Politik Andhap Asor Hatta Rajasa

Politik Andhap Asor Hatta Rajasa

- detikNews
Jumat, 24 Apr 2009 15:19 WIB
Jakarta - Hari-hari ini hampir semua rakyat Indonesia tahu kalau mantan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa merupakan salah satu kandidat cawapres SBY terkuat. Tidak hanya karena sosok Hatta sudah sering ditulis dan diberitakan media, tetapi loyalitas politisi berambut perak ini kepada SBY juga benar-benar tak tertandingi dibanding kandidat cawapres lainnya.

Hatta juga menunjukkan diri sebagai sosok yang low profile. Meski namanya sudah membumbung tinggi sebagai kandidat kuat cawapresnya SBY, Hatta dengan gaya sederhananya tetap saja mengaku tidak punya bayangan dan pikiran dengan semua isu dan berita media yang  menempatkan dirinya sebagai kandidat cawapres SBY.

"Sejak dulu, saya kan sudah bilang, mikir ke situ saja tidak. Kalau di back mind ada pikiran seperti itu, pasti kalau ada pertanyaan saya bisa merespons, lha ini tidak kepikiran sama sekali jadi tidak bisa merespons," kata Hatta Rajasa menjawab wartawan yang mengkonfirmasi soal menguatnya nama Hatta menjadi kandidat cawapres SBY, di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (22/4/2009).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jawaban Hatta ini benar-benar menunjukkan bahwa dia sangat memahami sang atasan SBY. Sebagai orang Jawa, SBY sangat menjunjung tinggi adagium-adagium dan tradisi serta adat Jawa. Dalam pola pergaulan di Jawa, seseorang yang memiliki poisisi lebih tinggi harus tetap menunjukkan penghargaannya terhadap bawahannya. Demikian juga seorang bawahan juga harus menunjukkan perghormatannya kepada atasan dengan cara merendah, andhap ashor.

Lamanya waktu Hatta bersama SBY sebagai menteri memberi kelebihan tersendiri bagi politisi PAN ini untuk mengenal SBY lebih dekat. Ternyata modal pemahaman terhadap sosok dan kepribadian SBY ini cukup menjadi modal besarnya untuk bagaimana bersikap dan menjaga hubungan dengan SBY. Ini tentu saja berbeda dengan Akbar Tandjung yang juga sempat mencuat namanya sebagai kandidat cawapres SBY.

Perbedaan sikap Akbar dan Hatta dalam menyikapi soal cawapres ini tergolong unik. Keduanya memiliki latar belakang budaya yang tidak terlalu beda karena berasal dari satu pulau yaitu Sumatera. Akbar dari Medan, Sumatera Utara, sementara Hatta Rajasa dari Palembang, Sumatera Selatan. Budaya Palembang memang lebih 'lembut' daripada Medan yang dikenal 'kasar'. Hal ini disebabkan wilayah Palembang secara budaya sudah terakulturasi dengan budaya Jawa sejak kerajaan Sriwijaya.

Hal inilah yang membuat cara bersikap Hatta dan Akbar berbeda. Meskipun keduanya sama-sama pernah bekerja dengan atasan orang Jawa, Akbar cukup lama membantu Soeharto sebagian menteri sampai karirnya sebagai Mensesneg, dan Hatta juga bekerja membantu SBY sebagai menteri dan karirnya sebagai mensesneg, Hatta lebih bisa menjiwai ke-Jawa-annya SBY daripada Akbar. Hal inilah yang membuat Hatta lebih menarik di mata SBY ketimbang Akbar.

Sebagaimana diketahui banyak orang, SBY adalah sosok yang lemah lembut, tetapi perasa. SBY lebih suka orang yang merendah daripada orang yang membusungkan dada. Dalam kasus SBY mencari pendamping, selain mencari figur dari partai, SBY juga mencari orang yang danggap cocok, memiliki chemistry. Chemistry inilah kunci sosok yang akan menjadi calon pendamping SBY. Akbar dengan caranya yang agresif, mengumpulkan kekuatan dan mendeklarasikan diri siap menjadi cawapresnya SBY dinilai banyak pihak justru membuat SBY tidak suka. Ditambah lagi sikap Golkar yang mengusung capres sendiri.

Sementara Hatta, yang secara personal SBY sudah cocok, hanya tinggal PAN sebagai partai yang membesarkan dia memang belum bersikap, lebih memhami SBY daripada Akbar. Hatta benar-benar menampakkan sebagai orang Jawa yang baik. Meski namanya cukup kuat menjadi kandidat cawapres SBY, Hatta masih menggunakan politik andhap ashor (merendah) dengan mengatakan , dia tidak lebih dari seorang pembantu presiden. Karenanya dia tidak punya bayangan sedikitpun soal cawapres.

Politik andhap asor ini terbukti telah meluluhkan hati SBY dalam menentukan sikap politiknya. Ingat, saat reshuffle kabinet terakhir yang memasukkan nama Mardiyanto sebagai Mendagri. Mardiyanto yang orang Jawa Tengah ini benar-benar memahami suasana batin SBY. Meski namanya muncul, dia selalu bilang tidak tahu kalau akan diangkat sebagai Mendagri. Padahal saat itu muncul beberapa nama yang secara kelayakan dan kedekatan dengan SBY lebih baik dari Mardiyanto. Namun karena nama tersebut cenderung agresif dalam mengupayakan jabatan Mendagri, SBY pun menetapkan Mardiyanto yang berpolitik andap asor sebagai Mendagri.

Akankah Hatta mendulang sukses seperti Mardiyanto yang berhasil memikat hati SBY? Jawabnya, tunggu tanggal 26 April dalam Rapimnas  Partai Demokrat di Jakarta Expo Center, Kemayoran.

*) Muhammad N Hayid, Penulis adalah wartawan detikcom. Tulisan ini merupakan opini pribadi dan tidak mewakili pendapat perusahaan. (/asy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads