Melihat Sidik Jari Tuhan
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Melihat Sidik Jari Tuhan

Kamis, 08 Jul 2004 13:14 WIB
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Jakarta - Ada saja cara Sang hidup untuk bicara ke kita manusia. Kadang, ia bicara melalui tubuh ini. Kerap ia meminjam mulut orang lain. Sering ia hadir melalui kejadian-kejadian di hadapan kita. Tidak jarang ia lewat melalui bacaan dan tontonan. Dalam cahaya-cahaya pemahaman seperti ini, kerap diri ini tersentuh oleh demikian baik dan perhatiannya Sang Hidup pada saya. Sebagai manusia biasa yang masih menggendong kekurangsempurnaan, di sebuah kesempatan ketika kekhilafan itu datang berkunjung, tiba-tiba secara menghentak ada orang tidak dikenal mengirim SMS: "Apakah Anda bisa melaksanakan apa-apa yang Anda petuahkan? Saya ragu kalau jawabannya positif". Dikatakan menghentak, karena saya khilaf di Jakarta, tetapi pengirim SMS tanpa nama ini datang dari luar pulau Jawa. Demikian juga ketika saya khawatir tentang hubungan intim suami isteri. Baru saja meminta maaf pada isteri karena harus mengurangi frekuensi hubungan seksual, dua menit kemudian buku yang ada di depan mata bertuliskan begini: "why should you worried about sex? As long as you do it properly, sex also can increase your life energy. Dalam sebuah kesempatan puasa, baru saja jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, tiba-tiba tubuh ini terkena penyakit muntaber. Tentu saja puasa terancam batal. Semakin dipaksa untuk tidak melakukan apa-apa, semakin deras sakit muntaber kambuh. Merasa puasa adalah bagian dari perjalanan suci, saya buka sebuah buku suci, dan ternyata ketika halaman dibuka secara sembarangan, ada kalimat indah di sana: fasting is cleansing. Entah Anda pernah menemukannya atau tidak, demikianlah cara Sang Hidup membimbing saya dalam banyak sekali hal. Rangkaian perjalanan seperti ini, kerap membuat diri ini seperti melihat sidik jari Tuhan di mana-mana. Kerap membimbing, kadang meneduhkan, sering memperhatikan, sekali-sekali menampar pipi sebagai peringatan. Dan semua itu dilakukan dalam sebuah perjalanan menuju tataran-tataran yang lebih sempurna. ---------------------Catatan Dynamics Consulting:---------------------- Ikuti Gede Prama"s Life ReCreation Forum XI INGAT KAYA, LUPA BAHAGIA (The Art of Life Mastery) Jakarta, Hotel Kartika Chandra 29 Juli 2004 Kerja keras, belajar keras, itulah keseharian manusia kekinian. Seperti mengayuh perahu, demikian kerasnya mengayuh, sampai-sampai lupa kemana perahu kehidupan mesti di bawa. Sebagai akibatnya, banyak manusia "kelaparan" di tengah-tengah kekayaan. Dengan kata lain, terlalu banyak manusia yang "Ingat Kaya, Lupa Bahagia" Hubungi: Sdr. Yadi, Henri, Ivan, Ayu di Telp. (021) 7486 3845 (Hunting) Fax. (021) 7486 0536 Email : sales@dynamicsconsulting.com Atau memalaui SMS ke no: 0813 10727 923, 0813 10727 914 ------------------------------------terima kasih----------------------------------- Pertengahan tahun 2002 lalu, di tengah kesibukan yang menggunung, saya sempatkan diri menengok puteri semata wayang saya di kota Melbourne. Ketika baru mendarat di bandara, mata saya mencari ke mana-mana wajah puteri kesayangan. Dan di sebuah pojokan, terlihat seorang gadis melambai sambil membawa balon terbang berwarna merah muda berbentuk hati. Tentu saja saya tidak menoleh, karena merasa bukan sebagai pria ganteng yang ditunggui pacarnya. Tambah lama, gadis tadi tambah mendekat ke saya. Dan, ya Tuhan gadis yang melambai, tersenyum dan membawa balon terbang berbentuk berwarna merah muda tadi ternyata puteri saya. Awalnya, ada perasaan cinta, haru, dan teduh bercampur jadi satu. Merasa bahwa tidak sia-sia menyayangi puteri semata wayang. Dan ketika balon itu saya pegang sambil memasuki taksi yang menunggu, tiba-tiba balonnya lepas dan terbang ke udara. Petugas bandara mencoba membantu, dan tidak menghasilkan apa-apa. Tentu saja pemberi balonnya sempat kesal sebentar, namun kemudian berhasil saya yakinkan. Sebelum cinta berubah jadi kutukan karena keterikatan, maka dilepaslah lambang-lambang keterikatan tadi. Dalam sebuah kesempatan bermain sepak bola di halaman rumah bersama seorang putera saya yang berumur lima tahun. Tiba-tiba tendangan bola anak kecil ini mengarah ke dada. Dan ketika saya tangkap sambil terjatuh, ia tertawa terpingkal-pingkal. Sudah lama sekali saya tidak melihat dan mendengar tawa ini. Seperti melihat senyuman Tuhan rasanya. Setuju tidak setuju, suka tidak suka, percaya tidak percaya, begitulah cara saya menemukan sidik jari Tuhan di mana-mana. Dengan membuka mata dan telinga kepekaan, di mana-mana seperti terlihat sidik jari Tuhan. Melalui cara yang serupa juga saya menemukan buku jernih berjudul Handbook For The Soul yang diedit dan dikumpulkan oleh Richard Carlson dan Benjamin Shield. Di bagian tertentu buku ini (halaman 65), ada tulisan menyentuh : the more you go within, the more you understand your true nature, and the more joy and happiness you feel in your life. Tentu saja pernyataan ini bukan sesuatu yang baru dalam hidup saya. Namun, ia mengingatkan lagi sebuah urgensi untuk berjalan secara lebih serius ke dalam diri. Sebab, di sanalah semua yang kita cari tersedia secara melimpah. Jangankan kebahagiaan dan suka cita, bahkan kekasih yang Agung pun bisa ditemukan di sana. Kembali ke soal sidik jari Tuhan, di dalam sini bahkan tersedia dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Dengan sedikit ketekunan untuk selalu berjalan ke dalam, apa lagi dilengkapi oleh kendaraan-kendaraan syukur, di mana-mana tersedia bekas-bekas pegangan tangan Tuhan. Bentuknya memang tidak sama dengan sidik jari manusia, bahkan tidak bisa digambarkan melalui kata-kata mana pun. Yang jelas, buku jernih ini menulis (halaman 18) : When your life is filled with the desire to see the holiness in every day life, something magical happens. Ketika perjalanan ke dalam didorong oleh niat untuk melihat kesucian dari setiap keseharian, sejumlah keajaiban bisa terjadi. Termasuk keajaiban untuk bisa melihat sidik jari Tuhan di mana-mana. Dalam keadaan demikian, setiap tarikan dan keluaran nafas dari hidung, terasa seperti suara-suara sakral yang menyapa. Tidak ada keindahan yang lebih menawan dari keindahan seperti ini. (Gede Prama/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads