Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerahkan barang istimewa di pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska. Barang itu ialah surat yang ditulis oleh istrinya, Ibu Negara AS Melania Trump, yang memohon agar pemimpin Rusia tersebut berdamai atas nama anak-anak.
Dilansir AFP, Minggu (17/8/2025), Kantor Ibu Negara mengunggah ulang artikel Fox News di X yang memuat surat pendek tersebut, sehari setelah Trump dan Putin gagal menemukan titik temu dalam pertemuan penting mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putin membaca 'surat perdamaian' tersebut segera setelah Trump menyerahkannya. Sementara, delegasi dari kedua belah pihak menyaksikan.
"Di dunia saat ini, beberapa anak terpaksa tertawa terbahak-bahak, tak tersentuh oleh kegelapan di sekitar mereka," demikian bunyi surat tersebut, yang ditandatangani oleh Melania dan tidak menyebut nama Ukraina.
"Tuan Putin, Anda dapat memulihkan tawa merdu mereka sendirian. Dalam melindungi kepolosan anak-anak ini, Anda akan melakukan lebih dari sekadar melayani Rusia, Anda melayani kemanusiaan itu sendiri," sambung isi surat itu.
Tonton juga video "Pertemuan Alaska Masih Buntu, Gantian Putin Undang Trump ke Moskow" di sini:
Dia mengajak Putin bertindak untuk mewujudkan visi kemanusiaan. Menurut Melania, saat ini sudah waktunya Putin mewujudkan kebahagiaan untuk anak-anak.
"Ide yang begitu berani melampaui segala batasan manusia, dan Anda, Tuan Putin, siap mewujudkan visi ini dengan goresan pena hari ini. Sudah waktunya," tulis Melania.
Pada bulan Juli lalu, Trump mengatakan istrinya yang lahir di Slovenia telah membantu mengubah pemikirannya tentang Putin.
"Saya pulang, saya memberi tahu Ibu Negara, 'Anda tahu, saya berbicara dengan Vladimir hari ini, kami memiliki percakapan yang luar biasa,'. Dan dia berkata, 'Oh ya? Kota lain baru saja diserang," kata Trump.
Trump mencoba memulihkan hubungan dengan Putin tak lama setelah memulai masa jabatan keduanya, setelah berkampanye dengan janji untuk mengakhiri perang Ukraina dalam waktu 24 jam. Selama bulan-bulan awal masa jabatan barunya, dia mengarahkan kemarahannya pada Ukraina karena tidak adanya kesepakatan. Tetapi, Trump secara bertahap mulai menunjukkan rasa frustrasi karena Putin terus menyerang Ukraina.
Sebelum KTT di Alaska, Trump telah memperingatkan 'konsekuensi berat' jika Rusia tidak menerima gencatan senjata. Namun setelah bertemu dengan Putin, Trump membatalkan tuntutan gencatan senjata, dengan mengatakan bahwa cara terbaik untuk mengakhiri perang adalah dengan langsung mencapai perjanjian damai.
Putin telah lama memperjuangkan negosiasi untuk mencapai kesepakatan damai final. Hal itu merupakan strategi yang dikritik Ukraina dan sekutu-sekutunya di Eropa sebagai cara untuk mengulur waktu dan menekan kemajuan Rusia di medan perang.