26 Negara Siap Kirim 'Pasukan Penenang' ke Ukraina Jika Damai dengan Rusia

26 Negara Siap Kirim 'Pasukan Penenang' ke Ukraina Jika Damai dengan Rusia

Yulida Medistiara - detikNews
Jumat, 05 Sep 2025 19:38 WIB
Ukraines President Volodymyr Zelensky (L) and Frances President Emmanuel Macron (R) speak during a press conference following the Coalition of the Willing Summit, at the Elysee presidential Palace, in Paris, on September 4, 2025. European leaders and Ukrainian President Volodymyr Zelensky meet in Paris on September 4, 2025, in a new effort to pile pressure on Russias President Vladimir Putin after he vowed Russia will fight on in Ukraine if no peace deal is reached. (Photo by Ludovic MARIN / POOL / AFP)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) dan Presiden Prancis Emmanuel Macron (kanan) berbicara dalam konferensi pers. (Foto: AFP/LUDOVIC MARIN)
Jakarta -

Sebanyak 26 negara berkomitmen mengerahkan pasukan ke Ukraina setelah tercapainya perdamaian dengan Rusia. Hal itu agar mencegah Rusia kembali menyerang Ukraina.

Hal itu disampaikan Presiden Prancis Emmanuel Macron usai pertemuan dengan pemimpin Eropa dan turut dihadiri Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, seperti dilansir AFP, Jumat (5/9/2025).

"Saat ini ada 26 negara yang telah secara resmi berkomitmen --beberapa lainnya belum mengambil posisi-- untuk mengerahkan pasukan sebagai 'pasukan penenang' di Ukraina, atau hadir di darat, laut, atau udara," ujar Macron kepada para wartawan setelah pertemuan puncak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasukan ini tidak bermaksud untuk berperang melawan Rusia," tambah Macron.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Macron mengatakan dukungan Amerika untuk jaminan keamanan yang disponsori Eropa akan difinalisasi "dalam beberapa hari mendatang,". Ia mengatakan "tidak ada keraguan" mengenai kesiapan AS untuk mengambil bagian dalam upaya keamanan tersebut.

'Pasukan penenang' tersebut sebagai jaminan keamanan yang ingin ditawarkan koalisi yang sebagian besar terdiri dari negara-negara Eropa kepada Ukraina apabila perang dengan Rusia berakhir melalui kesepakatan damai atau gencatan senjata.

Namun, ada juga kekhawatiran yang berkembang bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin saat ini tidak menunjukkan minat pada perjanjian damai, dengan kekhawatiran yang meningkat setelah kunjungannya yang penting ke Beijing minggu ini.

Usai pertemuan tersebut, para pemimpin Eropa berbicara dengan Presiden AS Donald Trump melalui konferensi video. Beberapa pemimpin Eropa hadir secara langsung dan yang lainnya, seperti Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, secara jarak jauh.

Pertemuan tersebut merupakan dorongan baru yang dipimpin oleh Macron untuk menunjukkan bahwa Eropa dapat bertindak secara independen dari Washington setelah Trump mengubah kebijakan luar negeri AS dan memulai perundingan langsung dengan Putin setelah kembali ke Gedung Putih.

Sementara Amerika Serikat diwakili oleh utusan khusus Trump, Steve Witkoff, yang juga bertemu dengan Zelensky secara terpisah.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berterima kasih kepada sekutu-sekutu Eropanya atas persetujuan untuk mengirim pasukan ke Ukraina pascaperang, dan menyebut langkah tersebut sebagai "langkah konkret" pertama.

"Saya pikir hari ini, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ini adalah langkah konkret serius yang pertama," ujar Zelensky kepada para wartawan.

Macron juga mengatakan bahwa negara-negara Eropa akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia-"bekerja sama dengan Amerika Serikat"-jika Moskow terus menolak kesepakatan damai.


Tump Bakal Telepon Putin

Dalam kesempatan berbeda, Presiden AS Donald Trump mengatakan segera menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin. Hal itu disampaikan Trump setelah sebelumnya melakukan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan para pemimpin Eropa.

"Ya, tentu saja," kata Trump kepada seorang wartawan yang menanyakan apakah ia akan berbicara dengan pemimpin Rusia tersebut dalam waktu dekat, di sela-sela jamuan makan malam dengan para eksekutif teknologi terkemuka AS di Gedung Putih.

Adapun percakapan melalui telepon Trump dengan para pemimpin Eropa tersebut dilakukan setelah pertemuan puncak di Paris yang bertujuan untuk memperkuat rencana jaminan keamanan bagi Ukraina jika atau ketika terjadi gencatan senjata.


Respons Rusia

Sementara itu Juru bicara Rusia, Dmitry Peskov mengatakan bahwa komunikasi dengan Trump "dapat diselenggarakan dengan sangat cepat jika diperlukan". Akan tetapi Rusia menolak mentah-mentah gagasan jaminan keamanan Barat untuk Ukraina.

"Dapatkah kontingen militer asing, terutama Eropa dan Amerika, menyediakan dan menjamin keamanan bagi Ukraina? Tentu saja tidak, mereka tidak bisa," kata Peskov kepada kantor berita negara RIA Novosti.

"Ini bukanlah jaminan keamanan bagi Ukraina yang sesuai dengan negara kita," tambahnya.

Tonton juga video "Putin Ungkit Perjanjian Minsk, Salahkan Ukraina Atas Perang" di sini:

Halaman 2 dari 2
(yld/knv)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads