Hamas Minta Israel Izinkan Anggotanya Keluar dari Terowongan Gaza

Hamas Minta Israel Izinkan Anggotanya Keluar dari Terowongan Gaza

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 28 Nov 2025 12:47 WIB
A Palestinian Hamas militant stands guard near the so-called β€œYellow Line” to which Israeli troops withdrew in Gaza City, November 2, 2025. (File photo: Reuters)
Petempur Hamas berjaga di Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza, saat gencatan senjata berlangsung (dok. Reuters)
Gaza City -

Kelompok Hamas menyerukan kepada negara-negara mediator untuk menekan Israel agar mengizinkan akses aman bagi puluhan anggotanya yang bersembunyi di dalam terowongan bawah tanah di Jalur Gaza bagian selatan, yang kini dikuasai pasukan Israel.

Permintaan tersebut, seperti dilansir AFP, Jumat (28/11/2025), muncul setelah militer Israel mengatakan pasukannya telah menewaskan lebih dari 20 anggota Hamas dalam sepekan terakhir. Para anggota Hamas yang tewas itu, menurut Israel, "berusaha melarikan diri dari infrastruktur bawah tanah di area tersebut".

Militer Israel juga mengatakan bahwa pasukannya menangkap delapan anggota Hamas lainnya di area yang sama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami menganggap (Israel) sepenuhnya bertanggung jawab atas nyawa para petempur kami dan menyerukan kepada para mediator kami untuk segera mengambil tindakan untuk menekan (Israel) agar mengizinkan putra-putra kami pulang," kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada Rabu (26/11).

ADVERTISEMENT

Ini merupakan pertama kalinya Hamas secara terbuka mengakui bahwa para petempurnya terjebak di dalam terowongan Gaza, sejak gencatan senjata berlangsung.

Media Israel melaporkan bahwa selama berminggu-minggu, antara 100-200 militan Hamas terjebak dalam jaringan terowongan di bawah kota Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, yang kini berada di bawah kendali militer Tel Aviv.

Berdasarkan ketentuan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat (AS) dan mulai berlaku pada 10 Oktober lalu, pasukan militer Israel harus menarik diri dari area-area pesisir di daerah kantong Palestina tersebut, hingga ke apa yang disebut sebagai "garis kuning" yang menandai area yang dikuasai pasukan Tel Aviv.

Awal bulan ini, utusan khusus AS Steve Witkoff menyinggung soal "200 petempur yang terjebak di Rafah" saat berbicara dalam konferensi bisnis di Miami. Witkoff menyebut penyerahan diri mereka, yang mencakup penyerahan senjata, dapat menjadi "ujian" bagi kedua belah pihak dalam gencatan senjata, Israel dan Hamas.

Namun, Israel tampaknya tidak bersedia untuk berkompromi terkait pembebasan para petempur Hamas itu dengan aman dari terowongan Gaza.

Seorang juru bicara pemerintah Israel mengatakan kepada AFP pada awal bulan bahwa Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu "tidak mengizinkan perjalanan aman bagi 200 teroris Hamas".

Ditegaskan juga bahwa Netanyahu "tetap teguh pada pendiriannya untuk membongkar kemampuan militer Hamas dan melakukan demiliterisasi Jalur Gaza".

Dalam pernyataan pada Rabu (26/11), Hamas menuduh Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata melalui "pengejaran, likuidasi, dan penangkapan para petempur perlawanan yang terkepung di terowongan Rafah".

Tonton juga video "Hamas Tolak Pengerahan Pasukan Internasional di Gaza"

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads