Dalam kehidupan rumah tangga saja yang kecil dan relatif tidak banyak masalah, masih memerlukan partisipasi anggota keluarga untuk membangun rumah tangga yang sejahtera. Apalagi untuk membangun Jakarta baru yang amat kompleks dan banyak masalah.
Permasalahan dan kompleksitas Jakarta paling tidak dapat dibagi ke dalam lima bahagian. Pertama, permasalahan heterogenitas (kemajemukan) penduduk dari aspek suku, bangsa, budaya, agama, sosial, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Kemajemukan penduduk Jakarta merupakan potensi. Jika potensi itu dapat disatu-padukan, maka akan menjadi kekuatan dahsyat untuk mempercepat pembangunan Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga, permasalahan macet, banjir, kumuh, sampah, air bersih, kependudukan, perampokan, bunuh diri, dan lain sebagainya.
Keempat, permasalahan konflik, tawuran antar pelajar, antar warga, antar mahasiswa dan sebagainya.
Kelima, permasalahan tidak disiplin, tidak aman, dan lain sebagainya.
Untuk mempercepat jalannya pembangunan di DKI Jakarta, maka makin besar partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan semakin baik, karena akan berwujud kata pepatah βberat sama dipikul, ringan sama dijinjingβ.
Struktur Masyarakat
Masyarakat Jakarta sudah terstruktur dalam tiga tingkatan. Pertama, masyarakat bawah dan sangat bawah (lower class dan lower-lower class). Kelompok pertama ini merupakan yang terbanyak dan menduduki posisi dalam pembangunan sebagai obyek dan subyek pembangunan. Mereka harus diajak serta dipandu supaya berpartisipasi dalam pembangunan
Kedua, kelas menengah (middle class). Kelompok ini pada umumnya independen (bebas). Tingkat partisipasi mereka dalam pembangunan sangat besar, teruatama yang berkaitan isu ketidak-adilan, HAM, demokrasi, dan lain sebagainya. Walaupun jumlahnya tidak sebanyak jumlah masyarakat bawah, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kekuasaan.
Ketiga, kelas atas (high class). Pada umumnya kelompok ini diidentikkan dengan orang-orang yang kaya dan sangat kaya. Kelompok ini kecil jumlahnya, tetapi dalam pelaksanaan pembangunan, mereka muda berkolaborasi dengan penguasa untuk mempertahankan kekayaan yang dimiliki dan semakin memperkaya diri. Biasanya penguasa memerlukan mereka, dan mereka memerlukan penguasa.
Bentuk Partisipasi
Setiap orang dari kelompok manapun sebaiknya perpartisipasi untuk membangun Jakarta Baru yang dikampanyekan Gubernur Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.
Bentuk partispasi untuk membangun Jakarta, sangat tergantung dari kemampuan dan kondisi masing-masing. Kelompok masyarakat bawah (grass root) sebaiknya berpartisipasi seperti membangun lingkungan yang bersih dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat, menjaga kebersihan, keamanan lingkungan, mendidik anak dan keluarga dengan sebaik-baiknya, dan apa saja yang bisa dilakukan untuk kebaikan dan kemajuan bersama.
Adapun kelompok kelas menengah (middle class) sebaiknya meningkatkan partisipasi untuk mengawal dan mengontrol jalannya pembangunan supaya pembangunan tidak lagi dibarengi dengan korupsi, pembangunan dilaksanakan untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat. Partisipasi lain yang bisa dilakukan sangat banyak dan bervariasi, kalau yang berilmu bisa mengajar dan menulis untuk dipublikasikan dalam berbagai media termasuk media sosial dalam upaya mencerahkan dan memajukan masyarakat.
Selain itu, mereka yang berprofesi sebagai pengusaha sangat penting didorong untuk terus memajukan kegiatan usaha yang dijalankan supaya bisa membuka lapangan kerja yang semakin luas, dapat membayar pajak dan sebagian rezeki yang diperoleh disumbangkan bagi pendidikan anak-anak yang kurang mampu.
Mereka yang belum bekerja, sebaiknya memberanikan diri terjun menjadi pengusaha baru. Untuk itu, Gubernur Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama penting memberi special treatment kepada mereka dengan memberi latihan dan pendidikan berusaha, tempat magang berusaha, mempermudah mendapatkan izin usaha, difasilitasi untuk mendapatkan tempat berusaha, modal kerja dan modal usaha.
Kesimpulan
Partisipasi masyarakat untuk membangun Jakarta Baru sangat diperlukan, karena memberi banyak manfaat.
Pertama, masyarakat merasa memiliki Jakarta, sehingga semua terpacu menjaga, memelihara, merawat dan menjaga segala yang dibangun.
Kedua, masyarakat merasa bertanggungjawab terhadap kesuksesan dan kesinambungan pembangunan di DKI Jakarta.
Ketiga, mempercepat peningkatan dan kemajuan pembangunan Jakarta sebagai ibukota negara republik Indonesia. Kalau semua terlibat dalam pembangunan di DKI Jakarta, maka akan terjadi percepatan pembangunan.
Keempat, akan mempercepat pemerataan pembangunan. Kalau semua masyarakat terutama masyarakat bawah berpartisipasi dalam pembangunan, maka diyakini akan memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan lain sebagainya dari keikutisertaan dalam pembangunan.
Kelima, akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, keamanan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
*) Musni Umar, Ph.D Direktur Institute for Social Empowerment and Democracy
(nwk/nwk)