Nah, pada Selasa (19/7), Nazaruddin mendadak melakukan wawancara dengan Metro TV seputar misterinya selama ini. Nazar menyampaikan semua keluh kesahnya, kesedihan yang menimpa diri dan keluarganya. Dia tidak menerima bahwa semua masalah hanya ditimpakan kepada dirinya. Dia kemudian mengulangi informasi yang pernah disampaikan lewat BBM. Keterlibatan beberapa kader Partai Demokrat, bahkan kini dengan tegas dan berani mati membuka aib Anas Urbaningrum yang disebutkan sebagai pengendali dan pemilik uang-uang yang beredar.
Nazar dengan nekat menyampaikan bahwa KPK tidak akan berani menuntaskan kasus yang melibatkan dirinya terkait aliran dana yang diterima petinggi Partai Demokrat. Karena menurut Nazaruddin, sudah ada kesepakatan khusus antara Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dengan Wakil Ketua KPK Chandra Hamzah, terkait dengan pimpinan KPK di masa mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nazaruddin melalui Metro TV dengan gamblang telah menyampaikan berita yang mirip-mirip seperti BBM-nya hanya kali ini mulai melebar dengan menyentuh KPK dan secara emosional telah lebih menyentuh jutaan pemirsa. Apa yang terjadi? Dalam ranah hukum, kesaksian semacam penjelasan Nazaruddin tidaklah semuanya dapat dipakai sebagai dasar hukum. Tetapi perlu disadari, ada ancaman yang jauh lebih besar, yaitu cara Nazar menyampaikan 'uneg-unegnya.' Begitu bebas, begitu ringan membela diri dan dia menyerang dengan menantang KPK, akan pulang apabila ada bukti aliran uang ke dirinya.Β
Hantaman Nazar bukanlah sekedar sebuah jab, hook atau swing dalam bertinju, tapi itu adalah sebuah serangan dengan cluster bomb. Disebut juga sebagai bom curah. Bomnya hanya satu, tetapi setelah dilepaskan dari sebuah pesawat pembom, maka pada ketinggian tertentu bom cluster akan terurai menjadi bom-bom kecil yang akan meledak pada area yang sangat luas. Biasanya bom ini digunakan untuk menyerang dan menghancurkan gerilyawan yang bersembunyi di balik pepohonan atau tempat persembunyian. Karena demikian kejamnya kemampuan cluster bomb membunuh atau merusak target lainnya, maka bom semacam ini telah dilarang digunakan.
Menurut penulis, Nazaruddin telah melepas serangan sejenis cluster bomb. Korban bisa saja akan berjatuhan dikalangan pengurus atau kader Demokrat yang mungkin terlibat. Akan tetapi apa yang diungkapkan Nazaruddin tanpa disadarinya telah merusak, mengharu birukan nama dan citra Partai Demokrat dan kader-kader lainnya yang tidak terlibat. Kemunculannya di Metro telah membuat geger masyarakat serta pemirsa.Β
Presenter dengan mahir bak interogator terus mengejar Nazar hingga terkuras semua informasinya. Memang miris kita menontonnya. Banyak yang lupa bahwa Partai Demokrat adalah bagian dari sub sistem bangsa ini dalam sebuah sistem besar yang berperan menggerakkan roda pemerintahan. Yang nampak adalah bagaimana kini Demokrat telah menjadi bulan-bulanan banyak pihak, makin lama bahkan makin banyak yang bersemangat menyerangnya.
Kisah Nazar kini bak cerita komik, ada yang senyum dan ada yang mulai gemetar lututnya. Yang tidak bisa dibayangkan betapa gemasnya Bapak Ketua Dewan Pembina dengan kondisi saat ini. Informasi Nazar telah meremukkan segala sesuatu di Partai Demokrat yang dibangunnya dengan susah payah. Nazar juga telah mempermalukan aparat keamanan yang belum berhasil menangkapnya, bahkan kini dia dengan bebas melemparkan berita, bak cluster bomb, bercerita di media elektronik kepada jutaan pemirsa tentang soal korupsi tanpa rasa takut sedikit pun. Apa yang hilang? Yang jelas kewibawaan Anas sebagai pimpinan sebuah partai besar, the rulling party sedang dipertaruhkan. Berat memang berkarier di politik dalam masa transisi demokrasi.Β
*) Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan adalah pengamat intelijen dan penulis buku Intelijen Bertawaf, untuk melihat tulisan lainnya kunjungi http://ramalanintelijen.net
(vit/vit)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini