Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa negara-negara sekutu AS di Timur Tengah siap untuk mengirim pasukan ke Jalur Gaza, atas permintaannya, untuk melawan Hamas jika kelompok itu tidak menghentikan dugaan pelanggaran gencatan senjata.
Pernyataan tersebut, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (22/10/2025), disampaikan sehari setelah Trump mengancam untuk "memusnahkan" Hamas jika mereka tidak memenuhi ketentuan dalam kesepakatan gencatan senjata Gaza, yang berlaku sejak 10 Oktober lalu.
"Banyak dari SEKUTU-SEKUTU HEBAT kita di Timur Tengah, dan wilayah di sekitar Timur Tengah, telah... memberitahu saya bahwa mereka akan menyambut baik kesempatan, atas permintaan saya, untuk memasuki GAZA dengan kekuatan besar dan melawan Hamas' jika Hamas terus bertindak buruk," ucap Trump dalam pernyataan via media sosial Truth Social miliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan tersebut muncul ketika Wakil Presiden AS JD Vance mengunjungi Israel bersama dua utusan utama Trump lainnya, dalam upaya memperkuat rencana perdamaian Gaza setelah rentetan kekerasan kembali terjadi di wilayah tersebut pada akhir pekan yang memicu kekhawatiran kolapsnya gencatan senjata.
Namun demikian, Trump menambahkan bahwa dirinya telah memberitahu Israel dan sekutu-sekutu AS di Timur Tengah, yang diklaimnya siap menghadapi Hamas, jika konfrontasi semacam itu belum saatnya dilakukan.
"Masih ada harapan bahwa Hamas akan melakukan apa yang benar. Jika tidak, akhir dari Hamas akan CEPAT, PENUH KEMARAHAN, dan BRUTAL!" ucapnya memperingatkan.
Gencatan senjata Gaza yang berlangsung sejak 10 Oktober lalu diwarnai berbagai hambatan, mulai dari penyerahan jenazah sandera yang lambat oleh Hamas hingga rentetan serangan udara yang kembali dilancarkan militer Israel di Jalur Gaza pada akhir pekan.
Hamas, yang berdasarkan kesepakatan, harus menyerahkan total 28 jenazah sandera kepada Israel, sejauh ini baru menyerahkan 13 jenazah di antaranya.
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, mengatakan mereka akan menyerahkan dua jenazah sandera Israel, yang baru saja digali dari reruntuhan Gaza, pada Selasa (21/10) waktu setempat. Hamas sebelumnya beralasan membutuhkan alat berat untuk mencari jenazah sandera yang tertimbun puing.
Sementara Israel melancarkan rentetan serangan terhadap posisi Hamas pada Minggu (19/10), setelah dua tentaranya tewas dan beberapa tentara lainnya luka-luka akibat serangan mematikan di area Rafah, Jalur Gaza bagian selatan.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, nyaris 100 orang tewas dan 303 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan terbaru militer Israel di Jalur Gaza sejak gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober lalu.
Tonton juga video "Trump: Hamas Harus Bersikap Baik, Jika Tidak Kita Basmi" di sini:











































