"Biasa saja kita ngelapak tiap malam minggu. Tiba-tiba jam sebelas malam datang rombongan TNI. Ada truk TNI dua, mobil polisi militer satu, beberapa mobil preman dan motor. Mereka ada yang pakai pakaian preman sekitar delapan orang, yang pakai pakaian loreng lumayan banyak, lebih dari dua puluh orang," tutur Indra, salah satu pengurus Komunitas Perpustakaan Jalanan, saat dikonfirmasi melalui telepon, Senin (22/8/2016).
Indra kepada detikcom meminta identitas aslinya tidak dimunculkan karena menyangkut keselamatan diri. Dia menyebut tiga rekannya sesama pengurus komunitas tersebut mendapat kekerasan fisik oleh salah satu oknum aparat yang malam itu ikut penertiban. Namun Indra mengaku tak mengetahui persis para aparat itu asal kesatuan mana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau klub motor kan tinggal pergi, kita mah ada yang harus diberesin dulu. Terus ada yang bilang 'Udah yang lagi jualan diam aja'. Disangkanya kita jualan, ya disuruh diam, kita diam. Tiba-tiba ada seorang pakai baju preman mukul teman saya pakai HT (handy talky-red). Mukul sambil bentak-bentak 'bubar-bubar'," tutur Indra.
"Terus teman saya yang lain ada yang nanya, 'ini ada apa?'. Terus dipukul juga. Dia pakai baju preman, kayaknya dia komandannya, soalnya yang lain mah diam saja. Malah ada yang melerai," ujar Indra menambahkan.
Saat itu, sambung dia, seorang temannya yang berbadan besar mencoba meminta penjelasan. "Dia (pemukul) bentak-bentak sambil teriak 'kamu apa nantangin? mentang-mentang badan gede'. Sambil terus mukul ke perut, tiga kali mukulnya. Saya juga engak tau kenapa, seperti yang lepas kendali," cerita Indra.
Rombongan TNI itu, kata Indra, kemudian pergi. Sementara para pengurus Perpustakaan Jalanan membereskan lapak mereka. "Mereka ada di Cikapayang itu sekitar 15 menit. Terus cabut. Kita masih di Cikapayang membereskan buku," kata Indra.
Komunitas Perpustakaan Jalanan ini kerap menggelar lapak baca setiap Sabtu malam di Taman Cikapayang mulai pukul 19.00 WIB hingga 24.00 WIB. Indra mengaku saat aktivitas serupa sering diusir personel TNI, namun sebelumnya tidak pernah menggunakan kekerasan fisik.
"Pernah ada juga, tapi enggak seperti ini. Orangnya juga lebih sedikit. Biasanya baik-baik, paling juga kekerasan verbal, enggak sampai fisik," kata Indra.
Sebagai salah satu pengurus Perpustakaan Jalanan, Indra menyayangkan adanya kejadian tersebut. Padahal menurutnya, komunitas mereka menggelar kegiatan positif, bukan kegiatan macam-macam.
"Kita ini mulai dari 2010. Kita mengisi ruang publik sebagaimana mestinya. Untuk aktivitas positif, dipakai buat jaringan sosial masyarakat," ucap Indra.
Kapendam III Siliwangi Letkol Desi Ariyanto masih mencari benar atau tidaknya informasi yang diklaim oleh pihak Komunitas Perpustakaan Jalanan berkaitan hal tersebut.
"TNI kan banyak, saya belum ngerti. Nanti lah saya cari (info)," kata Ariyanto singkat saat dikonfirmasi detikcom via telepon sekitar pukul 11.20 WIB tadi. (avi/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini