Ancaman Terbaru dari Trump Kini Sasar Nigeria

Ancaman Terbaru dari Trump Kini Sasar Nigeria

Rita Uli Hutapea, Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 03 Nov 2025 22:28 WIB
Ketika Asia Tenggara Jadi Panggung Ambisi Trump, Apa Motifnya?
Foto: Presiden AS Donald Trump (DW (News)
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melontarkan ancaman operasi militer ke negara lain. Setelah Venezuela, kini Trump menyasar Nigeria.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah Venezuela mengklaim telah menggagalkan operasi yang direncanakan oleh badan intelijen pusat Amerika Serikat (AS), CIA, untuk memprovokasi perang di kawasan Karibia, saat ketegangan kedua negara semakin meningkat.

Caracas menyebut serangan itu melibatkan kelompok yang didanai CIA, yang merencanakan serangan "false flag" atau serangan "bendera palsu" terhadap kapal-kapal perang AS yang dikerahkan ke kawasan Karibia bagian selatan, untuk kemudian secara keliru menyalahkan Venezuela.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Serangan atau operasi bendera palsu merujuk pada operasi kambing hitam untuk menyamarkan pihak yang sebenarnya bertanggung jawab dan menjadikan pihak lain sebagai kambing hitam.

ADVERTISEMENT

Otoritas Venezuela, seperti dilansir AFP, Selasa (28/10/2025), mengatakan mereka telah membongkar sebuah operasi yang menargetkan kapal perang AS, USS Gravely, yang berlabuh di Trinidad dan Tobago untuk latihan militer gabungan pada Minggu (26/10) waktu setempat.

Trinidad dan Tobago yang merupakan negara pulau kembar berpenduduk 1,4 juta jiwa di kawasan Karibia, terletak di dekat lepas pantai Venezuela dan berada dalam jarak tembak dari daratan utama Caracas.

Menteri Dalam Negeri Venezuela, Diosdado Cabello, mengatakan pada Senin (27/10), bahwa sebuah sel yang "didanai oleh CIA" berencana menyerang USS Gravely dan menyalahkan Caracas.

Cabello menyebut empat orang telah ditangkap oleh otoritas Venezuela, namun identitas mereka yang tidak ditangkap tidak diungkap ke publik. Caracas diketahui secara rutin mengklaim telah menangkap tentara-tentara bayaran yang didukung AS yang diklaim bekerja untuk mengganggu stabilitas pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

Kedatangan kapal perang AS itu ke dekat wilayahnya itu memicu kemarahan Venezuela, yang menyebutnya sebagai "provokasi" dan mengklaim pengerahan kapal itu "bertujuan untuk memprovokasi perang di Karibia".

Jawaban Trump Soal Ancaman

Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (1/11/2025), Amerika Serikat telah mengerahkan delapan kapal Angkatan Laut AS ke Karibia dan mengirim pesawat tempur siluman F-35 ke Puerto Riko.

Selain itu, kapal induk bergerak ke wilayah tersebut dengan alasan untuk mengendalikan perdagangan narkoba.

"Tidak," jawab Trump ketika ditanya oleh seorang jurnalis di atas pesawat kepresidenan Air Force One tentang laporan media bahwa ia sedang mempertimbangkan serangan semacam itu.

Trump Tak Akan Serang Venezuela

Trump meredakan kekhawatiran potensi intervensi militer AS di Venezuela. Namun, Trump menyebut masa jabatan Presiden Nicolas Maduro tinggal menghitung hari.

Dalam wawancara dengan media terkemuka AS, CBS, seperti dilansir AFP, Senin (3/11/2025), Trump mengatakan AS tidak akan berperang melawan Venezuela.

"Saya meragukan itu. Saya rasa tidak demikian," jawab Trump ketika ditanya apakah AS akan berperang melawan Venezuela, dalam program CBS '60 Minutes' yang ditayangkan pada Minggu (2/11) waktu setempat.

Namun, saat ditanya lebih lanjut soal apakah masa jabatan Maduro sebagai Presiden Venezuela tinggal menghitung hari, Trump menjawab: "Saya akan mengatakan demikian. Saya rasa begitu, iya."

Maduro, yang menghadapi dakwaan narkoba di AS, menuduh Washington menjadikan tuduhan perdagangan narkoba sebagai dalih untuk "memaksakan perubahan rezim" di Caracas untuk menyita pasokan minyak Venezuela.

Kini Ancam Nigeria

Trump juga sempat menggemparkan di media sosial Truth Social pada Sabtu (1/11) waktu setempat, Trump mengatakan bahwa dirinya telah meminta Pentagon untuk memetakan kemungkinan rencana serangan di Nigeria.

Hal itu disampaikan sehari setelah Trump memperingatkan bahwa umat Kristen "menghadapi ancaman eksistensial" di Nigeria, yang merupakan negara terpadat di benua Afrika.

Nigeria, yang hampir terbagi rata antara wilayah utara yang ditinggali mayoritas Muslim dan wilayah selatan yang dihuni mayoritas Kristen, terjerumus ke dalam berbagai konflik yang, menurut para ahli, telah menewaskan baik umat Kristen maupun Muslim tanpa pandang bulu.

Trump, dalam postingannya, mengatakan bahwa jika Nigeria tidak menghentikan pembunuhan tersebut, maka AS akan menyerang dan "serangannya akan berlangsung cepat, ganas, dan manis, seperti para preman teroris yang menyerang umat Kristen yang kita sayangi".

Pada Jumat (31/10) waktu setempat, Trump juga mengatakan, tanpa bukti, bahwa "ribuan warga Kristen dibunuh dan kaum Islamis radikal bertanggung jawab atas pembantaian massal ini".

Pemerintah Nigeria membantah bahwa umat Kristen lebih sering menjadi sasaran serangan militan dibandingkan umat agama lainnya.

"Karakterisasi Nigeria sebagai intoleran agama tidak mencerminkan realitas nasional kami," tegas Presiden Nigeria, Bola Ahmed Tinubu, dalam pernyataannya pada Sabtu (1/11) waktu setempat.

Dalam pernyataan terpisah, juru bicara kepresidenan Nigeria, Daniel Bwala, mencetuskan pertemuan antara Tinubu dan Trump untuk membahas lebih lanjut soal hal tersebut.

"Nigeria merupakan mitra AS dalam perang global melawan terorisme. Ketika para pemimpin bertemu, akan ada hasil yang lebih baik," ucap Bwala kepada AFP pada Minggu (2/11).

"Nigeria menyambut baik dukungan AS untuk memerangi terorisme selama AS menghormati integritas teritorial kami," ujarnya.

Kembali Ancam Nigeria

Trump menyampaikan kembali ancamannya soal operasi militer di Nigeria terkait pembunuhan umat Kristen di negara itu. Penegasan disampaikan Trump setelah kantor kepresidenan Nigeria mengusulkan pertemuan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam postingan yang menggemparkan di media sosial Truth Social pada Sabtu (1/11) waktu setempat, Trump mengatakan bahwa dirinya telah meminta Pentagon untuk memetakan kemungkinan rencana serangan di Nigeria.

Hal itu disampaikan sehari setelah Trump memperingatkan bahwa umat Kristen "menghadapi ancaman eksistensial" di Nigeria, yang merupakan negara terpadat di benua Afrika.

Nigeria, yang hampir terbagi rata antara wilayah utara yang ditinggali mayoritas Muslim dan wilayah selatan yang dihuni mayoritas Kristen, terjerumus ke dalam berbagai konflik yang, menurut para ahli, telah menewaskan baik umat Kristen maupun Muslim tanpa pandang bulu.

Trump, dalam postingannya, mengatakan bahwa jika Nigeria tidak menghentikan pembunuhan tersebut, maka AS akan menyerang dan "serangannya akan berlangsung cepat, ganas, dan manis, seperti para preman teroris yang menyerang umat Kristen yang kita sayangi".

Halaman 6 dari 5
(rdp/fas)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads