Nama Lingga melekat pada alu. Yoni merupakan nama dari lumpang, keduanya terbuat dari batu. Sejarawan Cirebon, Nurdin M Noer mengatakan Lingga dan Yoni yang berada di Kompleks Siti Inggil itu bekas alat penumbuk terasi petis pada era awal Islam masuk di Cirebon.
"Awal masuknya Islam, Lingga dan Yoni digunakan sebagai penumbuk terasi petis. Lingga dan Yoni ini sering dikisahkan di kisah pewayangan yang tak lepas dari kisah-kisah masa Hindu," tutur Nurdin saat ditemui detikcom di kediamannya di Kelurahan Larangan, Harjamukti, Kota Cirebon, Sabtu (11/11/2017).
![]() |
Nurdin menjelaskan, Lingga merupakan gambaran dari laki-laki karena bentuknya yang mirip dengan alat kelamin pria. Lingga juga bisa diartikan sebagai simbol kejantanan pria. Sedangkan Yoni, sambung Nurdin, menggambarkan perempuan karena bentuknya mirip dengan alat kelamin perempuan. Diartikan juga sebaga simbol kesuburan perempuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lebih lanjut Nurdin menjelaskan, pada masa Hindu, Lingga dianggap sebagai simbol Dewa Siwa. Ia mengatakan simbol Lingga dan Yoni yang terbuat dari batu itu merupakan petunjuk bahwa Lingga dan Yoni sempat digunakan untuk keperluan ritual.
"Benda itu memiliki kemungkinan dijadikan sebagai sarana pemujaan bagi lingkungan keraton pada zaman Hindu, sebelum Islam masuk. Selain itu, Lingga juga ditampilkan dalam bentuk motif adegan pada lampu perunggu. Adegan itu diambil dari suatu kisah tentang keunggulan Siwa yang dikenal dalam cerita Lingodhbhawamurti. Lampu perunggu ini dijumpai, Blitar," tuturnya.
(avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini