Bukan Kali Ini Saja Israel Berulah saat Sedang Gencatan Senjata

Bukan Kali Ini Saja Israel Berulah saat Sedang Gencatan Senjata

Tim detikcom - detikNews
Senin, 29 Sep 2025 21:37 WIB
Israel melancarkan serangan udara baru terhadap target militer Hizbullah di Lebanon selatan, Kamis (18/9).  Serangan tersebut dilakukan untuk menghentikan kelompok militan Hizbullah membangun kembali wilayah tersebut.

Asap terlihat mengepul di atas Dibbene dan Kfar Tebnit menyusul serangan Israel.
Kepulan asap menjulang usai serangan Israel menghantam wilayah Lebanon bagian selatan. (Foto: Reuters)
Jakarta -

Serangan Israel ke Lebanon masih berlanjut meski sedang gencatan senjata. Militer Israel mengatakan pasukannya menyerang depot senjata milik kelompok Hizbullah di wilayah Lebanon bagian selatan.

Dikutip AFP dan Al Arabiya, Senin (29/9/2025), Kantor berita Lebanon, Kantor Berita Nasional (NNA), melaporkan "serangkaian" serangan udara Israel menghujani area di dekat kota Kafr Rumman dan Jarmaq, serta serangan drone menghantam sebuah rumah di Humin, semuanya terletak di bagian selatan negara tersebut.

"Beberapa waktu lalu, (militer Israel) menyerang fasilitas penyimpanan senjata Hizbullah di Lebanon bagian selatan. Depot senjata ini digunakan oleh organisasi teroris tersebut untuk memajukan dan melancarkan serangan teror terhadap negara Israel," kata militer Israel dalam pernyataannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah Lebanon sendiri menghadapi tekanan dari Amerika Serikat (AS) untuk bertindak tegas terhadap Hizbullah, juga dari serangan-serangan Israel yang terus berlangsung. Pada Sabtu (27/9) waktu setempat, pemimpin Hizbullah Naim Qassem menegaskan kelompoknya tidak akan membiarkan persenjataan mereka dilucuti.

ADVERTISEMENT

Sejak gencatan senjata disepakati pada November tahun 2024, berdasarkan ketentuan gencatan senjata tersebut, Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari wilayah Lebanon bagian selatan pada Januari 2025. Namun sejauh ini, Tel Aviv hanya menarik sebagian pasukannya dan terus mempertahankan pengerahan pasukannya di lima pos perbatasan. Militer Israel juga tetap melancarkan serangan rutin, yang diklaim menargetkan Hizbullah, di wilayah Lebanon.

Pada Sabtu (4/1/2025), Qassem menuduh Israel melanggar gencatan senjata dan mengatakan kelompok itu siap menanggapi bahkan sebelum berakhirnya batas waktu 60 hari bagi Israel untuk menarik diri dari Lebanon selatan.

"Kami telah mengatakan bahwa kami memberikan kesempatan untuk mencegah pelanggaran Israel dan untuk melaksanakan perjanjian dan kami akan bersabar," kata Qassem.

Gencatan senjata yang rapuh, yang mulai berlaku pada tanggal 27 November setelah dua bulan perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah, telah ditandai dengan tuduhan pelanggaran dari kedua belah pihak. Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, tentara Lebanon akan dikerahkan bersama pasukan penjaga perdamaian PBB di selatan saat tentara Israel menarik diri selama periode 60 hari.

Hizbullah akan menarik pasukannya ke utara Sungai Litani--sekitar 30 kilometer (20 mil) dari perbatasan--dan membongkar infrastruktur militer yang tersisa di selatan.

Sebuah komite yang terdiri dari delegasi Israel, Lebanon, Prancis, dan AS bersama dengan perwakilan pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL bertugas memastikan setiap pelanggaran gencatan senjata diidentifikasi dan ditangani. Pasukan penjaga perdamaian PBB juga telah berulang kali menuduh Israel melanggar ketentuan gencatan senjata

Israle Klaim Tewaskan Komandan Hizbullah di Lebanon

Pada April 2025, Militer Israel mengatakan telah menewaskan komandan Hizbullah dalam serangan udara di dekat desa Aitaroun di Lebanon bagian selatan. Serangan Israel itu dilancarkan meskipun ada gencatan senjata.

"Dini hari ini, IDF menyerang dan melenyapkan seorang komandan peleton di Pasukan Operasi Khusus Hizbullah, di wilayah Aitaroun di Lebanon selatan," kata pihak militer Israel dalam sebuah pernyataan dilansir kantor berita AFP, Selasa (15/4/2025).

Sebulan kemudian, Israel kembali melancarkan serangan di Lebanon. Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan serangan Israel di Lebanon selatan pada hari Sabtu (12/7) menewaskan satu orang.

Dilansir dari kantor berita AFP, dalam sebuah pernyataan, Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa "serangan musuh Israel" terhadap sebuah rumah di Wata al-Khiam menewaskan satu orang. Belum ada komentar langsung dari militer Israel terkait serangan tersebut.

Pada hari Jumat (11/7) waktu setempat, Presiden Lebanon Joseph Aoun mengatakan meskipun ia terbuka untuk hubungan damai dengan Israel, tapi dia mengesampingkan kemungkinan normalisasi hubungan dengan Israel. Normalisasi hubungan "saat ini bukan bagian dari kebijakan luar negeri Lebanon," ujar Aoun.

Serangan Israel itu berlanjut empat hari kemudian. Israel menyerang wilayah di Lembah Bekaa dan menewaskan 12 orang.

Tentara Israel mengklaim serangan tersebut mengenai sasaran terkait Hizbullah di daerah tersebut. Militer Israel mengatakan pihaknya menyerang sasaran-sasaran milik pasukan elit Hizbullah, Radwan. Serangan terbaru itu terjadi meskipun ada gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan yang didukung Iran tersebut.

Sebuah pernyataan militer mengatakan jet tempur Israel melancarkan 'sejumlah serangan' terhadap sasaran-sasaran teror Hizbullah di daerah Bekaa. Sasaran-sasaran tersebut termasuk fasilitas pelatihan yang dianggap Israel digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan serangan teroris terhadap pasukan dan negara Israel.

Kantor Berita Nasional milik pemerintah Lebanon mengatakan pesawat-pesawat tempur musuh melancarkan serangan di daerah Wadi Fara di Lembah Bekaa utara. Salah satu serangan menargetkan sebuah kamp pengungsi Suriah yang mengakibatkan tewasnya 12 orang, termasuk tujuh warga Suriah, dan menyebabkan delapan lainnya luka-luka.


Simak juga Video: Korban Tewas di Gaza Tembus 66.005 Orang

Halaman 2 dari 3
(idn/idn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads