Trump Bilang Tak Ada yang Dipaksa Tinggalkan Gaza Usai Gencatan Senjata

Trump Bilang Tak Ada yang Dipaksa Tinggalkan Gaza Usai Gencatan Senjata

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 10 Okt 2025 13:17 WIB
US President Donald Trump speaks to the press after disembarking from Air Force One upon his arrival at Prestwick Airport, south of Glasgow on July 25, 2025, on the first day of his UK visit. US President Donald Trump departed for Scotland on July 25, 2025 for a mix of diplomacy, business and leisure, as a huge UK security operation swung into place amid planned protests near his family-owned golf resorts. (Photo by Brendan SMIALOWSKI / AFP)
Presiden AS Donald Trump (dok. AFP/BRENDAN SMIALOWSKI)
Washington DC -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan tidak seorang pun akan dipaksa untuk meninggalkan Jalur Gaza di bawah rencana gencatan senjata yang diusulkannya, yang telah disepakati oleh Israel dan kelompok Hamas.

Trump, seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Jumat (10/10/2025), mengatakan dirinya akan terbang ke Timur Tengah pada akhir pekan. Disebutkan juga oleh Trump bahwa para sandera yang tersisa di Jalur Gaza akan dibebaskan pada Senin (13/10) atau Selasa (14/10) pekan depan.

"Tidak seorang pun akan dipaksa pergi. Justru kebalikannya... Tidak, kami sama sekali tidak ingin melakukan hal itu," tegas Trump ketika ditanya oleh wartawan soal apakah warga Palestina akan dipaksa meninggalkan Jalur Gaza berdasarkan kesepakatan gencatan senjata itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbicara kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih pada Kamis (9/10), Trump mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata Gaza "sudah dimatangkan dan telah selesai disusun". Dia juga mengungkapkan rencananya melakukan perjalanan ke Timur Tengah pada akhir pekan.

ADVERTISEMENT

"Saya pikir ini akan luar biasa. Saya pikir para sandera akan kembali pada Senin (13/10) atau Selasa (14/10). Saya mungkin akan berada di sana. Saya berharap untuk berada di sana. Dan kami berencana untuk berangkat pada Minggu (12/10), dan saya menantikannya," ucapnya.

Saat memimpin rapat kabinet di Gedung Putih, seperti dilansir Reuters, Trump mengatakan dirinya akan berusaha terbang ke Mesir untuk menghadiri seremoni penandatanganan kesepakatan gencatan senjata Gaza dan pembebasan sandera.

"Saya akan berusaha melakukan perjalanan ke sana. Kita akan mencoba untuk sampai ke sana, dan kita sedang mengupayakan waktunya, waktu yang tepat," katanya. Gedung Putih dilaporkan berupaya keras menyelesaikan detail perjalanan yang diatur secara tergesa-gesa ini.

Trump mengumumkan pada Rabu (8/10) bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui tahap pertama dari rencana gencatan senjata Gaza yang diusulkannya.

Pada 29 September lalu, Trump mengungkapkan rencana perdamaian Gaza berisi 20 poin yang mencakup pembebasan semua sandera Israel, dengan imbalan pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina, gencatan senjata permanen, dan penarikan pasukan Israel secara permanen dari seluruh Jalur Gaza.

Tahap kedua dari rencana perdamaian tersebut menyerukan pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Jalur Gaza tanpa keterlibatan Hamas, pembentukan pasukan keamanan yang terdiri atas warga Palestina dan pasukan dari negara-negara Arab dan Muslim, serta perlucutan senjata Hamas.

Rencana perdamaian itu juga menetapkan pendanaan dari negara-negara Arab dan Muslim untuk pemerintahan baru dan rekonstruksi Jalur Gaza, dengan partisipasi terbatas dari Otoritas Palestina.

Negara-negara Arab dan Muslim menyambut baik rencana tersebut, namun beberapa pejabat mengatakan banyak detail perlu didiskusikan dan dinegosiasikan agar dapat diimplementasikan sepenuhnya.

Simak juga Video: Tank Israel Ditarik Mundur Usai Gencatan Senjata dengan Hamas

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads