Kartel Narkoba di Kolombia Tembak Jatuh Helikopter Polisi, 6 Orang Tewas

Kartel Narkoba di Kolombia Tembak Jatuh Helikopter Polisi, 6 Orang Tewas

Wildan Noviansah - detikNews
Jumat, 22 Agu 2025 05:41 WIB
Ilustrasi helikopter
Foto: ilustrasi helikopter (Getty Images/iStockphoto/jocrebbin)
Jakarta -

Polisi Kolombia terlibat bentrokan dengan kartel narkoba terbesar di negara tersebut. Sebanyak enam orang polisi tewas usai helikopter yang ditumpangi mereka ditembaki pesawat tanpa awak.

Dilansir kantor berita AFP, Jumat (22/8) serangan terjadi ketika polisi sedang memberantas tanaman koka yang merupakan bahan utama kokain di bagian barat laut Antioquia, yang merupakan pusat kota Medellin.

Dari gambar yang beredar di media sosial, helikopter yang ditumpangi anggota polisi Kolombia tersebut terjebak dalam baku tembak. Helikopter itu kemudian jatuh ke tanah usai ditembak oleh pesawat tak berawak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Pertahanan Pedro Sanchez menyalahkan serangan tersebut kepada the Gulf Clan. Dia menyebut mereka telah membunuh puluhan anggota pasukan keamanan sejak gagalnya pembicaraan damai dengan pemerintah pada awal tahun 2023.

"Selama operasi melawan perdagangan narkoba, @PoliciaColombia kami diserang oleh kartel the Gulf Clan, menyebabkan sebuah helikopter terbakar dan petugas polisi kami terluka parah," tulisnya di akun X.

ADVERTISEMENT

Presiden Gustavo Petro mengklaim bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan dendam karena pasukan keamanan telah menyita satu setengah ton kokain dari Kartel Gulf di wilayah terpencil Uraba.

Kolombia mengalami ledakan kekerasan terburuk sejak tentara gerilyawan FARC yang berhaluan kiri, salah satu gerakan pemberontak tertua di dunia, menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintah pada tahun 2016.

Petro yang berhaluan kiri mulai berkuasa pada tahun 2022 dengan janji mewujudkan "perdamaian total" di Kolombia dengan berdialog dengan semua kelompok bersenjata yang masih ada.

Namun selama masa itu, beberapa kelompok termasuk the Gulf Clan, berkembang lebih kuat. Awal bulan ini, Petro mengumumkan dimulainya kembali perundingan damai dengan the Gulf Clan.

Kelompok ini, yang lahir dari kelompok paramiliter sayap kanan yang memerangi gerilyawan sayap kiri pada tahun 1990-an, terlibat dalam penambangan emas ilegal, pemerasan, dan penyelundupan migran, serta perdagangan narkoba.

Pemerintah memperkirakan mereka memiliki sekitar 7.500 anggota. The Gulf Clan sendiri mengklaim memiliki lebih dari 13.000 anggota.

(wnv/wnv)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads