Dengan hanya bersenjatakan batu, tongkat kayu, namun di salah satu kota ada yang menggunakan senjata rakitan, pasti laju gerakan mahasiswa mampu dihadang bahkan dihalau oleh aparat polisi yang dilengkapi dengan tameng, gas air mata, water cannon, ditambah dengan puluhan polisi yang berpakaian biasa.
Bentrokan yang tidak seimbang itu tentu membuat banyak mahasiswa ditangkap oleh aparat, terluka terkena lemparan batu, gair air mata maupun terkena peluru karet. Namun di pihak aparat sendiri disebut juga ada yang mengalami luka-luka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belajar dari pengalaman menurunkan penguasa otoriter. Saya mau mengambil contoh di negeri-negeri Arab, dengan terkenal Arab Spring, gerakan massa yang hendak menjatuhkan penguasa otoriter seperti Presiden Mesir Husni Mubarak, Presiden Tunisia Ben Ali, dan Presiden Libya Muamar Khadafi, diperlukan waktu sampai dua bulan. Bahkan di Libya untuk menjatuhkan Muamar Khadafi sampai terjadi perang saudara. Di Suriah upaya untuk menurunkan Presiden Bashar Al Assad sampai saat ini masih terjadi juga dengan terjadinya perang saudara.
Untuk menjatuhkan Husni Mubarak, rakyat Mesir memerlukan beberapa hari jumat. Pada setiap hari jumat, selepas sholat jumat, rakyat Mesir memobilisasi diri ke Tahrir Square untuk berkumpul dan meneriakan agar Husni Mubarak turun. Menjadikan hari jumat untuk melakukan mobilisasi massa dan demonstrasi membuat revolusi di Mesir itu juga disebut juga dengan Revolusi Jumat.
Memiliki nafas yang panjang bagi gerakan mahasiswa, nafas itu tidak bisa dibuat-buat. Ada beberapa faktor yang membuat nafas mahasiswa dalam melakukan aksinya menjadi panjang. Faktor itu adalah. Pertama, penguasa yang ditentang adalah penguasa yang berkuasa dalam waktu yang lama. Presiden Soeharto ditentang karena duduk dalam kekuasaan selama 32 tahun, Husni Mubarak 1981-2011, Ben Ali 1987-2011, Muamar Khadafi 1969-2011, dan Soekarno 1945-1966.
Dalam waktu sepanjang itu penguasa memanipulasi kekuasaan sehingga menimbulkan akumulasi kekecewaan rakyat dan dampaknya menimbulkan semangat dari para demonstran untuk secara total dan serius menjatuhkan sang penguasa. Di sinilah nafas yang panjang bisa terjadi. Nafas yang panjang ini bisa terdorong oleh sunatullah, atau kata yang lain adalah hukum alam, atau seleksi alam, bahwa ada kekuatan Besar yang memberi nafas panjang untuk melakukan perubahan. Hembusan nafas dari kekuatan Besar ini memberi pesan bahwa kekuasaan itu tidak abadi dan harus diganti.
Menjadi pertanyaan apakah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam masa kekuasaan 2004-2012 ini terbilang sudah lama? Dan apakah sudah memanipulasi kekuasaan?
Kedua, bila mahasiswa ingin memiliki nafas panjang dalam melakukan aksinya, ia tidak boleh sendiri. Ia harus bersama dan bersatu dengan kelompok lainnya. Keberhasilan gerakan mahasiswa tahun 1966 bukan dilakukan sendiri, namun ia bekerja sama dengan militer. Keberhasilan mahasiswa pada tahun 1998 juga tidak sendiri, namun juga bersamaan dengan gerakan kaum intelektual dan akademisi kampus.
Pun demikian gerakan massa di Mesir bisa menggulingkan Husni Mubarak karena ada persatuan diantara generasi muda, Ikhwanul Muslimin, kaum Kristen Koptik, dan komponen rakyat Mesir lainnya. Jadi di sini mahasiswa tidak boleh merasa terlalu percaya diri bahwa mereka bisa melakukan aksinya sendiri. Mereka tidak boleh sok independent dalam melakukan gerakan massa. Mahasiswa harus mengajak kelompok lain untuk bersama-sama asal kelompok itu mempunyai tujuan bersama untuk memperbaiki kondisi bangsa.
Gerakan yang dibangun dengan kekuatan lain ini bukan hanya pada persamaan ide dan tujuan, namun juga perlunya adanya kekuatan lain yang mendukung kebutuhan logistik. Logistik dalam melakukan aksi sangat penting. Buktinya tidak ada suplai logistik, dalam melakukan aksinya pada 27 Maret 2012, mahasiswa di salah satu kota di Indonesia melakukan penjarahan minuman. Keberhasilan gerakan mahasiswa di tahun 1966 dan 1998 juga berkat adanya suplai makanan, minuman, buah-buahan, bahkan pakaian, yang melimpah.
Ketiga, ada kekuatan asing yang juga membuat nafas gerakan mahasiswa menjadi panjang. Bila kita amati dan cermati, bahwa jatuhnya kekuasaan penguasa di negara-negara ketiga, itu juga dikarenakan keterlibatan kekuatan asing. Lihat saja jatuhnya pemimpin-pemimpin negara Arab, Iran, negara-negara Afrika, dan Indonesia di masa Soekarno dan Soeharto, tak lepas dari keterlibatan negara besar seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Bahkan dalam menjatuhkan Muamar Khadafi, secara terang-terangan NATO secara militer ikut terlibat. Keterlibatan asing, kalau meminjam istilah Sutan Bhatoegana adalah ngeri-ngeri sedap.
Keterlibatan asing bisa menjadi penambah daya gebrak dalam melaksanakan aksi. Di zaman pergerakan, dulu Tjipto Mangungkusumo dan Ki Hadjar Dewantara bekerja sama dengan Ernest Douwes Dekker, seorang keturunan Belanda totok, dengan membentuk Tiga Serangkai. Melalui media yang dimiliki Deker, De Express, Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hadjar Dewantara melakukan protes pada pemerintah kolonial dengan akibat pengasingan pada diri mereka.
Protes dari kekejaman sistem tanam paksa yang dilakukan Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch, tahun 1830, pun dilakukan oleh orang-orang asing, Belanda, seperti E.S.W. Roorda van Eisinga, Baron van Hoevell, dan juga Dekker.
Bila seperti demikian, para mahasiswa yang saat ini ingin menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mundur, berharaplah ada kekuatan asing untuk ikut terlibat dalam gerakan yang dibangun. Sepertinya harus diakui tanpa keterlibatan asing gerakan menjatuhkan kekuasaan kurang maksimal.
*) Ardi Winangun adalah Ketua HMI Cabang Denpasar 1997-1998. Nomor kontak: 08159052503. Penulis tinggal di Matraman, Jakarta.
(vit/vit)