Israel bersiap memindahkan paksa warga dari Gaza utara ke selatan. Israel berdalih hal itu demi keamanan warga karena mereka hendak memulai serangan baru.
Dilansir Reuters, Minggu (17/8/2025), militer Israel menjanjikan tenda dan peralatan perlindungan lainnya kepada warga Gaza utara sebelum mereka direlokasi dari zona pertempuran ke selatan wilayah Gaza dengan alasan untuk memastikan keselamatan mereka.
Hal itu terjadi beberapa hari setelah Israel menyatakan niatnya untuk melancarkan serangan baru demi menguasai Gaza utara yang menjadi pusat kota terbesar di wilayah kantong tersebut. Rencana itu telah memicu kekhawatiran internasional atas nasib Gaza yang telah hancur gara-gara serangan Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wilayah kantong itu dihuni sekitar 2,2 juta orang. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengatakan rencananya untuk memindahkan penduduk sipil ke tempat yang dia sebut sebagai 'zona aman'. Dia menganggap Gaza sebagai benteng terakhir Hamas.
Peralatan perlindungan tersebut dijanjikan akan diberikan melalui penyeberangan Kerem Shalom di Gaza selatan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi bantuan internasional lainnya setelah diperiksa oleh personel Kementerian Pertahanan Israel. Seorang juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan menyatakan keprihatinannya atas rencana Israel merelokasi penduduk ke Gaza selatan karena hanya akan menambah penderitaan.
Tonton juga video "Tolong! 13 Ribu Anak di Gaza Menderita Malnutrisi Parah" di sini:
Namun, badan PBB menyatakan bakal memanfaatkan momen itu untuk membawa lebih banyak bantuan ke Gaza. PBB memperingatkan bahwa ribuan keluarga yang telah menderita dapat semakin terdesak jika rencana serangan di Gaza dilanjutkan.
Para pejabat Palestina dan PBB mengatakan tidak ada tempat di Gaza yang aman, termasuk wilayah di Gaza selatan. Militer Israel menolak berkomentar lebih lanjut soal teknis rencana pemindahan itu.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan rencana untuk serangan baru itu masih dalam tahap perumusan. Faksi militan Palestina, Jihad Islam, yang merupakan sekutu Hamas menyebut pengumuman militer Israel sebagai bagian rencana menduduki Kota Gaza merupakan olok-olok yang terang-terangan dan kurang ajar terhadap konvensi internasional.
Pasukan Israel telah meningkatkan operasi di pinggiran Kota Gaza selama seminggu terakhir. Warga di lingkungan Zeitoun dan Shejaia telah melaporkan tembakan udara dan tank Israel yang gencar. Warga di sana juga melaporkan ledakan sepanjang hari.
Perang di Gaza terjadi sejak Oktober 2023. Israel mengklaim serangan mereka ditujukan untuk membasmi Hamas yang mereka anggap dalang serangan menewaskan 1.200 orang di wilayahnya dan menyebabkan ratusan orang menjadi sandera.
Serangan besar-besaran itu telah menewaskan lebih dari 61 ribu warga Gaza dan melukai ratusan ribu lainnya. Serangan itu juga menghancurkan berbagai fasilitas penting di Gaza, mulai dari rumah sakit dan sekolah, serta menyebabkan bencana kelaparan.