Di tengah sulitnya mencari pekerjaan di tanah air, ternyata pekerjaan sebagai anak buah kapal (ABK) di jaringan kapal pesiar internasional sangat menjanjikan. ABK asal Indonesia saat ini merupakan ABK terbesar kedua di jaringan kapal pesiar dunia setelah Filipina. Umumnya mereka berasal dari Pulau Bali.
Contoh, dari sekitar 1.500 ABK yang bekerja di kapal pesiar 'Norwegian Pearl' (NP) milik jaringan kapal pesiar Norwegian Cruise Line (NCL), 10%-nya atau sekitar 150 orang berasal dari Indonesia. Umumnya mereka bekerja di bagian house keeping (sebagai house keepers) dan restoran (waiters) yang ada di kapal tersebut. Memang jumlah mereka masih kalah jauh jika dibandingkan dengan ABK NP asal Filipina yang mencapai 500 orang lebih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suka Duka Jadi ABK Jaringan Kapal Pesiar
Para ABK ini bekerja 10 jam per hari tetapi bisa istirahat setelah bekerja 3-4 jam bekerja. Mereka dalam setahun harus bekerja selama 9 bulan nonstop, tanpa libur di hari Sabtu dan Minggu. Namun ketika kapal sandar di lokasi pariwisata, secara bergilir para ABK bisa juga istirahat dan turun ke daratan untuk bersantai/berkumpul dengan sesama ABK asal Indonesia dari kapal pesiar lain yang juga sedang sandar. Setelah 9 bulan bekerja, ABK dapat izin cuti selama 3 bulan gratis pulang ke Indonesia dengan gaji bulanan tetap dibayarkan penuh oleh perusahaan.
Dari segi gaji, berdasarkan bincang-bincang penulis dengan beberapa ABK asal Indonesia selama perjalanan dari Seattle ke Alaska, Amerika Serikat akhir Mei lalu, dapat disimpulkan bahwa dengan masa kerja 5 tahun mereka mendapatkan gaji bersih minimal Rp 20 juta/bulan tanpa ada potongan. Menurut Bli-Bli lain yang juga sempat penulis wawancarai di NP menyatakan bahwa hambatan yang membuat mereka tidak betah bekerja di jaringan kapal pesiar Internasional, khususnya yang sudah berkeluarga, adalah jauh dari anak istri selama 9 bulan penuh. Namun dengan imbalan yang cukup, tentunya rasa rindu bisa diatasi dengan mudah melalui jaringan komunikasi nirkabel yang sudah dapat menjangkau seluruh penjuru dunia ini.
Peran Pemerintah
Di tengah belum berhasilnya pemerintah menyediakan lapangan kerja yang layak bagi rakyatnya, kesempatan bekerja di kapal pesiar internasional tentunya harus disambut dengan baik. Namun berdasarkan pembicaraan dengan beberapa ABK yang bekerja di NP, mereka tidak pernah merasakan bantuan nyata pemerintah. Dengan uang pribadi sekitar Rp 2,5 juta (untuk biaya paspor dan visa), calon ABK langsung mengurus sendiri proses pemberangkatannya melalui agen kapal pesiar tersebut di Bali.
Penulis melihat sendiri keceriaan dari wajah-wajah anak muda Indonesia yang bekerja di jaringan kapal pesiar, baik di NCL, Holland American Cruise Line (HACL), Royal Carribean Cruise Line (RCCL) dan sebagainya. Mereka tidak galau, tidak ada penyiksaan atau perkosaan layaknya TKI yang bekerja di Timur Tengah.
Sangat disayangkan peran Kementerian Tenaga Kerja dan Transigrasi (Kemenakertrans) dalam mengembangkan kesempatan kerja di sektor ini nyaris tak terdengar. Kemenakertrans seharusnya selain membangun jaringan yang baik dengan operator kapal pesiar internasional juga harus memberikan pendidikan keterampilan, seperti housekeeping/kitchen/waiters/bahasa asing dan lain-lain agar TKI siap pakai dengan posisi baik.
Untuk Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, tolong urus dan kembangkan prospek yang ada di sektor ini supaya anak-anak muda Indonesia bisa nyaman dan tidak galau mencari nafkah di luar negeri. Indonesia jangan hanya ekspor tenaga yang rendah ilmu dan akhirnya disiksa habis-habisan oleh sang majikannya.
*) Agus Pambagio, pemerhati kebijakan publik
(asy/asy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini