Kolombia Tarik Dubes dari AS Buntut Trump Sebut Petro Gembong Narkoba

Kolombia Tarik Dubes dari AS Buntut Trump Sebut Petro Gembong Narkoba

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 21 Okt 2025 14:22 WIB
NEW YORK, NEW YORK - SEPTEMBER 23: President of Colombia Gustavo Petro speaks during the 80th session of the UNs General Assembly (UNGA) on September 23, 2025 in New York City. World leaders convened for the 80th Session of UNGA, with this years theme for the annual global meeting being Better together: 80 years and more for peace, development and human rights.   Alexi J. Rosenfeld/Getty Images/AFP (Photo by Alexi J. Rosenfeld / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)
Presiden Kolombia Gustavo Petro (dok. Getty Images via AFP/ALEXI J. ROSENFELD)
Bogota -

Otoritas Kolombia menarik pulang Duta Besarnya di Amerika Serikat (AS) saat ketegangan antara kedua negara meningkat, buntut perseteruan publik antara Presiden Gustavo Petro dan Presiden Donald Trump.

Penarikan Duta Besar itu dilakukan setelah Trump menyebut Petro sebagai "gembong narkoba" karena membiarkan produksi narkoba di negaranya. Trump juga berjanji akan mencabut semua bantuan untuk Kolombia, yang secara historis merupakan mitra dekat AS, namun juga produsen kokain terkemuka di dunia.

Tidak hanya itu, Trump mengancam akan mengenakan tarif lebih berat terhadap Kolombia, atau bahkan langkah-langkah lainnya yang tidak disebutkan secara spesifik untuk "menutup" budidaya narkoba di negara itu jika Petro tidak juga bertindak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kementerian Luar Negeri Kolombia, seperti dilansir AFP, Selasa (21/10/2025), mengumumkan pada Senin (20/10) bahwa Duta Besar Daniel Garcia Pena telah ditarik pulang dari Washington DC ke Bogota untuk melakukan konsultasi.

ADVERTISEMENT

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Kolombia, Armando Benedetti, menyebut pernyataan Trump tentang penghentian paksa budidaya narkoba sebagai "ancaman invasi atau aksi militer terhadap Kolombia".

Petro dan Trump berselisih sejak sang Presiden AS itu kembali berkuasa pada Januari lalu, namun konflik publik keduanya semakin memanas dalam beberapa pekan terakhir, saat AS melancarkan operasi antinarkoba mematikan di kawasan Karibia.

Washington mengerahkan sejumlah kapal perang ke kawasan Karibia, tepatnya di dekat lepas pantai Venezuela, sejak Agustus lalu. Sejauh ini, kapal-kapal perang AS telah menyerang setidaknya tujuh kapal, yang diklaim menyelundupkan narkoba ke negara tersebut.

Menurut pemerintahan Trump, total sedikitnya 32 orang tewas akibat serangan pasukan AS sejauh ini.

Para pakar mempertanyakan legalitas serangan AS terhadap kapal-kapal tersebut di perairan internasional, tanpa mencoba mencegat atau menangkap awak kapal dan mengadili mereka.

Operasi antinarkoba AS utamanya menargetkan perdagangan narkoba dari Venezuela, meskipun perhatian beralih ke Kolombia dalam beberapa hari terakhir.

Menteri Pertahanan (Menhan) AS Pete Hegseth, pada Minggu (19/10), mengumumkan bahwa tiga orang tewas akibat serangan terhadap sebuah kapal yang diduga menyelundupkan narkoba.

Kapal itu, menurut Hegseth, berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Nasional Kolombia -- kelompok gerilya sayap kiri yang dikenal sebagai ELN dalam bahasa Spanyol. Serangan itu sendiri disebut oleh Hegseth dilancarkan pada Jumat (17/10) lalu.

Serangan itu terjadi setelah serangan lainnya -- terhadap kapal semi-submersible -- yang menewaskan dua orang, yang salah satunya warga Kolombia.

Petro menuduh Trump telah melakukan pembunuhan dan melanggar kedaulatan Kolombia. Dia juga menyebut Trump "tidak menyukai orang bebas karena dia ingin menjadi raja".

Simak juga Video: Trump Juluki Kolombia 'Mesin Narkoba', Sebut Presidennya Bermasalah

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads