Pemuda Kereta Pembangunan
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Pemuda Kereta Pembangunan

Selasa, 23 Okt 2012 15:22 WIB
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Jakarta - Siapa itu pemuda? Pemuda penuh teka-teki, di mana di dalam diri mereka terdapat kekuatan energisitas, staminasasi, idealitas, dan cita ide gagasan sebuah hidup. Tanpa hitung waktu, pemuda mengisi ruang hidupnya bergulat dengan buku, koran, menulis, diskusi, mobilisasi, dan aksi-aksi nyata. Sebaliknya banyak juga pemuda yang terjangkit sindrom hedonis, permisif, egois dan pragmatis. Hal ini 90 persen sedang bercokol dalam otak pemuda sehingga disebut “Pemuda Minus Nilai”.

Meskipun demikian, tidak selamanya persepsi itu meruntuhkan gagasan kreatifnya. Namun, pemuda juga merupakan alat pompa darah juang bangsa Indonesia yang terus mengalir tanpa henti dalam mengairi denyut jantung negara. Perubahan demi perubahan pemuda selalu campur tangan demi menorehkan sejarahmasa depan gemilang. Torehan perubahan melalui jalan panjang nan lelah yang mereka tempuh, sungguh tak pernah berkeluh kesah dalam agenda yang mereka lakukan sebagai wujud cita-cita dan idealitas murni. Kata lain, pemuda ingin sebuah kebenaran dan keadilan.

Menurut Alfian Mallarangeng bahwa luapan empati dari idealisme dan jiwa murni pemuda telah mampu memotivasi diri dan masyarakat untuk perkuat basis kesadaran dalam mencapai kebenaran dan keadilan tersebut. Landasan empati itulah sebagai stimulus untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakternya. Begitu juga, Ali Alatas 1988 bahwa pemuda aktor utama perubahan sosial yang sangat fundamental dalam suatu Negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dimotori oleh pemuda yang beraktivitas dalam berbagai bentuk organisasi sosial kemasyarakatan seperti Boedi Oetomo (1908), Sarikat Dagang Islam (1912), Muhammadiyah, Persis, dan NU. Organisasi inilah yang sangat banyak kontribusi menata kepemimpinan bangsa ini dalam berbagai bidang maupun percaturan politik.

Peran Pemuda

Peran pemuda kental dengan pembuktian gagasan dan gerakannya, seperti Tritura, Malari, SU MPR 1978, dan Penolakan NKK/BKK. Tidak kita nafikan bahwa banyak yang menjadi korban pelanggaran HAM yang dilakukan negara terhadap pemuda. Bukan hanya itu pemuda dalam perjuangannya mampu men-support dirinya dengan materi maupun moral.

Tekanan demi tekanan dilakukan negara, namun tidak akan bisa melumpuhkan gagasan dan gerakan pemuda. Bahkan sekarang ini pasca reformasi 1998, pemuda memiliki tanggungjawab besar terhadap perubahan yang mereka lakukan. Perubahan tersebut ditandai dengan berkembang pesat pendidikan, teknologi, informasi, polittik, ekonomi dan lainnya.

Menurut M. Shoim Haris (2011), bahwa peran pemuda dalam menjaga bangsa merupakan sebuah energi yang sangat vital dan harus digelorakan secara simultan. Pemuda sebaiknya turun gunung untuk menata bangsa ini.

Ada banyak hal yang harus digenggam oleh para pemuda sebagai energi bangsa benar-benar dapat menggema untuk memotori perubahan ke arah satu bangsa, satu ideologi dan keadilan rakyat. Hal-hal tersebut yang harus dilakukan untuk masa depan adalah pertama, menjiwai dan merevitalisasi Pancasila. Kedua, merawat pluralitas dan multikulturalisme sebagai bangsa majemuk. Ketiga, mengembalikan ekonomi bangsa pada “ekonomi kerakyatan’. Keempat, pemuda harus menguasai pengetahuan, pendidikan, sains, teknologi dan informasi. Kelima, mendorong demokrasi tanpa anarki dan bebas dari korupsi.

Pandangan obyektifitas pemuda terhadap realitas itu harus ditafsirkan sebagai energi positif dalam menyusun langkah panjang sehingga pemuda dikenal sebagai katalisator revolusi sosial yang mengedepankan gagasan cerdasnya. Hal ini tentu didukung oleh mayoritas pemuda secara real untuk memberikan legitimasi kolektif-sosiologis dalam menemukan peran keadilan.

Keabsahan kebaikan dalam diri pemuda merupakan indikator utama yang disandarkan pada struktur kebutuhan bangsa dalam mensejaherakan rakyatnya. Legitimasi kolektif-sosiologis itu berdasarkan pada kualitas dan hasrat berjuang secara etik yang ditanam sejak awal oleh seorang pemuda. Selain itu juga pemuda harus memiliki kekuatan bebas dalam dirinya sebagai suplemen untuk menggalang dukungan perubahan secara objektif sesuai dengan agenda-agenda yang telah tersusun rapi.

Menurut Syaiful Arif (2012) bahwa kekuatan bebas negatif dan kekuatan bebas positif harus dimiliki dalam kondisi sekarang ini. Kekuatan itu menjadi layak untuk diajukan sebagai petisi baru (new petition). Bebas negatif adalah freedom from dari segalam diskriminasi, kekuasaan, hambatan dan kekangan yang membuat individu bisa memenuhi potensinya.

Kategori bebas negative ini adalah membangun peradaban gerakan perubahan secara missal-massif baik secara politik maupun pendidikan, sains, teknologi informasi. Kemudian bebas positif yakni, freedom for untuk memenuhi kebutuhan mendasarnya, mobilisasi kesadarannya, membentuk prilaku diri, memanfaatkan potensi diri, mengisi kemerdekaan, pembangunan diri dan memprakarsai untuk menguasai seluruh bagian yang mereka bisa menjangkaunya.

Dari sinilah kita harus buktikan, bahwa pemuda memiliki keyakinan akan pengabdian kemanusiaan sebagai persaksian sejarah. Pemuda memiliki ruh dan jiwa yang satu dalam tubuh mereka menjadi titik tekan tradisi peran yang searah dengan Negara, sehingga pemuda dapat disebut “pemuda titik peran”.

Pemuda Kereta Pembangunan

Menurut Indra Kusumah (2010), keterpilihan pemuda dalam kancah pembangunan suatu bangsa tentu melalui seleksi alam. Proses ini merupakan tahapan yang harus dilalui oleh pemuda dengan berbagai potensi sebagai pemikir, tenaga ahli dan profesionalisme dan sekaligus penopang pembangunan bangsa dan negara. Pemuda yang berada langsung dalam struktur sosial kelas menengah sangat mudah dalam interaksi bersama masyarakat. Oleh sebab itu, dengan segala potensi pemuda yang telah terdidik merupakan asset mahal yang dimiliki oleh bangsa ini.

Pemuda juga, sebagai agent of social goverment mempunyai tugas mengisi pembangunan dalam menenukan arah bangsa. Citra diri pemuda harus dituangkan dalam beban tanggungjawab yang berakselerasi pembangunan sehingga kesadaraan transformatif itu dapat tercapai samapi titik finish.

Penegasan bahwa pemuda adalah penyandang predikat pembangun, karena pemuda tidak hanya berada dalam kapasitas memperkuat wawasan intelektual. Akan tetapi juga berperan sebagai pemasok infrastruktur perubahan masyarakat dalam agenda-agenda strategisnya.

Pentingnya, proses pembangunan di Indonesia pemuda bersinggungan langsung dengan budaya lokal sehingga akulturasi pemuda mengenal corak masyarakat. Tentu akulturasi pemuda dengan masyarakat melahirkan berbagai bentuk karakter yang toleran, lembut, dan peduli terhadap pembangunan baik lokal maupun nasional.

Syafi’i Ma’arif (29/06/09) mengatakan generasi pemuda yang hidup hari ini sangat perlu melanjutkan perjuangan para founding father bangsa ini, karena dari merekalah pembangunan dari masa ke masa terus berjalan dan tak terhenti begitu saja. Kemajuan bangsa ini tergantung generasi pemuda yang handal dan ulet bekerja demi bangsa dan negara ini. Pemuda sekarang lebih baik memikirkan Indonesia yang sudah compang camping ini untuk menjadi bangsa pembangun, beradab dan bermartabat.

Maka terutama sekali dilaksanakan pemuda adalah membangun konsensus bersama negara untuk memberikan kontribusi aktif dalam menyusun rencana maupun tujuan pembangunan demi masa depan. Karena pemuda pada prinsipnya tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan.

Dinamika pemuda dapat terukur ada atau tidak sebuah komitmen sebagai contract government, karena pemuda sebagai pilar pembangunan pertama dalam melanjutkan program strategis negara. Tentu posisi ini menentukan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa sebagaimana rencana-rencana jangka panjang sesuai dengan aturan yang sudah baku (stating obvious).

Pemuda memiliki tanggungjawab moral untuk mendinamiskan pembangunan dan menjadikan Negara dalam keadaan aman, adil dan tenteram. Jelas, ini berkaitan dengan pola kepepimpinan pemuda dalam segala jenjang untuk terus mengembangkan diri sepanjang Negara itu masih ada.

Banyak hasil penelitian yang menunjukkan 98 persen bahwa pemuda menjadi faktor penentu pembangunan dan menata kepemimpinan secara efektif dan produktifitas pemimpin dari kalangaan muda. Tentu ukuran efektifitas maupun produktifitas pemuda secara keseluruhan adanya titik tekan “keharusan” untuk mencapai keberhasilan.

Gerbong Jalan

Kita belum hilang ingatan. Indonesia pernah dipimpin oleh lima pemuda menjadi “masinis” gerbong republik ini. Lima nama besar tersebut telah memberikan gagasan, ide dan ketokohan. Bahkan mereka meghibahkan segala kepemilikannya dari jiwa, hati, otak, tenaga dan harta mereka. Kita dipimpin oleh mereka: Soekarno, Ki Bagus Hadikusumah, Amin Rais, Gusdur dan Megawati. Mereka presiden pemuda dan pemuda menjadi presiden yang berasal dari berbagai hiruk pikuk pergerakan nasional dalam mengisi pembangunan masa depan bangsa ini.

Sebagai pemuda yang tangguh dan karisma pribadi yang memesona, dan kebutuhan konstitusi yang memberikan dasar legitimasi negara. Lima tokoh besar ini telah member arti bagi seluruh dunia dan menjadi “gerbong jalan” pembangunan sebagai tindak penyelsaian masalah pertumbuhan bangsa ini. Mereka mewakili kepemimpinan pemuda telah melicinkan jalan bagi pembentukan struktur sosial pluralitas bagi bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa modern dengan segala atributnya seperti bahasa persatuan, falsafah Negara, dasar negara, dan konstitusi negara.

Menurut Adhyaksa Dault (2012) mengatakan keteladanan inspiratif tokoh-tokoh pemuda ini, merupakan pertautan yang saling sambung dan tak lekang dimakan zaman, karena keteladanan sikap negarawan mereka menjadi pemicu positif pembangunan dimasa kini. Maka oleh karena itu, kita akan terus terjembatani oleh ketokohan mereka dan kita “bangsa Raksasa” yang akan kita bangkitkan dimasa sekarang. Maka oleh karena itu, bangsa sangat perlu “lebih cepat lebih baik” untuk mendewasakan diri agar menjadi bangsa besar. Tentu hal ini hanya dapat dilakukan oleh pemuda Indonesia yang sangat dibutuhkan pastisipasinya.

*) Penulis adalah Koordinator Lembaga Gerbang Madani Indonesia dan Mahasiswa Pasca Sarjana Komunikasi Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta

(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads