AS Rilis Peringatan untuk Pesawat Sipil di Venezuela, Ada Apa?

AS Rilis Peringatan untuk Pesawat Sipil di Venezuela, Ada Apa?

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 22 Nov 2025 13:03 WIB
The USS Gravely, a US Navy warship, departs the Port of Port of Spain on October 30, 2025. The US warship arrived in Trinidad and Tobago on October 26, 2025, for joint exercises near the coast of Venezuela, as Washington ratcheted up pressure on drug traffickers and Venezuelan leader Nicolas Maduro. (Photo by MARTIN BERNETTI / AFP)
Kapal perang AS, USS Gravely, sempat ikut latihan militer gabungan di dekat pantai Venezuela (dok. AFP/MARTIN BERNETTI)
Washington DC -

Regulator penerbangan Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan pada Jumat (22/11) untuk pesawat-pesawat sipil di wilayah udara Venezuela. Peringatan itu menyebut bahaya yang mungkin muncul imbas "peningkatan aktivitas militer" di tengah peningkatan besar-besaran pasukan AS di kawasan Karibia.

Otoritas Penerbangan Federal AS (FAA), seperti dilansir AFP, Sabtu (22/11/2025), memperingatkan pesawat-pesawat sipil di wilayah tersebut untuk "berhati-hati" karena "situasi keamanan yang memburuk dan meningkatnya aktivitas militer di dalam atau di sekitar Venezuela".

"Ancaman-ancaman dapat menimbulkan risiko potensial bagi pesawat di semua ketinggian, termasuk selama penerbangan lintas udara, fase kedatangan dan keberangkatan penerbangan, dan/atau bandara dan pesawat di darat," demikian bunyi peringatan FAA tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AS telah mengirimkan satu kapal induk beserta kelompok tempurnya, sejumlah kapal perang Angkatan Laut, dan beberapa jet tempur siluman ke kawasan tersebut. Pengerahan itu, diklaim oleh Washington, bertujuan untuk memberantas perdagangan narkoba, namun memicu memicu kekhawatiran bahwa perubahan rezim di Caracas merupakan tujuan sebenarnya.

ADVERTISEMENT

Peringatan FAA untuk pesawat sipil ini dirilis beberapa hari sebelum mulai berlakunya penetapan organisasi terorisme untuk kartel narkoba yang diduga dipimpin oleh Presiden Nicolas Maduro. Langkah AS itu diyakini sebagian pihak, dapat menjadi pertanda aksi militer terhadap pemerintahan Maduro.

Sejak awal September lalu, pasukan militer AS melancarkan rentetan serangan terhadap lebih dari 20 kapal yang diduga menyelundupkan narkoba di Laut Karibia dan Samudra Pasifik bagian timur, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 80 orang.

Namun Washington belum merilis bukti yang menunjukkan bahwa kapal-kapal yang menjadi target serangannya memang digunakan untuk menyelundupkan narkoba atau menimbulkan ancaman bagi AS.

Ketegangan regional telah meningkat akibat operasi militer AS tersebut dan pengerahan kekuatan militer yang menyertainya.

Awal pekan ini, Presiden Donald Trump mengakui dirinya tidak mengesampingkan kemungkinan pengerahan pasukan AS ke wilayah Venezuela. Namun, Trump juga menambahkan bahwa dirinya "mungkin" akan melakukan pembicaraan dengan Maduro.

"Saya tidak mengesampingkan kemungkinan itu. Saya tidak mengesampingkan kemungkinan apa pun," tegas Trump, ketika ditanya oleh wartawan di Gedung Putih pada Senin (17/11) soal apakah dirinya akan mengesampingkan kemungkinan pengerahan pasukan AS ke daratan Venezuela.

"Kita hanya perlu mengurus Venezuela. Mereka membawa ratusan ribu orang ke negara kita dari penjara-penjara mereka," ucapnya.

"Kita memiliki perbatasan yang sangat ketat saat ini; tidak ada yang masuk, tetapi kita mendapati jutaan orang yang datang berbondong-bondong setahun lalu," imbuh Trump.

Lihat juga Video: Pesawat Piper Gagal Terbang, 2 Orang Tewas di Venezuela

Halaman 2 dari 2
(nvc/idh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads