Pemerintah Korea Utara (Korut) mengecam latihan gabungan besar-besaran yang direncanakan oleh militer Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS). Pyongyang menyebut latihan gabungan semacam itu sebagai "provokasi militer langsung" dan mengancam tindakan balasan yang tegas.
Ancaman terbaru Korut itu dilontarkan saat ada tanda-tanda meredanya ketegangan di perbatasan kedua negara di bawah kepemimpinan baru di Seoul.
Menteri Pertahanan (Menhan) Korut, No Kwang Chol, seperti dilansir Reuters, Senin (11/8/2025), mengatakan bahwa militer negaranya memiliki "misi mutlak" untuk mempertahankan keamanan nasional terhadap latihan berskala besar selama 11 hari yang digelar oleh Korsel dan AS mulai pekan depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
No Kwang Chol menyebut latihan gabungan Seoul dan Washington itu sebagai ancaman nyata dan berbahaya.
"Angkatan Bersenjata DPRK akan menghadapi latihan perang AS dan Korsel dengan sikap balasan yang menyeluruh dan tegas, serta secara ketat menjalankan hak kedaulatan," tegas No Kwang Chol dalam pernyataan yang dirilis kantor berita Korean Central News Agency (KCNA) pada Senin (11/8).
DPRK merupakan kependekan dari Republik Rakyat Demokratik Korea, nama resmi Korut.
Dalam pernyataannya, No Kwang Chol menyebut latihan yang digelar dengan dalih pertahanan terhadap ancaman tersebut merupakan bukti tambahan dari niat konfrontatif kedua negara, yang disebutnya semakin meningkatkan permusuhan dan semakin mengganggu keamanan regional.
Korut secara rutin mengecam latihan militer yang digelar bersama oleh Korsel dan AS. Pyongyang menyebut latihan gabungan sebelumnya antara kedua negara itu sebagai "latihan" perang nuklir di Semenanjung Korea, meskipun Korut juga menggelar rentetan uji coba rudal dan latihan tembak artileri di wilayahnya.
Pekan lalu, Korsel dan AS mengatakan bahwa latihan tahunan itu akan dimulai pada 18 Agustus mendatang. Disebutkan bahwa latihan itu bertujuan menguji kendali komando dan mobilisasi pasukan di bawah strategi keamanan yang ditingkatkan untuk menghadapi ancaman perang nuklir Korut yang semakin meningkat.
Namun, kedua negara yang bersekutu tersebut juga mengatakan bahwa sebagian besar latihan lapangan akan ditunda dan dilaksanakan secara terpisah bulan depan. Penundaan itu dipandang luas sebagai upaya Presiden baru Korsel, Lee Jae Myung, untuk meredakan ketegangan dengan Korut.
Simak juga Video: Korsel Copot Pengeras Suara Anti-Korut di Perbatasan, Ingin Baikan?