Raja Jayabaya & Baghawatgita
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Tanggapan Djoko Suud

Raja Jayabaya & Baghawatgita

Senin, 03 Mei 2010 20:42 WIB
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Jakarta - Saya sangat terharu membaca protes saudaraku umat Hindu. Amat besar jiwa saudaraku. Amat lapang membuka pintu maaf untukku. Percayalah, tidak terbersit dalam benak saya untuk menghina. Apalagi menista saudaraku dalam tulisan itu.

Saya akui saya alpa. Saya hanya menempatkan Baghawatgita dalam tataran sejarah. Kitab yang saya pakai sebagai referensi adalah Baghawatgita dari Mahabharata gubahan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh (1157 Masehi). Kakawin ini yang menempatkan Jayabaya (1130-1160) dari Panjalu (Kadiri) sebagai sosok melegenda hingga kini.

Dalam kitab ini Baghawatgita dipakai sebagai 'alat justifikasi'. Setelah kerajaan Kadiri pecah dua, Panjalu diperintah Jayabaya dan Jenggala dipimpin Prabu Hemabupati, sang kakak. Namun kekisruhan tak kunjung berhenti. Perseteruan dan intrik terus terjadi. Dan Jayabaya akhirnya melakukan invasi. Dia berhasil membunuh saudara tuanya itu, serta mengakuisisi Kerajaan Jenggala. Penggubahan Mahabharata bagian dari 'pembenaran' itu, agar tindakan raja menyudahi kakaknya secara dogmatis dianggap sah. Ini alasan saya menyebut kidung mistis 'penggugah nafsu.'

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terus terang saya paham, Baghawatgita adalah pengejawantahan darma. Tugas seorang ksatria memang memupus lawan negara. Tidak peduli lawan itu masih se-saudara atau bukan. Itu berlaku untuk Arjuna, tatkala ksatria Pandawa ini diliputi kegamangan saat hendak maju ke medan laga, Bathara Kresna memberi wejangan yang sarat makna itu.Β Β 

Namun dalam Baghawatgita 'Mahabharata' versi Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, setting peristiwa itu dipindah ke Jawa. Bahkan peperangan Pandawa lawan Kurawa (keluarga Bharata) digambarkan sebagai perang antar-keluarga Airlangga. Jayabaya dikisahkan sebagai keturunan Wisnu. Dan kisah ini juga dikuati kitab Negara Kertagama.Β 

Saudaraku, saya hanya bertumpu dari pengkisahan itu. Saat menulis saya tidak berpikiran itu menyangkut agama. Ketika wejangan itu alpa tertangkap sebagai dogma, sakralitas makna pun berubah profan. Saya rasionalisasi dogma itu sebagai 'nafsu'. Saya baru menyadari itu keliru ketika teman-teman melontarkan kritik. Sebab hakekatnya logika manusia tidak berkemampuan 'memikirkan' dan 'menterjemahkan' kehendak Tuhan.

Jika itu dianggap sebagai kekeliruan, maka terus terang saya mengakui kepeleset. Budaya Jawa dan penulisan sejarah Jawa yang berisi sastra puja telah menjadikan acap lupa dan memasuki 'ruang abu-abu'. Ini yang menjadi faktor penting seringnya sebuah persoalan bermakna ganda. Apalagi dalam pandangan Jawa, Baghawatgita diasumsikan bukan sebagai kitab suci, tetapi kitab kaweruh yang berisi ketauladanan.

Kalau saya tahu itu kitab suci, maka tentu saya tidak melakukan itu. Secara pribadi saya sangatlah akrab dengan teman-teman Hindu. Saat dari Agra dan mampir dua minggu di New Delhi teman-teman mahasiswa Bali yang menjamu saya. Malah kemana-mana saya selalu diantar dan dipandu Prabu Darmayasa, murid satu-satunya Guru Ji, spiritualis terkenal India yang sudah saya anggap sebagai saudara sendiri.

Di Bali pun saya sangatlah dekat dengan Ngurah Artha maupun Nyoman Subamia. Bersama mereka saya biasa melakukan katarsis. Bermalam-malam ngobrol tentang banyak soal. Dan bicara dari hati ke hati tentang berbagai hal. Kalau tulisan itu saya lakukan dengan sengaja, betapa nistanya saya. Terlalu besar kerugian yang saya derita karena telah melukai dan mungkin akan kehilangan saudara-saudaraku yang teramat aku sayangi melebihi keluargaku sendiri.

Saudaraku, saya hormat atas kritik dan protes anda. Saya juga berterimakasih masih ada yang mengingatkan. Jika ini dianggap sebagai cobaan, maka tidak hanya untuk saudara-saudaraku cobaan itu tertuju, tetapi juga untuk pribadiku. Sebab secara spiritualitas seseorang itu dinaikkan derajatnya jika mampu mengatasi cobaan yang diberikan padanya.

Mudah-mudahan kita menuju itu berdasar agama dan keyakinan kita masing-masing. Maafkan kekhilafan saya, saudaraku.

Salam

(asy/asy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads