk membangun jalan raya, dan untuk penggunaannya kita dikenakan pembayaran tol, pemerintah kan memiliki arus uang masuk yang bisa dipakai untuk membayar utangnya kembali berikut bunganya? Bilamana sudah lunas sama sekali, penggunaan jalan-jalan itu bisa kita bebaskan dari pengenaan pembayaran.M: Lho, kamu ini gimana? Kalau begitu caranya kita kan menerapkan ajaran komunis? Dalam sistem komunis, semua barang dan jasa dimiliki dan dikelola oleh negara. Dalam sistem kita, semua barang dan jasa dianggap komersial yang disediakan oleh swasta.Jadi, produksi dan distribusi dari semua barang dan jasa harus diserahkan kepada swasta. Pemerintah jangan ikut berbisnis.D: Mad, menyediakan jalan raya bebas hambatan itu kan bukan bisnis! Kamu sendiri baru mengatakan bahwa pemerintah menyediakan dengan cuma-cuma irigasi, jembatan, membiayai TNI/Polri, kebersihan kota dan sebagainya itu tadi! Tetapi mengapa kalau jalan raya tidak boleh?M: Ya, tetapi aku kan juga mengatakan bahwa pemerintah sedang miskin.D: Mad, elu jangan seenaknya sendiri dong, kadang-kadang berfalsafah komunisme versus kapitalisme dan mekanisme pasar tetapi kalau kepepet lantas beralih ke alasan pragmatis, karena pemerintah sedang miskin. Bagaimana sih sebenarnya?M: Ya, sekarang gue jujur sajalah. Sebenarnya begini Djang. Kalau elu jeli sedikit saja tentang sejarah yang belum lama kejadiannya, semuanya menjadi jelas. Kalau ada swasta yang mempunyai hubungan kuat dengan kekuasaan dan hubungannya ini dipakai untuk memperkaya diri sendiri atas penderitaan rakyat banyak, kan enak sekali.D: Apa hubungan KKN dan penyediaan jalan tol?M: Dengarkan dulu sampai selesai. Belum apa-apa sudah dipotong. Seandainya gue anak penguasa. Lantas penguasa memberi saya hak monopoli atas ruas tertentu untuk membangun jalan tol, maka jalan itu saya bangun dengan uang kredit dari bank BUMN.Bank itu tidak bisa menolak karena kalau direksinya berani menolak, dipecat oleh sang ayah. Bayangkan, jalan tol saya bangun dengan biaya Rp1 triliun. Begitu selesai, serta merta arus kas masuk ke perusahaan saya 70%.Uang tersebut saya pakai untuk melunasi utang saya yang Rp1 triliun itu tadi berikut bunganya. Yang 30% langsung masuk ke kantung saya secara tunai.Terus saya hitung berapa lama utang akan lunas. Misalnya 15 tahun lagi. Saya berkoar bahwa jalan tol milik saya itu nanti setelah 15 tahun saya sumbangkan kepada negara. Hebat kan aku! Begitulah sejarahnya.Sekarang sudah tidak ada lagi monopoli oleh anak penguasa. Tetapi monopoli atas ruas-ruas tertentu jalan tol yang sesuai tata ruang kan harus ada. Jadi, jalan raya itu selalu mengandung natural monopoly atas ruasnya. Mengapa tidak dipegang oleh pemerintah saja? Mengapa oleh orang perorangan?D: Lha falsafahnya tadi dikemanakan?M: Kalau tidak dibungkus dengan falsafah bahwa jalan tol adalah barang komersial yang pengadaan dan pengelolaannya harus diserahkan kepada swasta, kan fungsinya lantas diambil pemerintah sendiri. Terus orang-orang pribadi yang dekat dengan kekuasaan itu dapat apa?D: Oh... Jadi, falsafah bahwa kita bukan negara komunis itu tadi dipakai supaya sang anak penguasa atau investor swasta tertentu itu bisa jadi kaya raya tanpa modal dan tanpa kepandaian apa pun juga?M: Iyalah. Bayangkan, bagaimana bisa dikatakan komunis kalau seluruh Eropa dan AS mempunyai jalan raya bebas hambatan yang begitu hebat dimiliki dan dikelola oleh pemerintah? Sudah begitu, penggunaannya gratis, lagi. Memang ada jalan tol tetapi sangat sedikit.D: Lho, kalau begitu yang lebih baik kan semua jalan tol di Indonesia dimiliki dan dikelola oleh pemerintah. Karena tidak punya uang ya... utang dan akan dibayar kembali dari hasil perolehan tarif tol. Dengan demikian, penyediaan dan pengelolaan jalan tol bisa dengan orientasi nirlaba atau non-profit.M: Memang. Kalau saya yang punya kuasa, atas nama pemerintah semua jalan tol saya beli. Pengelolaannya dipusatkan pada BUMN yang khusus diciptakan untuk itu.Tarif tol disamakan untuk semua ruas jalan di seluruh Indonesia. Biaya pembuatan jalan tol maupun hasil perolehan tol dipusatkan. Kalau ada defisit, karena prakalkulasinya meleset, dibayar dari hasil pajak. Jumlahnya toh tidak mungkin banyak. Saya juga akan membangun jalan raya di daerah-daerah terpencil, walaupun secara komersial rugi.Mengapa? Karena dengan adanya jalan-jalan raya, penduduk di sekitarnya memiliki akses ke konsumen, dan ekonomi akan hidup.D: Lho, untuk ruas-ruas yang demikian, yaitu untuk ruas-ruas yang belum ada kendaraan yang memakainya, pemerintah kan rugi?M: Memang, tetapi untung-rugi dari semua jalan tol di seantero Indonesia kan ditumplek jadi satu sehingga yang rugi ditutup oleh yang untung. Kalau setiap ruas dihitung untung-ruginya sendiri-sendiri, ya... tidak pernah akan ada jalan raya yang memang belum pernah ada.D: Gue kagak ngerti. Coba dijelaskan.M: Begini. Kalau ada daerah tertentu yang sama sekali tidak memiliki jalan raya kan dengan sendirinya tidak ada kendaraan lewat. Memangnya truk bisa terbang!Kalau karena tidak ada kendaraan yang pernah lewat terus tidak untung, dan karena tidak untung, tidak dibangun jalan raya. Kapan ada jalan raya yang membangkitkan ekonomi penduduk di daerah itu?Jadi Mad, jalan dibuat dahulu walaupun kosong dan rugi. Perlahan-lahan akan ada kendaraan yang lewat dan kendaraan ini semakin lama semakin banyak seiring dengan bangkitnya ekonomi rakyat yang tadinya tidak punya akses ke konsumen.D: Lha selama belum ada kendaraan yang memakai, kan rugi besar?M: Makanya gue katakan dipusatkan menjadi satu sehingga ruas-ruas yang rugi ditutup oleh ruas-ruas yang untung. Kalau setiap ruas dilelang dan jatuh ke tangan perusahaan yang berbeda-beda, kan repot?D: Bukannya opini publik mengatakan bahwa jalan tol adalah purely commercial goods?M: Gue juga mendengar itu Mad. Tetapi dari diskusi kita yang panjang lebar tadi mestinya untuk elu kan menjadi jelas bahwa kalau jalan raya bebas hambatan dianggap sebagai purely commercial goods, maka ada atau tidak adanya jalan raya harus bersaing dengan keuntungan yang diberikan oleh pabrik getuk, pabrik bakso, pabrik BH, dan sebagainya yang diinvestasikan di mana saja di dunia ini.Penyediaan jalan tol itu adalah kewajiban utama pemerintah. Jadi, seharusnya disediakan dengan cuma-cuma. Tetapi karena pemerintah sedang miskin, terpaksa sementara dikenakan pembayaran tol untuk membayar kembali utang dan bunganya.D: Betul. Tetapi kalau semuanya berpikir seperi elu kan namanya tidak ada KKN di Indonesia. Elu jangan naif begitu dong Mad! (/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads