Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengecam ancaman militer Amerika Serikat (AS) dengan menegaskan negaranya tidak ingin berdamai kalau harus menjadi budak. Maduro menyebut pengerahan militer Washington secara besar-besaran telah "menguji" Caracas selama 22 pekan terakhir.
Presiden AS Donald Trump semakin meningkatkan tekanan terhadap Maduro dengan pengerahan angkatan laut secara besar-besaran di kawasan Karibia, pengeboman kapal-kapal yang diduga mengangkut narkoba dari Venezuela, dan merilis peringatan keras untuk menghindari wilayah udara Venezuela.
Saat berpidato di hadapan pendukungnya di Caracas, seperti dilansir AFP dan TRT World, Selasa (2/12/2025), Maduro mengatakan Venezuela menginginkan perdamaian "dengan kedaulatan, kesetaraan, dan kebebasan". Dia menegaskan penolakan terhadap apa yang disebutnya sebagai "perdamaian budak".
"Kita menginginkan perdamaian, tetapi perdamaian dengan kedaulatan, kesetaraan, dan kebebasan! Kita tidak menginginkan perdamaian budak, atau perdamaian koloni!" tegas Maduro, yang menuduh AS berupaya menggulingkan dirinya dari kekuasaan.
"Rakyat Venezuela telah menunjukkan cinta mereka kepada tanah air," sebutnya.
Dikatakan oleh Maduro bahwa Venezuela telah mengalami "22 minggu agresi yang dapat digambarkan sebagai terorisme psikologis". Dia mengklaim bahwa pengerahan angkatan laut AS dimaksudkan untuk menggoyahkan pemerintahannya.
Pernyataan itu disampaikan saat Trump dilaporkan menggelar pertemuan dengan sejumlah pejabat tinggi keamanan nasionalnya untuk membahas Venezuela. Trump, pada Minggu (30/11), mengakui dirinya telah berbicara via telepon dengan Maduro, namun menolak untuk mengungkapkan pembahasan keduanya.
Maduro sendiri belum mengomentari percakapan telepon itu. Namun sebelumnya dia menyatakan siap untuk melakukan pertemuan langsung dengan Trump.
(nvc/whn)