2012 Sebagai Tahun Badak
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

2012 Sebagai Tahun Badak

Rabu, 16 Nov 2011 08:30 WIB
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Jakarta - Badak. Satwa ini merupakan satwa yang secara umum cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas, bahkan pameo tentang 'muka badak' lebih melekat di kalangan orang umum untuk orang yang tak tahu malu. Tapi sebenarnya badak adalah satwa yang sangat pemalu dan soliter (hidup sendiri-sendiri) di habitat aslinya.

Secara umum masyarakat mengenal badak adalah satwa yang punya tanduk atau cula di hidungnya dan ukuran badan yang besar. Secara morfologi itu sangatlah benar. Tetapi berdasarkan pengalaman dan pantauan yang terlihat, masyarakat di Indonesia lebih mengenal badak yang berasal dari Afrika dibandingkan badak dari negeri kita sendiri yaitu badak jawa dan badak sumatera. Saat ini hanya tersisa 5 jenis badak saja di dunia, 2 jenis badak dari Afrika, 1 dari India dan 2 jenis dari Indonesia.

Berdasarkan data dari organisasi species international (IUCN) menyebutkan bahwa kondisi populasi badak di Indonesia yaitu badak jawa dan badak sumatera adalah jenis badak dan bahkan mungkin jenis species yang paling terancam menuju kepunahan. Populasi badak sumatera disinyalir tidak lebih dari 150 ekor saja (dari berbagai sumber) dan badak jawa hanya berkisar 35-45 ekor (dari berbagai sumber).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah atau habitat badak sumatera masih menyebar di tiga taman nasional di Pulau Sumatera sementara habitat badak jawa hanya ditemui di Taman Nasional Ujung Kulon dan itupun tidak menyebar diseluruh wilayah Taman Nasional. Baru-baru ini organisasi International Rhino Foundation dan WWF menyampaikan bahwa populasi badak jawa yang diduga selama ini masih ada di salah satu taman nasional negara Vietnam telah dinyatakan punah sehingga satu-satunya populasi badak jawa hanya tinggal di Indonesia tepatnya hanya di Taman Nasional Ujung Kulon Indonesia.

Tidak salah memang atas kondisi keadaan populasi badak di Indonesia, pada peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional tahun 2011 dan atas dukungan dari IUCN, menunjuk Presiden RI untuk mencanangkan tahun 2012 sebagai tahun badak. Hal ini semakin dipertegas dengan pertemuan IUCN saat bertemu dengan Wakil Presiden (Wapres) Boediono di Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/10/2011).

Banyak usaha dan program yang sudah dilakukan dalam mempertahankan populasi jenis satwa yang sudah hampir punah ini, baik oleh pemerintah Indonesia yang didukung oleh lembaga konservasi international dan nasional serta juga dukungan masyarakat lokal. Tidak dipungkiri kalau dalam pelaksanaannya masih terdapat pro dan kontra terhadap program yang diambil untuk menyelamatkan badak di Indonesia.

Gelombang dukungan dan penolakan terkadang cukup menghambat dalam mencapai tujuan penyelamatan badak di Indonesia. Badak terkenal dengan dengan tubuhnya yang tegap dan kuat dengan cula yang ada di kepalanya. Dengan kekuatan dan ketegapan yang dia miliki, badak dapat berjalan berkilo-kilo jauhnya dalam sehari untuk mencari makan demi memenuhi kebutuhannya.

Makanan yang dicari adalah pucuk-pucuk daun muda dan secara tidak langsung mereka berfungsi membuat regenerasi hutan dengan tumbuhnya pucuk-pucuk daun baru bekas makanannya. Mereka berjalan mengitari hutan dengan tenang dan tanpa pamrih serta tentu saja tanpa ada terlihat suatu kesombongan. Mereka berjalan dengan menunduk dengan tenang terkesan merendah (tidak congkak). Tidak pernah ada fakta diketahui badak menyerang satwa lain walaupun lebih kecil darinya. Selain itu mereka membawa manfaat yang tak tertandingi bagi keberlangsungan suatu hutan.

Badak yang sangat suka berkubang menjadi agen penyebar benih dan membawa biji-biji hutan yang melekat di tubuhnya. Kemampuannya untuk berjalan sampai berkilo-kilo jauhnya sangat berarti dalam menyemaikan benih-benih di lantai-lantai hutan sebagai media tumbuh yang menguntungkan bagi 'Sang Benih'.

Benih pun yang tanpa sengaja mendapatkan singgasana untuk membuktikan kefertilannya, segera memecahkan masa dormansi sehingga bisa mengalami Germination (perkecambahan). Yang akhirnya tumbuh menjadi pohon besar, gagah, dengan akar mencengkeram bumi, siap mencegah segala bentuk bencana banjir atau longsor di muka bumi, sekaligus sebagai Nature Wind Break (pemecah angin alami). Sangat ironi memang kalau seandainya satwa yang sangat besar manfaatnya bagi alam ini hilang dari permukaan bumi hanya karena keterlambatan kita dalam menyelamatkannya.

Secara pribadi Saya sangat menghargai dan berterima kasih atas semua perhatian masyarakat yang cukup tinggi belakangan ini terhadap konservasi badak terutama badak jawa baik di mass media maupun melalui jejaring internet yang menunjukkan semakin pedulinya masyarakat umum terhadap kelestarian badak Indonesia.

Mari kita dukung tahun 2012 sebagai Tahun Badak!

*) Sectionov Inov dari bagian Research and Education Yayasan Badak Indonesia.

(vit/vit)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads