Medical Check Up, Antara Imbauan dan Kenyataan
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Catatan Agus Pambagio

Medical Check Up, Antara Imbauan dan Kenyataan

Senin, 06 Agu 2012 08:30 WIB
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Jakarta - Presiden SBY mengaku tidak gembira jika rakyat Indonesia, utamanya golongan masyarakat mampu, berobat ke luar negeri. Presiden mengatakan itu usai memimpin rapat koordinasi di Kementerian Kesehatan, Rabu (1/8/2012).

"Pemerintah selalu berupaya meningkatkan kualitas dan modernitas rumah sakit dan dokter di Indonesia. Kalau saudara kita gemarnya sedikit-sedikit berobat ke luar negeri, tentu yang untung luar negeri, bukan bangsa kita" ujar SBY.

Setiap tahun, sekitar 600.000 WNI berobat ke luar negeri dan menghabiskan uang sekitar 1,2 miliar dollar AS atau setara Rp 10,2 triliun. "Kalau kita gemarnya sedikit-sedikit berobat ke luar negeri, tentu yang untung luar negeri, bukan bangsa kita. Namun tentu Presiden tak bisa melarang. Saya tak boleh mengeluarkan Keppres yang melarang WNI berobat ke luar negeri," keluh Presiden.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayang, pernyataan Presiden di atas berbanding terbalik dengan kenyataan. Presiden mungkin lupa bahwa ternyata dirinya pernah berobat ke HSC Medical Center, di Kuala Lumpur, Malaysia pada 14 Februari 2005.

Dalam situs klinik kesehatan tersebut www.hsc.com, Presiden SBY pun memberikan testimoni usai diperiksa di sana. Isinya, Presiden merasa puas bisa berobat di HSC. Ironis jadinya.

Terkait dengan pencegahan penyakit, medical check up (MCU) memang menjadi lahan menarik di kalangan dunia kedokteran dan Rumah Sakit (RS) di manapun. Semua RS menawarkan berbagai paket MCU dari yang termurah sampai termahal dengan tujuan kelas menengah atas, termasuk yang mempunyai jaminan asuransi kesehatan non pemerintah. Untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, publik mutlak punya hak untuk mentukan. Tidak bisa diatur dengan atuaran apapun.

Alasan MCU ke Luar Negeri

Saat ini kesehatan menjadi semakin penting. Untuk mengetahui lebih dini munculnya berbagai penyakit yang mematikan (seperti kanker, stroke dan jantung) di tengah situasi pencemaran lingkungan yang begitu tinggi dan makanan yang semakin banyak mengandung bahan tambahan non pangan yang berbahaya, salah satunya kita harus rajin melakukan MCU atau pemeriksaan dokter berkala.

Masyarakat kelas menengah atas ini biasanya lebih suka melakukan MCU ke luar negeri, seperti ke Malaysia, Singapore, Australia dll. Selain gengsi, mereka berpendapat bahwa dengan biaya relatif sama, mereka bisa mendapatkan pelayanan dan penjelasan yang lebih baik serta hasil yang lebih cepat.

Berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil bincang-bincang dengan banyak kalangan, melakukan MCU di RS lokal sering menyebalkan karena hasil diagnosanya sering kurang tepat dan hasil pemeriksaan medisnya lama (3 – 7 hari kerja). Selain itu konsultasi dengan para dokter spesialis umumnya juga kurang jelas dan terkesan terburu-buru.

Sedangkan kalau MCU di luar negeri, misalnya di RS Adventist Penang/RS Mt. Elizabeth Singapore/RS Pantai Kuala Lumpur, hasil laboratorium dan pemeriksaan medis cepat (1 – 2 hari). Hasil bisa keluar sambil konsultasi dengan dokter, dokternyapun informatif, komunikatif, dan memberikan kesempatan kita bertanya apa saja sampai puas.

Persoalan biaya ternyata tidak terlalu berbeda jauh, coba perhatikan table rata-rata biaya di bawah ini. Memang harga rata-rata tersebut tidak apple to apple (tergantung macam jenis test). Namun dari table di bawah ini terlihat bahwa harga MCU di Singapore dan Malaysia tidak berbeda terlalu jauh dengan di Indonesia. Pasien tidak perlu biaya tambahan transport lokal dari airport ke RS dan sebaliknya karena biasanya akan diantar jemput gratis oleh RS.

Jika ada tambahan biaya MCU ke luar negeri muncul jika harus menginap untuk 1 – 2 hari di apartemen dan tiket pesawat pulang pergi yang tidak lebih dari Rp 1.500.000 (dengan low cost carrier) ditambah biaya belanja dan rekreasi, jika ada.

Rumah Sakit Harga Medical Check Up Termurah Β Harga Medical Check Up Termahal Pria/Wanita Β Pria/Wanita Β 
1 RM = Rp 3.020 / 1 SGD = Rp 7.555
Β 
Pondok Indah Rp 1.890.000 Rp 12.705.000 / Rp 15.290.000 Β 
Siloam Karawaci Β Rp 775.000 Β Rp 6.600.000 (tanpa MRI) Β 
Premier Bintaro Rp 300.000 Β Rp 15.925.000 / Rp 16.600.000 Adventist Penang Β RM 640 Β RM 1.980 / RM 2.188 Β 
(Rp 1.932.800) (Rp 5.979.600 / Rp 6.607.760) Pantai Kuala Lumpur Β RM 300 Β RM 934 Β 
(Rp 906.000) (Rp 2.820.680) Β 
Mount Elizabeth Sing Β SGD 550 SGD 1.800 / SGD 2.900 Β 
(Rp 4.155.250) (Rp 13.599.000 / Rp 21.909.500) Β 
Sumber: Website masing-masing RS

Jadi jangan heran jika imbauan presiden akan sia-sia, ketika ia dan para petinggi negara masih senang MCU dan berobat keluar negeri.

Sebenarnya kepandaian dokter Indonesia dan kelengkapan peralatan RS lokal kemungkinan tidak jauh berbeda. Bedanya dokter di luar negeri lebih disiplin dan tidak berpraktik di banyak RS karena takut melanggar aturan yang bersanksi berat.Β 
Sedangkan dokter di Indonesia kelelahan karena harus berpraktik tunggang langgang ke berbagai RS dan klinik. Jadi jangan heran kalau dokter di Indonesia menjadi kurang komunikatif, kurang teliti dan ingin cepat selesai.

Sebagai penutup, kemungkinan pendidikan dokter di Indonesia tidak diajarkan ilmu komunikasi dan hubungan antar manusia. Karenanya sulit bagi dokter Indonesia untuk memuaskan konsumen yang ingin berdiskusi panjang untuk mendapatkan informasi tentang kesehatannya secara lengkap.

*) Agus Pambagio adalah pemerhati kebijakan publik dan perlindungan konsumen.

(vit/vit)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads