Korea Utara (Korut) mengecam kepemimpinan Korea Selatan (Korsel) yang disebut memiliki "karakter ganda" dan "bermuka dua", karena menggelar latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat (AS), sembari mengupayakan pendekatan diplomatik dengan Pyongyang.
Kecaman tersebut, seperti dilansir AFP, Rabu (20/8/2025), dilontarkan oleh Kim Yo Jong, adik perempuan dari pemimpin Korut Kim Jong Un, saat Seoul dan Washington memulai latihan gabungan tahunan pada Senin (18/8) waktu setempat.
"Latihan militer gabungan terkini (Korea Selatan), yang kembali dilakukan dengan kedok isyarat rekonsiliasi, melibatkan peninjauan rencana operasional baru yang bertujuan untuk segera menghapus kemampuan nuklir dan rudal kami," kata Kim Yo Jong seperti dikutip kantor berita resmi Korean Central News Agency (KCNA).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Latihan gabungan itu, sebut Kim Yo Jong, juga mengungkapkan niat Seoul untuk memperluas "serangan ke wilayah republik kami".
"Ini adalah bagian yang dengan jelas menunjukkan karakter ganda dari otoritas Seoul, yang bermuka dua di balik layar," cetusnya, merujuk pada Presiden Korsel Lee Jae Myung dan pemerintahannya.
Lee telah berjanji untuk "menghormati" sistem politik Korut dan membangun "kepercayaan militer", sembari berjanji untuk mengupayakan dialog tanpa prasyarat -- sebuah perubahan drastis dari kebijakan pendahulunya yang agresif.
Meskipun demikian, Korsel dan AS memulai latihan gabungan tahunan pada Senin (18/8) waktu setempat, yang bertujuan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi potensi ancaman dari Korut. Lee mengatakan bahwa latihan itu bersifat "defensif" dan "tidak dimaksudkan untuk meningkatkan ketegangan".
Korut -- yang menyerang negara tetangganya pada tahun 1950 silam, yang memicu perang Korea -- telah sejak lama geram dengan latihan militer gabungan antara Korsel dan AS. Pyongyang mengecam latihan gabungan semacam itu sebagai latihan untuk invasi.
Awal pekan ini, Kim Jong Un menyerukan "perluasan cepat" kemampuan senjata nuklir Korut, dengan menyinggung soal latihan militer AS-Korsel yang dia klaim dapat "memicu perang".
Sejak pertemuan antara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump di Hanoi berujung kegagalan tahun 2019, Korut berulang kali menyatakan tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklirnya dan menegaskan bahwa mereka sekarang menganggap Korsel, sekutu keamanan AS, sebagai "musuh utama".
Kim Yo Jong menegaskan kembali klaim tersebut dalam pernyataan pada Rabu (20/8) waktu setempat.
Dia mengatakan bahwa Seoul "tidak bisa menjadi mitra diplomatik" Pyongyang, dan bahwa Lee "bukanlah tipe orang yang akan mengubah alur sejarah".
Simak juga Video: Korsel Copot Pengeras Suara Anti-Korut di Perbatasan, Ingin Baikan?