Tati dan keluarganya selamat dari terjangan tsunami. Tati tampak emosional saat menceritakan detik-detik keluarganya diterjang tsunami. Dia berangkat berlibur ke Ujung Kulon bersama lima keluarganya yang berasal dari Jakarta. Tati berangkat dari Cirebon bareng suami, Andi, dan dua anaknya.
Menurut Tati, keluarganya berangkat dari Cirebon sekitar pukul 07.00 WIB, Sabtu (22/12), menuju Jakarta untuk bertemu dengan saudara-saudaranya. "Totalnya itu ada 22 orang dari enam keluarga yang berangkat ke Banten. Dari Jakarta itu berangkat ke sore. Sampai Banten itu magrib," kata Tati saat ditemui detikcom di kediamannya, Dusun Wage, Desa Beber, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (27/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jarak dari resort ke pantai itu sekitar 100 meter. Saya sempat heran, ombaknya itu tak ada. Gerah, enggak ada angin. Waktu itu kan memang sedang purnama," tutur Tati.
![]() |
"Saya sama suaminya dan kedua anak saya itu tidur semua, itu setelah salat isya. Kami berempat tidur sekamar di resort itu. Satu kamar satu keluarga, kan ada enam keluarga," ucapnya.
Beberapa jam setelah Tati dan keluarganya tertidur, tiba-tiba gelombang tsunami menyapu pantai dan menerjang penginapannya. Saat itu, dia dan keluarganya masih tertidur pulas.
Tati langsung terbangun. Kondisinya sudah mengambang dan terombang-ambing gelombang tsunami. Beberapa bagian dinding kamar penginapan roboh. Tati dan keluarganya terjebak di kamar.
"Saya bangun, saya lihat banyak puing-puing dan orang mengambang. Enam kamar yang kami huni itu diterjang gelombang, pada roboh dinding. Bahkan ada yang rata dengan tanah," kata Tati seraya tangannya mempraktikkan saat dirinya berenang.
![]() |
Tati melanjutkan ceritanya. Dia masih tak menyangka bahwa gelombang tsunami telah menerjang keluarganya.
"Saya sempat kaget, ini mimpi apa nyata? Tiba-tiba anak saya menjerit bahwa ini tsunami. Saya langsung menyebut nama Allah dan istigfar," tutur Tati.
Mulut Tati tak berhenti menyebut nama Allah saat diterjang tsunami. Hingga akhirnya air laut surut. Namun, Tati dan keluarganya masih khawatir adanya gelombang susulan. Tati berpegangan tangan dengan keluarganya. Benar saja, gelombang susulan terjadi beberapa saat setelah gelombang pertama surut.
"Kami pegangan. Pertama itu ketinggian air sekitar dua meter, terus surut. Tapi gelombang susulan terjadi. Kami terombang-ambing di air selama tsunami itu," katanya.
Setelah gelombang kedua surut, Tati langsung mencari jalan menuju dataran yang lebih tinggi. Namun, dia kesulitan karena kondisi saat itu listrik mati.
"Gelap sekali. Saya melihat lampu motor waktu itu dari kejauhan, kami menuju ke arah sana," ucap Tati.
![]() |
"Rasa sakit itu tidak saya rasakan. Saya terus jalan menuju bukit. Keluarga saya pada luka-luka, lecet, memar, ada juga yang dijahit," ucapnya.
Semalaman Tati dan keluarganya berada di bukit. Barang-barang milik Tati dan keluarganya sudah raib diterjang gelombang tsunami. Keesokan harinya, Minggu (23/12/2018) Tati dan keluarganya langsung bergegas turun ke bukit. Tak lama setelah turun ke bukit, diakui Tati, muncul imbauan akan ada tsunami susulan. Tati langsung bergegas menuju bukit kembali.
"Kami naik lagi ke sana (bukit). Setelah dinyatakan aman, kami turun meminta bantuan Basarnas. Kami dievakuasi oleh warga sekitar dan Basarnas, dibawa ke Puskesmas," kata Tati.
Wanita yang bekerja di BKKBN ini mengaku bertemu kembali dengan rombongan keluarganya saat dievakuasi di Puskesmas. "Kami dipertemukan lagi di Puskesmas, 22 orang ini kumpul lagi. Keluarga saya ada yang bawa bayi usia delapan bulan, Alhamdulillah selamat. Besoknya kami pulang," tutur Tati. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini