Bom-bom yang belum meledak di Jalur Gaza dinilai menimbulkan risiko "sangat besar" bagi para pengungsi Palestina, yang kembali ke rumah-rumah mereka selama gencatan senjata berlangsung.
Organisasi non-pemerintah, Handicap International, seperti dilansir AFP, Rabu (15/10/2025), menyerukan masuknya peralatan yang dibutuhkan untuk operasi penjinakan bom dan ranjau, setelah gencatan senjata Gaza berlaku sejak 10 Oktober lalu.
"Risikonya sangat besar -- diperkirakan 70.000 ton bahan peledak telah dijatuhkan di Gaza (sejak awal perang pada Oktober 2023)," kata direktur Handicap International, Anne-Claire Yaeesh, dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Handicap International merupakan organisasi non-pemerintah atau NGO yang memiliki spesialisasi dalam pembersihan ranjau dan bantuan bagi korban ranjau antipersonel.
Senjata yang belum meledak, mulai dari bom atau granat yang belum meledak hingga peluru biasa, telah menjadi pemandangan umum di Jalur Gaza selama dua tahun perang berkecamuk.
"Lapisan-lapisan puing dan tingkat akumulasinya sangat tinggi," sebut Yaeesh.
Dia memperingatkan bahwa risiko tersebut diperburuk oleh kondisi lingkungan yang "sangat kompleks", karena terbatasnya ruang di area perkotaan yang padat penduduk.
Pada Januari lalu, Badan Aksi Ranjau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNMAS memperkirakan bahwa sekitar "5 persen hingga 10 persen" amunisi yang ditembakkan ke Gaza tidak meledak.
Sejak itu, pertempuran terus berlanjut, dengan militer Israel secara khusus melancarkan operasi skala besar pada pertengahan September di Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza. Gencatan senjata terbaru, yang ketiga sejak dimulainya perang tahun 2023, telah mulai berlaku pada Jumat (10/10) di Jalur Gaza.
UNMAS, saat dihubungi AFP, mengatakan bahwa adanya pembatasan selama dua tahun terakhir membuat timnya "tidak dapat melakukan operasi survei sekala besar di Gaza". Oleh karena itu, UNMAS mengakui pihaknya tidak memiliki "gambaran komprehensif tentang ancaman (alat peledak) di Jalur Gaza".
Namun, UNMAS tetap menekankan bahwa sejak gencatan senjata dimulai, permintaan untuk keahlian teknis "telah melonjak", dan badan tersebut telah diminta untuk "berbagai misi kemanusiaan termasuk ke area-area yang sebelumnya tidak dapat diakses".
Dalam beberapa hari mendatang, ujar UNMAS, "sebagian besar upaya akan difokuskan untuk memastikan keamanan operasi pengelolaan puing" dan pembersihan puing-puing, terutama di sepanjang jalan yang digunakan oleh ribuan pengungsi kembali ke rumah.
UNMAS menambahkan bahwa pihaknya belum mendapatkan izin dari otoritas Israel untuk membawa peralatan yang diperlukan guna menghancurkan persenjataan yang belum meledak. UNMAS menyebut ada tiga kendaraan lapis baja "di perbatasan yang menunggu untuk memasuki Gaza, yang akan memungkinkan operasi yang lebih aman dan berskala lebih besar".
Tonton juga video "Israel Bebaskan 1.800 Tahanan Palestina Usai Kesepakatan Gencatan Senjata" di sini: